Naked Invasion: Antitesis Silent Invasion

Istilah naked invasion itu sendiri dicetuskan oleh Dirgo D Purbo pada diskusi terbatas di Whatsapp (WA) dalam forum KENARI (Kepentingan Nasional RI) tatkala mencermati berbagai paradoks geopolitik dan ironi geoekonomi yang berlangsung di republik tercinta ini. Betapa negeri agraris dengan dua musim serta bercurah hujan tinggi, tetapi mengimpor berbagai komoditi yang justru berlimpah di negeri ini, seperti kacang hijau, kedelai, singkong, bahkan kemenyan pun impor, dan lain-lain; negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, namun mengimpor garam, ikan asin, bahkan ikan laut.

Lagi-lagi, istilah naked invasion mencuat ketika Indonesia mengimpor beras dikala petani sedang dalam masa panen padi. Inilah yang kini terjadi di republik tercinta ini, peperangan asimetris melalui pintu ‘utang’ belum mampu sepenuhnya diantisipasi oleh segenap elit politik dan komponen bangsa ini, muncul lagi model asymmetric warfare terbaru yakni naked invasion, modus invasi terang-terangan dalam rangka menggerus food and energy security sebuah negara tetapi tanpa letusan peluru – tak ada asap mesiu.

Tiba-tiba saya teringat ucapan Jenderal Charles de Gaulle (1890-1970), pemimpin militer dan negarawan Perancis: “Yang alergi dengan kedaulatan pribumi hanya dua, penjajah asing dan budak asing”.

Terima kasih []

Penulis: M. Arief Pranoto, Direktur Program Studi Politik Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)