Soal Rekonsiliasi Jokowi dan Prabowo, Teringat Perang Shiffin

Kecewa dengan hasil perundingan, pasukan garis depan Ali (Khawarij) akhirnya menyatakan keluar dari barisan Ali. Bukan hanya itu, Khawarij juga menyatakan ingin membunuh pihak-pihak yang terlibat dalam perundingan, termasuk Ali, Muawiyah, dan Amr bin Ash. Di antara ketiga orang ini, Ali berhasil dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam.

Lalu apa kaitan Perang Shiffin dengan kondisi politik kekinian? Tentu saja saya tidak bermaksud memposisikan Jokowi sebagai penggambaran Muawiyah dan Prabowo sebagai penggambaran Ali atau misalnya menggambarkan LBP seperti Amr bin Ash dan Joko Santoso (Ketua BTN) seperti Abu Musa. Sama sekali tidak.

Poin keterkaitannya adalah soal kecurangan. Perang Shiffin dan peristiwa tahkim adalah simbol kecurangan, pengkhianatan, dan sikap politik yang nir-integritas. Seperti diketahui, menjelang Pilpres 2009, terjadi Kesepakatan Batutulis, terutama poin 6, yang intinya bahwa pada Pilpres 2014 Megawati akan mendukung Prabowo menjadi calon presiden. Namun dengan curangnya, Megawati mengkhianati Perjanjian Batutulis.

Jokowi, orang Solo yang budayanya dikenal penuh unggah ungguh, yang pada Pilgub Jakarta 2012 didukung dan dibantu pembiayaannya oleh Prabowo, dengan tanpa rasa sungkan dan nir-integritas “bersedia” berhadapan dengan Prabowo. Hasil Pilpres 2014 yang sejatinya dimenangkan oleh Prabowo, juga dirampok oleh Jokowi dan OGO. SS dan beberapa orang lainnya yang sangat terbatas pasti tahu hal ini. Boleh saja Jokowi dan OGO secara verbal membantah, tidak mengakui kalau dirinya merampas kekuasaan Prabowo, tapi percayalah, hatinya pasti menjerit menyaksikan kebohongan verbal Jokowi dan OGO.

Bayangkan, Pilpres 2014, ketika Prabowo hanya didukung parta-partai pengusung dan sedikit relawan berhasil memenangkan Pilpres 2014, apalagi pada Pilpres 2019, di mana Prabowo tidak hanya didukung oleh lima partai pengusung, tapi juga ratusan relawan yang secara militan dan ikhlas mendukung Prabowo-Sandi. Pasukan emak-emak (the power of emak-emak) juga menjadi kekuatan tersendiri bagi Prabowo. Belum lagi faktor Sandiaga Uno juga menjadi amunisi tersendiri untuk mendulang dukungan bagi pasangan Prabowo-Sandi.