Ditanya Jemaah Soal Berapa Tarif Ceramahnya, Ini Jawaban UAH

eramuslim.com – Ustaz Adi Hidayat, juga dikenal sebagai UAH, salah satu ulama yang sangat disukai oleh umat Islam di Indonesia. Ceramahnya selalu merujuk pada ayat-ayat Al Quran dan hadits, sehingga banyak orang ingin mendengarkannya.

UAH dikenal sebagai ulama yang sopan, tidak kaku, dan menerima perbedaan pendapat di antara para ulama sebagai bentuk rahmat dan khazanah ilmu Islam. UAH dekat dan akrab dengan semua golongan, sehingga banyak orang ingin mengundangnya.

Dalam salah satu kajiannya, ada orang yang berani bertanya tentang biaya yang harus dikeluarkan untuk mengundang UAH. Namun, UAH menegaskan bahwa ia tidak suka ditanya tentang hal tersebut dan menegaskan bahwa dirinya tidak memiliki tarif.

“Saya paling tidak suka. Kalau boleh saya katakan, saya paling benci jika ada seorang mengatakan berapa tarif mengundang Ustadz Adi. Saya tegaskan hari ini, saya tidak punya tarif, kalau perlu Anda enggak usah bayar,” tegas UAH dilansir dari kanal YouTubenya.

“Engga ada tiket, saya datang sendiri, saya beli tiketnya ya. Sepanjang Allah memberikan tugas kepada saya, saya yakin Allah pasti belikan kelengkapannya,” sambung UAH.

Dari pada mematok tarif, UAH lebih suka dikasihkan kepada orang lain yang lebih memerlukan. Bukan bermaksud sombong, tapi UAH tidak mau orang sibuk mengumpulkan uang untuk membayar ceramahnya, tapi malah menjerumuskan.

“Saya lebih suka, Antum teman-teman, Antum belikan tuh yang antum mau kasih amplop untuk beli makanan untuk macam-macam, supaya semuanya mendapatkan kenyamanannya. Dibandingkan untuk sibuk mencari sesuatu, yang bisa menjerumuskan ustadznya,” jelasnya.

“Demi Allah, teman-teman sekalian jangan terjebak pada yang seperti ini, terutama para asatidz, itu sangat berbahaya.”

Ustaz Adi Hidayat yang sudah lama menempuh pendidikan di luar negeri memang merasa sedih saat tiba di Indonesia. Sebab, banyak ulama atau ustaz yang mematok tarif. Ia mengaku tidak terbiasa dengan amplop karena di Timur Tengah tidak demikian.

“Di Timur Tengah agak beda ya, kalo Ustadz itu diperhatikan, Guru, Alim Ulama diperhatikan sama negara. Negara yang memperhatikan, dijamin oleh mereka. Di Malaysia saja, tukang adzan itu digaji, dijamin keadaannya. Karena itu, tidak sibuk mencari yang lainnya.”

“Jadi, begitu datang, kemudian ini yang paling berbahaya, datang amplop sana-sini, begitu sudah melihat isi amplop, di situlah penyakit muncul dalam jiwa. Dan bahayanya, kalau seorang guru sudah, kemudian pasang tarif, melihat isi amplopnya, maka ilmunya hanya akan senilai dengan kadar amplopnya. Itu poinnya, dia begitu melihat aplop, senilai itu, selesai keilmuannya,” tutupnya.

 

(Sumber: Viva)

Beri Komentar