Tragedi Muslim Uyghur Dalam Kajian Geopolitik

Merujuk hal di atas, jadi — sesungguhnya apakah yang diperebutkan para adidaya di Suriah? Jawabannya, “Geoposisi dan geopolitik pipa.”

Tak boleh dipungkiri, letak Suriah pada titik simpul Jalur Sutra (Silk Road), yaitu jalur militer dan ekonomi dunia, sangat menggiurkan bagi kaum kolonialis global. Dimana posisi Suriah bila ke atas menuju kawasan Eropa, dan ke bawah menuju Afrika Utara hingga Maroko. Idiomnya, siapa menguasai Suriah, ibarat telah menguasai separuh jalur legenda tersebut termasuk mengendalikan pipanisasi minyak dan gas yang melintas di Suriah baik lintasan pipa antar-negara maupun lintas benua.

Pertanyaannya, “Bagaimana dengan konflik Syiah melawan Sunni?” Ya itu hanya sekedar agenda. Efek framing media. Juga termasuk Arab Spring, perang sipil, Jabhal Al Nusra —ranting al Qaeda— kemudian ISIS dan lain-lain hanya sarana pintu masuk para adidaya global yang mempunyai kepentingan di Suriah. Geopolitik memberi isyarat, bahwa pintu masuk —dimensi— menuju kedaulatan negara lain yang hendak ditarget bisa melalui frontier, dimensi politik kekuatan, ruang atau lebensraum dan/atau lewat dimensi keamanan negara dan bangsa. Nah, agaknya para adidaya masuk ke Suriah melalui pintu (dimensi) keamanan negara dan bangsa. Ciptakan dulu destabilisasi di wilayah target agar ada alasan untuk intervensi.

Tampaknya dimensi (pintu) keamanan negara dan bangsa kembali terulang di Rakhine melalui konflik Muslim Rohingya versus Budha di Myanmar.

Sebagaimana prolog di atas, bahwa tidak ada perang agama melainkan karena geoekonomi. Ya bila geoekonomi di era penjajahan purba ialah rempah-rempah, namun sekarang —penjajahan modern— tujuannya mencaplok food and energy terutama minyak, emas dan gas bumi. Jadi, konflik (penindasan) antara muslim Rohingya melawan Budha radikal di Myanmar hanya tema atau agenda belaka. Seperti halnya konflik di Suriah, skema kolonial yang berlangsung di Myanmar juga sama yakni soal pipanisasi minyak. Conflict is protection oil flow and blockade somebody else oil flow. Itu asumsi di dunia geopolitik. Teori dianggap benar. Intinya, konflik diciptakan dalam rangka melindungi aliran minyak.