Luhut Salahkan Indonesia Soal Banyak TKA China Bekerja di Tambang, Nicho Silalahi: Enak Aja Kau Ngomong!

 

eramuslim.com – Pegiat Media Sosial (Medsos) Nicho Silalahi ikut memberikan komentar terkait pernyataan Luhut yang kembali mencuri perhatian publik.

Seperti diketahui, Luhut menyebut banyaknya TKA China yang bekerja di sektor tambang Indonesia sebagai kesalahan sendiri.

“Enak aja kau ngomong luhut dan mengatakan, ini Kesalahan Kita,” timpal Nicho dalam keterangannya di aplikasi X @Nicho_Silalahi (25/2/2024).

Dikatakan Nicho, orang-orang Indonesia sebelumnya telah bersuara menolak kedatangan para pekerja dari rumah. Bahkan jauh hari sebelumnya.

“Dari Jauh hari kami sudah sudah bersuara kencang menolak masuknya para pengangguran china itu ke negeri ini,” Nicho menuturkan.

Dia pun mengingatkan agar Luhut lebih berhati-hati sebab jika terjadi revolusi mala dia menjadi salah satu orang yang akan diburu rakyat.

“Ingat ya jika terjadi revolusi maka kau orang kedua setelah jokowi yang akan di buru rakyat!,” tandasnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkapkan bahwa kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang terampil telah mendorong pertumbuhan tenaga kerja asing (TKA), terutama yang berasal dari China, di sektor tambang dan proyek smelter di Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah TKA di Indonesia, khususnya yang berasal dari China, terus meningkat.

Industri di Tanah Air yang paling banyak menyerap TKA asal China adalah proyek tambang dan smelter.

Salah satu contoh yang disebutkan oleh Luhut adalah proyek smelter di Kawasan Industri Weda Bay, Halmahera Tengah.

Proyek ini dibangun oleh perusahaan dari tiga investor China. Di antaranya Tsingshan, Huayou, dan Zhenshi.

Menurut Luhut, sulitnya perusahaan ini menemukan SDM Indonesia yang kompeten menjadi alasan utama banyaknya TKA China yang bekerja di sana.

Luhut menjelaskan bahwa ruang kontrol di kawasan industri Weda Bay diisi oleh lulusan yang tidak sesuai dengan bidang, hal ini disebabkan oleh minimnya SDM yang memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan ini.

Dampak dari kurangnya SDM Indonesia yang terampil ini adalah peningkatan jumlah TKA China yang bekerja di sektor tambang dan smelter.

Hal ini juga mengundang pertanyaan terkait strategi pengembangan SDM yang lebih baik agar Indonesia dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan oleh industri, sehingga tidak terlalu bergantung pada TKA asing. (sumber: fajar)

Beri Komentar