eramuslim.com – Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Demokrat Rachland Nashidik gerah dengan nyinyiran Juru Bicara Timnas AMIN, Muhammad Said Didu.
Memang, sejak Demokrat menanggalkan status oposisi dan bergabung ke koalisi pemerintah, Said Didu kerap menyindir pedas Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Salah satunya ketika AHY membungkukkan badan saat dipanggil Presiden Jokowi. Video tersebut viral dan turut dikomentari Said Didu.
“Wuihh segitunya,” sindir Said Didu mengomentari video AHY di aku X pribadinya.
Tak hanya itu, Said Didu juga membagikan ulang banyak cuitan lama SBY yang mengkritik pedas kebijakan Presiden Jokowi.
Rachland Nashidik tak terima dengan sikap tendensius Said Didu terhadap partai Demokrat dan ketua umumnya.
Lewat akun X @rachlandnashidik, petinggi Partai Demokrat itu melancarkan ‘serangan’ balik ke Said Didu. Begini isi cuitannya:
Pak @msaid_didu, saya serius bertanya:
Kenapa sih Anda kecewa dan terus terusan marah pada Demokrat? Karena kami memilih angkat kaki dari Anies? Masih gara gara itu?
Di balik kekecewaan dan kemarahan itu, sebenarnya Anda berharap Demokrat berjuang memenangkan Anies?
Bila benar, kenapa kok Anda tidak menegur atau memarahi Anies? Dia jelas tak berusaha mempertahankan kami. Setelah jalan sendiri dan menyegel kesepakatan sepihak dengan Cak Imin, dia cuma menawarkan: Silahkan putuskan sendiri, mau tetap bersama koalisi Anies-Imin atau tidak?
Fait accomply, bukan?
Pak Didu, kalau kami tak terlalu penting bagi kalian untuk dipertahankan, kenapa Demokrat dimaki ketika angkat kaki?
Faktanya, Anies lebih menginginkan Cak Imin daripada AHY. Lho, ya sudah, kami pergi. Tapi kenapa kalian masih terus menggerutu padahal kami sudah tutup buku?
Kalian marah karena AHY berambisi jadi Cawapres? Lho yang jadi Cawapres Anies itu Cak Imin. Dia lompat setelah keinginannya jadi Cawapres Prabowo tak kesampaian. Apa namanya itu kalau bukan ambisi?
Adapun AHY: ketika ditanya oleh Prabowo, ia malah mengusulkan Khofifah sebagai kandidat Cawapres. Ia tak menolak bila ditawari, tapi tak pernah menjadikan dirinya sebagai syarat.
Tentang “ambisi”, tidakkah kalian tahu bahwa “ambisi berkuasa” adalah nama tengah Anies Baswedan? Kenapa itu pada dia jadi benar tapi jadi salah bila digunakan menilai orang lain?
Kenapa kalian masih saja kesetanan?
Jangan dong gegara Anies-Imin terpuruk di Jatim, orang lain disalahkan. Piring pecah di rumah Anda, kok malah tetangga yang dimaki-maki?
Memang, menarik bahwa sementara PKB mendulang kenaikan elektabilitas di Jatim, tapi perolehan suara Anies justru cuma semata kaki.
Sebaliknya, setelah kami bersama Prabowo, perolehan suara Prabowo di Jatim justru melesat melebihi Anies dan Ganjar.
Tapi pada setiap pilihan memang selalu ada konsekuensi. Dimana kami berada, di situ kami menjalankan konsekuensinya. Begitu yang benar. Begitu lebih terhormat.
Bukan bergaya seolah pionir perubahan tapi ogah keluar dari kabinet Jokowi. Itu sih namanya mau menang sendiri.
Sana marahi Anies, marahi Cak Imin, jangan kami. Sekali lagi, kami sudah kalian usir. Jangan lagi kalian minta kami ikut bertanggungjawab atas kesalahan dan kekalahan.
Atau, ayolah move on! Politik itu siasat. Dan perubahan selalu dibentuk oleh berbagai patahan dan benturan.
Jangan cepat putus asa.
Merasa namanya disebut-sebut, Said Didu pun membalasnya, juga lewat cuitan di X.
“Jawaban saya sederhana: Selalu sisakan ruang ketidakpercayaan kepada politisi. Itu saja,” balasnya singkat. (sumber: fajar)