Pancasila Tidak Dilahirkan!

Eramuslim.com – PANCASILA oleh para pendiri bangsa pada mulanya digagas untuk dijadikan dasar sekaligus visi, atau dalam bahasa aslinya yang diucapkan Sukarno pada 1 Juni 1945 “philosofische grondslag”, filsafat, atau pedoman dalam berbangsa dan bernegara.

Tapi sejak pemerintahan Joko Widodo, Pancasila, bahkan semboyan “bhinneka tunggal ika” yang tertera dalam lambang negara Garuda Pancasila, menjadi jargon pemecah-belah bangsa yang cenderung disalahgunakan untuk memukul lawan-lawan politik atau yang mereka yang berbeda sikap dengan penguasa.

Contoh paling aktual dan melahirkan gempa politik hebat sepanjang pekan-pekan terakhir ini dilakukan Ketua Bidang Politik dan Keamanan DPP PDIP Puan Maharani, putri Ketua Umum PDI Perjuangan yang juga Ketua DPR-RI.

Sebagaimana sudah banyak diberitakan media massa, Puan menyinggung soal Pancasila dan Sumatera Barat saat mengumumkan calon kepala daerah dari PDIP untuk Pilkada 2020, Rabu, 2 September 2020.

Di acara yang sebetulnya rapat virtual itu, setelah mengumumkan pasangan calon yang direkomendasikan PDIP di Sumatera Barat, Puan berkata: “Semoga Sumatera Barat menjadi provinsi yang memang mendukung negara Pancasila.”

Pernyataan Ketua DPR ini ditangkap publik, terutama masyarakat Minang, sebagai black message (pesan hitam) yang menyiratkan dua hal. Pertama, jika kandidat yang diusung PDI Perjuangan memenangi kontestasi pilgub Sumatera Barat berarti provinsi ini mendukung negara Pancasila. Kedua, selama ini PDI Perjuangan di Sumatera Barat tidak pernah memperoleh suara signifikan, yang diartikan provinsi ini “tidak mendukung negara Pancasila”.

Secara filsafat kebahasaan (hermeneutika), dengan pernyataannya itu  publik melihat Puan Maharani sedang mempersonifikasikan Pancasila dengan dirinya, atau tepatnya: PDI Perjuangan = Pancasila. Maka tak suka (calon) PDI Perjuangan sama dengan tidak mendukung Pancasila.

Ahli Waris Pancasila

Mungkin bukan hanya Puan, atau slogarde PDI Perjuangan, bahkan jajaran pemerintahan Joko Widodo yang backbone politiknya parpol pimpinan Megawati Sukrnoputri, mungkin juga mempersonifikasikan dirinya sebagai Pancasila.