IN SYAA ALLAH, Erdogan Menang

By Fatuddin Ja’far, MA

Muqaddimah
Sesuai keputusan Lembaga Tinggi Pemilu Turki, bahwa Pilpres Turki harus dilakukan putaran kedua karena dalam Pemilu 14 Mei lalu tidak ada kandidat Presiden yang meraih suara di atas 50%.

Pilpres putaran kedua telah ditetapkan untuk para pemilih di luar negeri Sabtu 20 Mei dan untuk dalam negeri Ahad 28 Mei yang akan datang.

Hakikat Pilpres Turki
Seperti yang sudah kami jelaskan dalam tulisan sebelumnya (Pemilu Turki 2023 : Percaturan Antara Islam dengan Sekularisme), maka Pilpres Turki putaran kedua nanti memiliki arti yang sangat penting, khususnya bagi umat Islam dan masyarakat Turki yang benar-benar menginginkan kemajuan dan merdeka dari Barat dan kediktatoran sekularisme.

Karena hakikatnya Pemilu/Pilpres Turki adalah perang terbuka antara Islam dan sekularisme Barat yang telah dimulai sejak tahun 1923, saat Mustafa Kemal, Mbah sekular Turki yang menjadi boneka Barat berhasil menumbangkan Khilafah Islamiyah Utsmaniyah yang sudah berdiri sejak 5 abad lamanya.

Rekam Jejak Erdogan Selama 21 Tahun Menjadi Pemimpin Turki.

Sebagai penerus perjuangan Islam Adnan Menderes (1950-1961) dan Prof DR. Necmettin Erbakan (1969-2000) رحمهما الله, Erdogan dalam kepemimpinannya selama 21 tahun telah melakukan perubahan dan perbaikan yang sangat mendasar, radikal dan fantastis di berbagai sektor kehidupan pemerintahan dan masyarakat Turki sehingga menorehkan sejarah peradaban yang rekam jejaknya dapat dilihat dan dirasakan oleh siapapun.

Berbagai perubahan dan perbaikan yang dilakukan Erdogan selama 21 tahun telah mendapat pengakuan dunia dan dirasakan kebaikannya, baik oleh kawan maupun lawan politiknya, kendati tanpa mau mengakuinya secara terus terang.

Paling tidak ada 10 perubahan dan perbaikan besar-besaran yang terjadi selama Erdogan dan partainya AKP memimpin dan memenej negara Turki :

1. Ideologi negara dan telah berubah dari Kemalisme sekularisme diktator yang dipaksakan dengan tangan besi, zalim dan memerangi Islam menjadi demokrasi dan kebebasan beragama serta berdakwah Islam dalam berbagai lapangan, termasuk politik praktis.

2. Politik luar dan dalam negeri telah berubah dari menghamba kepada Barat dan sesuai syahwat kelompok sekular menjadi bebas dan merdeka berdasarkan kemanusiaan, kepentingan nasional, hak asasi manusia, keadilan, kesetaraan masyarakat dan bangsa-bangsa serta negara berdaulat. Bahkan di level internasional, Turki sudah menjadi penyeimbang antara blok Barat Eropa-AS dengan Timur Rusia. Apalagi di kalangan negara-negara Muslim sangat dihormati.

Erdogan satu-satunya pemimpin dunia yang berani mengecam Yahudi dan Presiden Israel Shimon Peres saat pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss dan walk out dari forum yang dihadiri Sekjen PBB Ban Ki-moon saat itu.

Bahkan saat berpidato di hadapan PBB pada sidang umum ke-74 PBB di New York, Amerika Serikat, 24 September 2019 dengan lantang Erdogan menyampaikan tuntutan merekonstruksi anggota Dewan Keamanan PBB karena tidak ada keadilan yang dapat diujudkan PBB selama ini, khususnya terkait masalah Palestina dan menekankan dunia ini lebih besar dari 5 negara anggota DK-PBB itu.

3. Pemerintahan telah berubah dari kacau, lemah, tidak amanah, tidak profesional, korup, pengekor Barat, nepotisme dan kolusi menjadi maju, bersih, amanah, profesional, adil, berdikari, kuat dan bebas dari pengaruh asing.

