Singgung Demokrasi, UAS: Jangan Sampulnya Demokrasi, Tapi Isinya Monarki

UAS: Jangan Sampulnya Demokrasi, Tapi Isinya Monarki

eramuslim.com – Ustadz Abdul Somad (UAS) memberikan penjelasan tentang bagaimana umat menjaga suasana hati menjelang Pemilu 2024. Hal ini disampaikannya dalam video di saluran Youtube resmi miliknya dengan judul ‘Ekslusif | Dialog Akal Sehat | Prof Rocky Gerung & Ustadz Abdul Somad’.

Video tersebut juga menampilkan Rocky Gerung sebagai pengamat politik dan Dikki Akhmar sebagai moderator. Selama kesempatan itu, UAS juga membahas tentang Indonesia sebagai negara demokrasi.

“Sekarang kita mesti terbuka mata, kita tinggal di negara demokrasi. Dalam dunia demokrasi, biarkanlah orang memilih. Orang punya pilihan. Jangan digiring dengan adanya kekuasaan, endorse men-endorse, dan lain sebagainya,” kata Ustadz Abdul Somad memulai pemaparannya.

UAS melanjutkan, biarkanlah orang bebas memilih pilihannya. Dia juga menekankan pentingnya menyadarkan warga bangsa ini bahwa Indonesia adalah negara demokrasi.

“Jangan sampulnya demokrasi, tapi isinya monarki. Apalagi, kalau sampai sampulnya demokrasi isinya anarki. Kita teriak tidak boleh khilafah, karena bertentangan dengan demokrasi, tetapi perbuatan kita sendiri sebetulnya ada bau-bau monarki,” ujarnya.

Misalnya, UAS melanjutkan, dengan melakukan segala macam usaha agar ada keberlanjutan kekuasaan.

“Dari mulai penambahan waktu yang telah ditetapkan oleh demokrasi, kemudian tidak bisa melakukan itu, lalu dilanjutkan oleh orang berbeda tetapi signal-nya tetap sama,” katanya.

Karena itu, UAS mengatakan, perlu ada penyadaran terhadap umat ini sehingga di sinilah pentingnya akal sebagai alat untuk berpikir, menemukan kebenaran dan kejernihan. Menurut UAS, masyarakat yang tidak punya kepentingan, insya Allah pikirannya jernih. Masyarakat pulalah yang memberikan hak suara.

“Suara terbesar dalam demokrasi itu ada di kedaulatan rakyat. Rakyat yang berdaulat. Silakan saja orang yang punya kekuasaan, yang berharta, menunjukkan kekuasaannya. Tetapi ingat, periode lalu itu 32 tahun, dengan segala perangkat kekuasaan yang ada, toh pada akhirnya tumbang juga karena masih ada orang-orang berakal, orang-orang cerdas,” ujarnya.

UAS juga mengutip surat al-Mulk ayat 10, yang berisi tentang ganjaran bagi orang-orang yang tidak berpikir.

“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala” (QS al-Mulk ayat 10).

 

(Sumber: Republika)

Beri Komentar