KLARIFIKASI EDY MULYADI WARTAWAN SENIOR FNN, SOAL LOKASI PROYEK IKN ‘TEMPAT JIN BUANG ANAK

Oleh : Ahmad Khozinudin, S H.

Ketua Umum KPAU

Memang kami akui, pasca perlawanan terhadap penolakan proyek IKN yang tidak lain adalah proyek oligarki, dukungan rakyat mengalir deras. Terbukti, video pemaparan tentang bahaya proyek IKN viral diberbagai platform media sosial. Sejumlah pembicara dalam forum penyampaian pernyataan hukum KPAU di Jakarta (17/1) juga ikut viral dan dikenal publik.

Selain Bang Edy Mulyadi, nama Bung Agung Wisnu Wardana, aktivis 98 juga ikut viral. Pemaparan yang didasarkan pada data, logika dan rasionalitas yang argumentatif, menyebabkan videonya viral dan dibagikan ke berbagai platform media sosial.

Kami yakin, rezim tak memiliki argumentasi untuk membantah pernyataan yang kami buat. Semua data yang diungkap, justru berasal dari pernyataan-pernyataan resmi pejabat, dan terkait mitigasi kasus kami mengutip data-data otoritatif yang dipublikasikan oleh WALHI.

Jadi, semua promo tentang keuntungan proyek IKN, urgensi dan mimpi-mimpi yang dijual rezim kepada rakyat, menjadi hapus oleh sejumlah data dan paparan yang kami sampaikan. Rezim tak memiliki dasar legitimasi untuk membantah, bahwa proyek IKN di Kalimantan Timur adalah proyek oligarki.

Mulailah, dicari-cari kesalahan sebagai bentuk serangan balik terhadap kami. Pertama, dimunculkan laporan dari Kader Gerindra di Sulawesi Utara yang mempersoalkan ujaran ‘Macan Jadi Kucing’ yang dilekatkan kepada Menhan Prabowo Subianto.

Dalam isu ini, kami siap melayani. Bahkan, secara khusus penulis mengkounter kabar itu dengan satu artikel yang pada pokoknya, kasus tersebut tidak bisa dibawa ke ranah hukum. Dan kalau Prabowo merasa tercemar, maka dirinyalah yang harus lapor sendiri.

Karena merasa gagal menyerang dengan narasi ‘macan jadi kucing’, Bang Edy Mulyadi kembali dicari-cari celah untuk diserang kembali. Ungkapan ‘Jin Buang Anak‘ dijadikan dalih untuk menyerang Bang Edy Mulyadi dengan isu SARA.

Alhamdulillah, Bang Edy Mulyadi telah memberi klarifikasi. Konteks ‘Jin Buang Anak’ itu merujuk pada tempat, bukan kepada suku atau masyarakat tertentu. Tempat dimaksud adalah tempat lokasi proyek IKN yang kesemuanya berupa kawasan hutan, pertambangan, dan perkebunan sawit yang dikuasai oligarki.

Kawasan yang sepi, penuh bekas lobang tambang inilah, yang dianalogikan sebagai ‘tempat jin buang anak’ yang akan menjadi ibukota baru, proyek yang menguntungkan oligarki, bukan menguntungkan rakyat Kalimantan. Ujaran yang disampaikan, tidak pernah ditujukan kepada Suku, Agama, Ras atau Golongan (SARA), tetapi ditujukan kepada tempat, kawasan hutan dan pertambangan, yang akan dijadikan lokasi ibukota negara.

Alhamdulillah, sejumlah tokoh Kalimantan justru menemui bang Edy Muyadi (23/1/2022). Dalam kesempatan itulah, Bang Edy Mulyadi membuat video klarifikasi sekaligus permohonan maaf kepada masyarakat Kalimantan.

KPAU dan tokoh-tokoh di Jakarta menggelorakan perlawanan terhadap proyek IKN karena proyek ini akan membebani rakyat. Secara khusus, bagi masyarakat Kalimantan di seputar lokasi IKN juga tidak akan diuntungkan. Yang diuntungkan adalah oligarki.