4. Hukum telah berubah dari zalim, alat kekuasaan dan kepentingan kelompok elite sekular yang berkuasa menjadi adil dan semua warga negara sama di hadapan hukum, apapun statusnya.

5. Militer telah berubah dari menjadi kelompok elite sekular otoriter yang memaksakan sekularisme sebagai ideologi final negara di atas segala pemikiran dan agama, khususnya Islam menjadi berada pada posisi yang benar (back to the barracks) sebagai kekuatan utama negara yang berkewajiban menjaga dan melindungi negara dan negeri dari ancaman dan bahaya asing, khususnya dalam bentuk teritorial dari sebuah negara merdeka dan berdaulat.

6. Ekonomi telah berubah dari negara miskin, hutang menggunung dan bertambah terus menjadi negara bebas hutang dan maju ekonomi menyamai negara-negara Eropa Barat dan bahkan termasuk memberikan pinjaman pada IMF.

Sebagai contoh nyata, saat Erdogan menjadi PM pertama kali 21 tahun lalu harga tukar Lira Turki (TRY) terhadap USD1.00 = TRY 1,6 juta. Dalam beberapa tahun saja, mata uang Turki menguat dan tahun 2017-2018 sempat di angka USD 1.00 = TRY 3.70

Kendati ekonomi dan mata uang TRY diserang Eropa, AS dan Arab, khususnya Uni Emirat Arab dan Saudi sejak 2018 maka USD 1.00 masih bertahan di angka TRY 19.50.

Jika dilihat dari kondisi TRY saat Erdogan jadi PM/Pemimpin Turki pertama kali 21 tahun lalu, angka 19.50 tersebut tidak banyak pengaruh negatifnya atas ekonomi Turki yang sudah kuat dan maju beratus kali lipat dari 21 tahun sebelumnya.

Selama kepemimpinan Erdogan yang relatif singkat (dibanding para kaum sekular yang menguasai Turki selama 80 tahun sebelumnya), Turki sudah menjadi salah satu negara produsen produk pertanian, tekstil, kendaraan bermotor, peralatan transportasi, bahan konstruksi, persenjataan canggih, elektronik konsumen, jasa khususnya pariwisata dan peralatan rumah tangga terkemuka di dunia.

Turki dinobatkan di posisi No 11 negara termaju di dunia dengan income perkapita sekitar USD 12.000 dan diprediksi setelah tahun 2023, yakni setelah perjanjian Lausanne (antara Inggris dengan Turki 24 Juli 1923), selesai akan melompat menjadi sekitar USD 30.000.

Hal ini yang tidak disenangi Barat dan musuh Turki lainnya karena menempatkan Turki dalam posisi yang sangat kuat dan bisa mengungguli Barat.

7. Pendidikan (pengembangan SDM) dan pelayanan kesehatan dari terbelakang, kekurangan dan tidak merata menjadi sangat maju dan meliputi semua wilayah negeri Turki.

Di mana-mana kita menyaksikan lembaga pendidikan sejak tingkat rendah sampai perguruan tinggi (PT) dan juga rumah sakit pemerintah tumbuh dengan sangat maju bagaikan jamur muncul di musim hujan.

Sampai akhir 2023, Pemerintah Turki pimpinan Erdogan ini menargetkan memiliki 500 universitas negeri bertaraf internasional.

Dalam pertemuan dengan 5000 generasi muda beberapa hari sebelum Pemilu 14 Mei yang lalu di Istanbul, Erdogan menyampaikan perhatian yang sangat tinggi terhadap generasi masa depan yang terdidik berdisiplin tinggi dengan membangun 208 universitas baru, 96 taman teknologi, 316 pusat desain, dan 1.249 pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Turki saat ini sudah menjadi kiblat alternatif bagi para penuntut ilmu dari berbagai negara, termasuk Eropa dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

8. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berubah dari keterbelakangan dan ketergantungan pada Eropa menjadi sangat maju dan independen dalam semua lininya, termasuk berbagai peralatan dan persenjataan perang canggih lainnya. Bahkan pesawat drone Bayraktar Kizilelma telah dibeli dan dipesan 120 negara, termasuk negara-negara anggota NATO.

9. Infrastruktur telah berubah dari serba terbatas dan kekurangan menjadi lengkap dan sempurna dengan kualitas tinggi, sejak dari darat, udara, laut dan bahkan di bawah tanah dan di bawah laut. Semuanya hasil produk dalam negeri dan dioperasikan oleh bangsa Turki sendiri.

