Hersubeno Arief: Politisi Kemarin Sore dan Politisi Kemarin Dulu

Filsafat aku dan liyan, orang lain(Jawa). Me and others tampaknya bisa membantu menjelaskan fenomena ini.

Celakanya pembelahan itu bukan hanya muncul di tengah masyarakat, namun justru dipersubur oleh perilaku para tokoh, pejabat publik, bahkan oleh presiden sendiri.

Para tokoh, pejabat publik, politisi, presiden, adalah bagian dari persoalan yang menambah dalam pembelahan masyarakat.

Kedua, memudarnya nilai-nilai kesetiakawanan, idealisme, moral dan etika digantikan oleh oportunisme dan pragmatisme politik.

Pembelotan Faldo —kalau benar seperti banyak dituduhkan—bukanlah monopoli dari politisi dadakan, politisi kemarin sore.

Pada Pilpres 2019 kita bisa melihat dengan kasat mata manuver politik yang dilakukan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan gerbong Demokrat.

Ketika Prabowo-Sandi tengah berjuang hidup mati melawan apa yang mereka sebut sebagai kecurangan, SBY terang-terangan sudah mulai mengalihkan dukungannya ke Jokowi.

Dalihnya bisa bermacam-macam. Alasannya “kenegarawan,” menjaga keutuhan bangsa dan negara, dan segudang alasan lain. Namun publik sangat paham bahwa tujuannya tak lain hanya untuk mendapatkan sekerat jabatan.

Begitu juga signal-signal politik yang diberikan oleh Ketum PAN Zulkifli Hasan dan sejumlah petinggi PAN lainnya. Publik mahfum kemana arahnya.