“Bau Istana” Yang Menyengat

Cahyo tidak mungkin sendirian ketika memutuskan plt Jawa Barat. Setidaknya dapat persetujuan istana. Kenapa bisa begitu? Buktinya, istana diam. Meski gelombang protes sangat besar.

Tidak hanya PKS dan Gerindra yang protes. Golkar dan Nasdem juga berang. Tidakkah kedua partai ini adalah pendukung istana? Iya. Tapi, di Jawa Barat ada cerita dan kisah politik yang berbeda. Apa bedanya? Tidak semua kepentingan istana sama dengan kepentingan parpol pendukung

Lepas dari aturan yang debatable, pelantikan Komjen Iriawan, jenderal polisi aktif menjadi plt Jawa Barat menghawatirkan dua hal. Pertama, rawan muncul Dwi Fungsi polisi. Jika Dwi Fungsi ABRI dihapus sebagai bukti reformasi TNI berjalan, tapi melibatkan polisi aktif dalam jabatan politik bisa dicurigai sebagai upaya lahirnya Dwi Fungsi polri. Kedua, banyak pihak yang khawatir Pilgub Jabar tidak netral, karena ada jenderal polisi sebagai salah satu calonnya. Plt gubernurnya juga jenderal polisi aktif.

Kok curiga? Berarti gak percaya sama Polri? Jangan salah paham. Rakyat mesti percaya sama Polri. Kalau tidak, negara ini bisa bubar. Dalam kasus tertentu, rakyat memang sensi dengan langkah polri. Terutama yang bersinggungan dengan politik. Jejak polres Banyumas di era Presiden Megawati, hingga sejumlah kasus terkait dengan Ahok di era Presiden Jokowi, sepertinya tak hilang dari ingatan.

Tugas Iriawan sangat berat. Ia harus mempu menjawab kecurigaan publik. Apalagi jejak Iriawan sebagai Kapolda Metro Jakarta saat itu, banyak mendapat sorotan. Terutama oleh umat Islam. Khususnya aktivis 212.

Iriawan dituntut untuk membuktikan pertama, independen dalam Pilgub Jawa Barat. Benar-benar tak ikut campur urusan Pilgub Jawa Barat. Fokus kerja sebagai plt gubernur. Kedua, membuktikan kerjanya sebagai plt gubernur. Meski memimpin dalam waktu singkat. Apalagi jika waktu yang singkat itu bisa dimanfaatkan Iriawan untuk menarik simpati masyarakat Jawa Barat. Caranya? Komunikasi publik yang ilegan. Gaul dan merakyat. Dekat dan akrab dengan rakyat. Hal ini bisa jadi penghapus luka lama yang pernah dirasakan oleh aktivis 212. Dimana Jawa Barat pusatnya aktivis 212.