NWO, Untold (4)

Awalnya, kedua peneliti yang memiliki latar belakang sebagai pengajar di bidang paranormal, okultisme, serta misteri sejarah dan agama di London ini merasa ragu dengan Giovani. Namun setelah menjalani hubungan yang dekat dan intens, mereka berdua akhirnya meyakini bahwa apa yang diakui Giovanni memiliki kebenaran.

“Perjumpaan dan hubungan kami dengan Giovanni meyakinkan kami bahwa ia, setidak-tidaknya, bukanlah pembual dan bahkan informasinya dapat dipercaya. Ia tidak hanya menyampaikan kepada kami berbagai fakta yang tidak ternilai harganya mengenai kain kafan Turin, tetapi juga menyebutkan secara rinci orang-orang dari masa sekarang yang menjadi anggota kelompok Biarawan Sion atau berbagai organisasi esoteris dan rahasia lain, di Inggris maupun di Eropa daratan. Misalnya, ia menyebut seorang konsultan penerbitan, yang pernah bekerjasama dengan kami pada 1970-an, sebagai anggota kelompoknya. Sekilas, pernyataan Giovanni mengenai orang ini  tampak sebagai rekaan imajinasinya, tetapi beberapa bulan kemudian sesuatu yang sangat aneh terjadi,” tulis Picknett.

Kisahnya terjadi saat sebuah pesta yang diselenggarakan seorang kenalan pada November 1991 di sebuah restoran mewah yang letaknya berdekatan dengtan distrik mereka. Konsultan itu hadir walau dia tinggal sangat jauh. Konsultan itu mengundang Picknett dan Prince ke kediamannya. Setelah memenuhi undangan tersebut, peneliti ini sampai pada kesimpulan bahwa konsultan tersebut memang anggota Biarawan Sion. Apalagi konsultan itu yang taat menjalankan ritual okultisme, kemudian juga mengadakan sebuah pesta amat mewah di rumahnya yang terletak di sebuah desa. Namun tamu-tamunya bukanlah orang sembarangan, …semua yang hadir di sana adalah pejabat perbankan internasional yang ternama.

Disebabkan pengalaman dan penelitian yang panjang itulah, mereka sampai pada keyakinan bahwa Biarawan Sion modern—seperti yang dikatakaln Plantard kepada Michael Baigent dan kawan-kawan—bukan sekadar ciptaan atau temuan segelintir orang Perancis yang punya fantasi monarkis sebagaimana dituduhkan oleh sebagian kritikus. “Berdasarkan pengalaman dan temuan kami, tidak ada keraguan sedikit pun di benak kami untuk memercayai bahwa Biarawan Sion sungguh-sungguh ada pada masa kini,” demikian tulis mereka.

DOSSIERS SECRETS DAN PIERRE PLANTARD

Sebelum kita menelusuri lebih jauh, ada baiknya kita berhenti sejenak untuk mencermati kisah tentang Pierre Plantard yang dikatakan sebagai orang yang berada di belakang penulisan Les Dossiers Secrets—dokumen rahasia—yang memuat nama sejumlah tokoh Barat sebagai Grand Master Biara Sion.

Pierre Plantard
Pierre Plantard

Henry Lincoln dan dua penulis The Holy Blood and the Holy Grail lainnya menyatakan kesulitan untuk menentukan sejak kapan awal mula Biara Sion diketahui berdiri.

Ada pula yang meyakini bahwa cikal bakal Biara Sion bermula pada tahun 43 Masehi, ketika Raja Herod (King Herod Agrippa) bersama-sama dengan delapan pendeta Yahudi merencanakan sebuah gerakan untuk memenangkan dunia. Namun catatan ini pun sulit untuk menemukan pembuktian atau dokumen-dokumen pendukung yang lebih kuat. Namun ketika mereka menemukan Les Dossiers Secrets, mereka akhirnya mengambil sebuah pijakan  sementara yang akan diuji kemudian. Salah satu temuan mereka mengatakan bahwa di Annemasse, Perancis, pada tahun 1956 telah berdiri satu organisasi resmi bernama Priory of Sion yang telah mendaftarkan diri—sesuai hukum Perancis—di Sous-Prefecture of Saint Julien-en Genevois, pada 7 Mei 1956. Pendaftarannya sendiri dicatat pada tanggal 20 Juli 1956 di ‘Journal Officiel de la République Française dengan dewan pendiri empat orang: Pierre Plantard, André Bonhomme, Jean Delaval, dan Armand Defago.

Priory the Sion juga memiliki nama lain yakni “Chevalerie d’Institutions et Régles Catholiques d’Union Independence et Traditionaliste” (C.I.R.C.U.I.T) atau dalam bahasa Inggris berbunyi: Chivalry of Catholic Rule and Institution and of Independent Traditionalist Union. Organisasi dikabarkan bubar pada bulan Oktober 1956, lalu muncul kembali tahun 1962 dan 1993. Semuanya oleh Pierre Plantard .