Istanbul misalnya, sebelum Erdogan menjadi Wali Kotanya dan menjadi Pemimpin Turki terkenal dengan kota kumuh dan terjorok di dunia, semrawut, selalu kesulitan air bersih, listrik, transportasi dan sebagainnya. Sekarang sudah menjadi kota yang sangat bersih, indah dan maju dalam semua standarisasi sebuah kota besar di dunia.

10. Ketidakpedulian terhadap masyarakat tertindas di dunia, termasuk umat Islam dan para ulama yang menghadapi kezaliman penguasa-penguasa negeri Islam sendiri, maka selama kepemimpinan Erdogan, Turki telah berubah 180° dan menjadikan semua problem yang dihadapi umat Islam dan para ulama, seperti masalah penjajahan atas Palestina oleh Yahudi, Muslim Turkistan Timur (Uighur) oleh Tiongkok, Muslim Rohingya oleh Myanmar, Azerbaijan oleh Armenia, Muslim Mesir oleh Penjagal Assisi yang mengkudeta almarhum Mursi, Muslim Libya pasca keruntuhan Muaamar Kadafi dan seterusnya, berubah menjadi bagian tak terpisahkan dari maslah yang dihadapi Turki sendiri.

Bahkan sekitar 3.7 juta Muslim Suriah yang hijrah ke Turki akibat kejahatan dan kekejaman penguasa Basyar Asad yang didukung Rusia dan Iran, Turki menerima mereka sebagai saudara seiman dengan kedua tangan terbuka. Puluhan milyar dolar dikeluarkan Turki untuk membantu mereka.

Mereka dilayani Turki sebagai saudara sendiri sehingga kelompok sekular pimpinan Kemal Kilicdaroglu, pemimpin partai oposisi CHP murka dan berjanji jika menang Pilpres nanti akan memulangkan para Muhajirin ke Suriah dalam tempo dua tahun.

Data Bicara
Untuk memudahkan kita memahami situasi politik Turki saat ini dan kemungkinan besar Erdogan akan menang lagi, in syaa Allah, mari kita lihat data berikut :

1. Pemilu 14 Mei lalu, Erdogan dari Koalisi Rakyat meraih 49,52% (27,133,837) suara. Untuk menang diperlukan 0,49% suara.

2. sedangkan pesaing beratnya, Kemal dari Koalisi Bangsa meraih 44.88% (24,594,932) suara.

3. Erdogan unggul atas lawan utamanya 2,538,905 suara.

4.Sinan Ogan, Capres dari Koalisi Nenek Moyang meraih 5.17 % (2,831,239) suara.

5. Sedangkan Muharrem Ince yang mengundurkan diri beberapa hari sebelum hari H masih mendapat 0.43% suara.

6. Ada 1,036,565 suara dianggap tidak sah.

7. Ada sekitar 8,429,206 pemilih yang tidak ikut Pemilu 14 Mei yang lalu.

8. Perolehan anggota Parlemen Turki :

1. Total kursi 600
2. Koalisi Rakyat yg dipimpin Erdogan meraih 332 kursi
3. AKP sendiri mendapat 267 kursi
4. Kelompok oposisi pimpinan Kemal Kılıçdaroğlu meraih 213 kursi
5. MHP (Milliyetçi Hareket Partisi),(Koalisi AKP di Parlemen) meraih 50 kursi
5. Partai Refah Baru pimpinan Fatih Erbakan (putra almarhum Necmettin Erbakan) meraih 5 kursi juga bergabung dengan Erdogan.

6. Sinan Ogan yang meraih 5,17 % suara telah mengumumkan bergabung dengan Koalisi Rakyat pimpinan Erdogan.

Kesimpulan
Dari rekam jejak selama 21 tahun dan data serta fakta lapangan di atas sangat jelas bahwa kemenangan Erdogan dalam Pilpres Turki putaran kedua Ahad 28 Mei akan menjadi kenyataan, in syaa Allah.

