Si Pitung, Tuan Tanah Cina, dan Pribumi Pengkhianat

Tindakan Belanda selanjutnya adalah dengan mempersempit ruang gerak Pitung. Semua mata-mata dikerahkan, propaganda disebarkan. Tidak jarang terdengar berita jika anggota Pitung ada yang tertangkap, padahal kenyataannya hal itu bohong besar. Anggota Pitung hanya sekali tertangkap saat Bang Saman dan Bang Jebul tertangkap hingga kemudian mereka dipenjara di Glodok. Tapi penangkapan ini tidak lama, karena kemudian dua orang anggota Pitung tersebut berhasil lolos bahkan mereka berhasil membunuh penjaga penjara.

Lolosnya dua orang anggota Pitung tentu sangat menggelisahkan tuan tanah china dan para centeng-centeng yang telah membocorkan keberadaan Pitung. Lolosnya kedua tokoh penting itu juga membuat fihak Belanda jengkel…perburuan terus dilakukan…semua yang berkaitan dengan Pitung diteror ! Tuan tanah china semakin semena-mena, sanak famili Pituan Pitulung diancam. ternak peliharaan mereka dirampas, daerah Jipang Pulorogo yang berada di pinggir kota, mulai mereka intai dan diambil tanahnya satu persatu dan menempatkan pribumi pendatang untuk mendesak pribumi asli yang sudah ratusan menetap di daerah Jipang Pulorogo.

Pitung tetaplah Pitung, mereka terus secara keras melakukan perlawanan, dan ini sesuai dengan pesan gurunya agar mereka harus tetap berjuang dan selalu membela rakyat kecil, gelora jihad fisabillah tetap harus dikobarkan. Takbir dalam setiap perlawanan selalu dikumandangkan para pejuang Islam ini. Gerak langkah Pitung ini juga didukung keluarga besar keturunan Jayakarta yang tersebar di beberapa tempat seperti Cengkareng, Kalideres, Ciledug, Cakung, Marunda, Kebayoran, Condet, Jatinegara Kaum, Kayu Putih, Kemanggisan, Rawa Belong, Tenabang, Jelambar, Slipi, Kemandoran, Senen, Klender, Pekojan, Sawah Lio, dll.

Perjuangan Pitung terus berjalan hingga satu demi satu para tokohnya gugur. Ji’ih gugur tertembak sebelum tahun 1899 Masehi, namun jenazahnya masih bisa diselamatkan. Radin Muhammad Ali yang merupakan pemimpin gerakan ini gugur tahun 1905 dan kemudian mayatnya dimutilasi para anjing-anjing penjajah tersebut.