Ketika Muhammad Al Fatih Ajarkan Sains Kepada Dracula

eramuslim.com – Nama Vlad the Impaler atau Vlad III atau juga dikenal sebagai Pangeran Wallachia mungkin tak seterkenal Dracula dalam budaya pop. Namun penguasa asal Romania ini adalah inspirasi dari Bram Stoker menciptakan karakter horor legendaris tersebut.

Lahir sekitar tahun 1428 hingga 1431 di Wallachia yang kini menjadi bagian dari Rumania, Vlad III semasa hidup sejatinya memiliki nama panggilan Vlad Dracula. Hal itu tak bisa dilepaskan dari sosok ayahnya, Vlad II alias Vlad Dracul.

Semua bermula pada 1431. Kala itu, Raja Sigismund dari Luxembourg yang menguasai Hungaria menunjuk Vlad II masuk dalam kelompok kesatria, Ordo Naga alias The Order of the Dragon. Vlad II diketahui menghabiskan sebagian besar masa mudanya di istana milik Sigismund.

Penunjukan tersebut membuat Vlad II mendapatkan titel baru, yakni Dracul, yang membuat dirinya dikenal dengan nama Vlad Dracul. Menurut bahasa Rumania kuno, “drac” berarti naga sehingga Vlad Dracul bermakna Vlad Si Naga.

Hal itu menyebabkan kawasan Kerajaan Vlad Dracul sering menjadi tempat pertempuran berdarah. Saat Ordo Naga berkuasa, mereka hanya fokus pada satu hal yakni mengalahkan Kekaisaran Ottoman yang berasal dari wilayah yang kini bernama Turki.

Hingga pada 1442, Vlad Dracul dijebak Sultan Ottoman Murad II. Vlad II kemudian memberikan kedua anaknya yakni Vlad III dan Radu, sebagai sandera. Vlad II pun bebas dan diizinkan kembali ke Istananya.

Meski jadi tahanan, sejarawan Elizabeth Miller dari Memorial University of Newfoundland Kanada mengatakan kepada Live Science , Vlad III dan Radu justru diajarkan sains, filsafat, dan seni oleh Kesultanan Ottoman.

“Namun Vlad III  memiliki dendam, dan saya rasa ini yang menjadi salah satu faktor ia melawan Ottoman, balas dendam kepada mereka karena telah menahannya,” lanjutnya.”Mereka diperlakukan dengan cukup baik bila ditinjau dari sudut pandang saat ini. Namun tetap saja penahanan itu membuat Vlad III kesal, sementara saudaranya [Radu] tampak setuju dan pergi ke Turki,” kata Miller.

Di sisi lain, Vlad II susah payah mempertahankan posisinya sebagai penguasa wilayah Wallachia. Hingga pada 1447, ia dikudeta oleh para bangsawan yang didukung pejabat dari Kerajaan Hungaria. Vlad II diketahui dibunuh di sebuah rawa-rawa di wilayahnya sendiri.

Setahun setelah kejadian itu, Vlad III mulai bergerak untuk kembali merebut takhta ayahnya dari penguasa Wallachia yang baru, Vladislav II.

Upayanya ini berhasil berkat didukung oleh Kesultanan Ottoman. Namun kesuksesan Vlad III duduk di takhta Wallachia hanya bertahan dua bulan setelah Vladislav II kembali melawan dan menang.