Artinya, hasil-hasil pooling/survey sebelumnya yang mengunggulkan pimpinan oposisi kalangan sekular yang dipimpin Kemal Kılıçdaroğlu, caci maki dan black campaign media sekular Barat dan mediaTurki yang berhaluan Barat sekular terhadap Erdogan, termasuk sesumbar Presiden Amerika, Joe Biden yang akan menjatuhkan Presiden Erdogan dalam Pilpres kali ini, tidak berpengaruh dalam membentuk opini mayoritas masyarakat Muslim Turki.

Hal tersebut menunjukkan mayoritas masyarakat Turki yang mayoritas penduduknya Muslim itu sudah menjadi cerdas dan berakal sehat selama dalam pengaruh dan kepemimpinan tiga (3) tokoh besar Muslim Turki (Adnan Menderes , Prof. Necmettin Erbakan, rahimahumallah dan Rcep Tayyip Erdogan).

Faktor lain selain rekam jejak yang amat gemilang adalah gagasan masa depan yang lebih kongkrit yang dimiliki Erdogan dan sungguh jauh melebihi batas intelektual dan kemampuan kelompok sekular oposisi.

Sebaliknya, kelompok oposisi sekular Turki kehilangan rekam jejak positif dan bahkan sebaliknya. Puluhan tahun mereka memimpin Turki, hasilnya kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dalam banyak hal dan hanya Menjalankan agenda dan program asing/Barat.

Gagasan masa depan pun tak punya kecuali ungkapan-ungkapan rasis, kebencian kepada Erdogan, para politisi Muslim, pada Islam dan kaum Muslimin, khususnya yang datang dari Suriah dan berbagai negeri Islam lainnya.

Ditambah lagi senandung kerinduan kepada mereka Kemalisme Sekular yang anti Islam, sejarah umat Islam dan kecanduan tingkat akut yang mereka idap, kepada Barat dan ideologi sekularismenya. Tentu tidak aka mendapat sambutan mayoritas masyarakat Turki yang sudah cerdas dan hanya membuat mereka mual dan mungkin juga muntah darah.

Bandingkan dengan Erdogan dalam beberapa kesempatan kampanye dan pertemuan dengan masyarakat atau generasi muda. Di antaranya menjelaskan : Infrastruktur sudah selesai kita bangun selama 21 tahun. Ke depan, kita akan membangun kemakmuran rakyat dengan target income per kapita di atas USD 30.000 melalui kekuatan ekonomi sendiri, di antaranya melalui sumber energi (minyak bumi dan gas alam) yang akan kita kelola sendiri setelah perjanjian Lausanne berakhir 24 Juli 2023. Semua itu hak kalian dan generasi masa depan*.

Erdogan juga mengatakan sambil menyindir kelompok oposisi sekular yang tak kunjung sadar :
“Segala sesuatu sudah kita rubah dengan berbagai keberhasilan dan kemajuan. Tinggal yang belum berhasil kita rubah (kecerdasan) kelompok oposisi. Maafkan saya”.

Artinya, ada dua PR besar Erdogan saat Allah takdirkan menang dalam Pilpres 28 Mei nanti.

*Pertama*, mewujudkan kemakmuran semua rakyat Turki, tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun.

Beda dengan kelompok oposisi sekular yang sangat diskriminatif. Contohnya, gara-gara tidak mendapat suara yang signifikan di wilayah kena gempa beberapa waktu lalu, mereka mencaci maki masyarakat dan menghentikan bantuan kepada mereka. Alasannya Erdogan meraih 80% suara di wilayah tersebut.

*Kedua*, mencerdaskan kelompok sekular oposisi yang selama ini menjadi budak dan hidup demi kepentingan bangsa asing dan agama lain kendati negara dan negeri jadi hancur berantakan.

Tentu PR yang kedua ini lebih sulit diwujudkan. Tapi dengan penuh kesabaran dan tawakkal pada Allah, in syaa Allah dengan perjalanan waktu bisa terwujud, walau tidak 100%. Apalagi jika mereka ingat nenek moyang mereka yang pernah menaklukan Konstantinopel (Istanbul sekarang) dan ditakdirkan Allah menjadi pemimpin Dunia selama 5 abad. Bagi Allah mudah saja.

Yaa Allah… Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.. Menangkanlah hamba-Mu bernama Recep Tayyip Erdogan dalam Pilpres Turki Ahad 28 yang akan datang. Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau jua kami minta tolong…Aaamiin..

Beri Komentar