Tobat Nasional dari Penguasa yang Buruk

Apabila semua itu dipegang oleh orang yang salah maka akan menjadi malapetaka yang hebat. Sebab kekuasaan menjadi sumber kejahatan, dan sumber dari segala sumber kehancuran.

Dalam sejarah, kekuasaan yang demikian itu hancur bersama dengan ambisinya. Namruz dan Firaun adalah sebagian kecil dari contoh penguasa lalim itu. Penguasa dzolim yang diabadikan dalam al-Quran. Kezaliman mereka membuat Allah Murka Allah.

Bermula dari merasa diri paling berkuasa, berujung pada pengerahan tentara Allah berupa makhluk dan wabah untuk memberikan peringatan bagi mereka.

Namruz menganggap diri tuhan. Lalu menyuruh semua orang menganggap dia Tuhan. Namun Ibrahim as. menolak itu. Hukuman bagi Ibrahim as. diselenggarakan dengan keji. Namun Allah segera mendatangkan bala tentaranya untuk menghancurkan Namruz dan orang-orangnya.

Hanya sekecil nyamuk yang menyebar di kekuasaan Namruz ia dan kekuasaan serta ambisinya hancur dan terhina.

Firaun adalah bentuk kedua dari kekuasaan yang diktator itu. Ia merasa paling berkuasa, dan mendeklarasikan diri “ana rabbukumul a’la”. Kemudian menolak risalah yang disampaikan oleh Musa AS.

Firaun terlalu nekat menyatakan diri paling berkuasa dengan menindas Rakyatnya. Hingga Allah menurunkan wabah. Kekeringan dan kelaparan menghinggapi kehidupan rakyatnya, namun Firaun masih sombong.

Bagi Firaun dan pengikutnya menganggap bahwa paceklik itu di bawa oleh Nabi Musa. Tuduhan yang serius itu membuat Firaun dengan segala kekuasaannya dan pengikutnya makin sombong.

Allah Swt. melanjutkan azab-Nya dengan banjir sehingga membuat lahan di Mesir terkikis. Hingga penyikut Firaun merasa tidak memiliki apa-apa, hingga menyuruh Nabi Musa AS untuk mendoakan mereka untuk menghilangkan azab itu, dengan janji mereka akan beriman.

Nabi Musa mendoakan mereka dan Allah mengijabah doa itu. Azab itu hilang seketika. Namun mereka ingkar janji. Mereka tak beriman kepada Musa as. dan risalahnya.

Kini azab kembali datang ke tengah mereka. Allah mengirimkan sekawanan belalang yang kemudian memakan habis tanaman. Mereka kembali kepada Musa AS dan meminta untuk didoakan sehingga azab itu diangkat oleh Allah.

Musa kembali berdoa dan Allah mengijabahnya. Namun mereka tetap ingkar janji. Mereka dikirim wabah penyakit kutu. Seluruh Mesir dilanda wabah itu.

Berulang-ulang mereka ditimpa wabah, berulang ulang mereka ingkar dan Allah menurunkan azab berupa katak. Mesir dipenuhi katak. Hingga sampai sungai Nil menjadi darah dan bau anyir yang menyengat.

Contoh itu merupakan contoh kekuasaan dan pemerintahan yang buruk. Dengan dukungan kelompok atau pengikutnya yang menolak kebenaran dan kenyataan. Mereka mendapatkan kepedihan azab Allah namun mereka tidak pernah bertobat.

Dalam kondisi seperti itu, mereka mengharapkan ulama, tetapi setelah ulama memberikan nasehat dan bimbingan, mereka meninggalkan ulama dan bahkan mengkriminalisasinya. Begitulah Allah selalu memutar sejarah itu.

Namun kesadaran bagi penguasa dzalim tidak akan pernah tiba. Karena mereka menolak kebenaran azab ini. Seandainya Namruz atau Firaun menerima kebenaran dan tobat pasti azab itu akan berlalu.

Karena itu, ditengah wabah ini kita perlu tobat bersama, karena wabah ini sebagai orang yang beriman patut kita pelajari sebagai azab. Ulama telah menangkap pesan itu, sehingga mengeluarkan fatwa untuk melindungi umat Islam.

Sementara kekuasaan masih ingkar dan tidak mau melihat ini sebagai teguran akibat kelalaiannya dalam mengurus urusan rakyat.

Perlu ada tobat Nasional. Tobat Nasional itu bisa berupa:

Pertama, meminta kekuasaan untuk berhati besar meletakkan kekuasaan dan memberikan kepada yang lebih pantas. Baik itu menteri atau Mereka yang punya kekuasaan bahkan hingga pucuk pimpinan, bila sudah tidak mampu lagi melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Supaya bangsa ini keluar dari keterpurukan.

Kedua, tobat Nasional ini adalah mengajak pemerintah untuk bertindak konstitusional dalam rangka melindungi rakyat Indonesia, baik dari pendemi covid-19 maupun  dari wabah kelaparan dan wabah ekonomi yang kian hari menekan Indonesia.

Ketiga, tobat Nasional adalah meminta ulama dan tokoh umat serta kita semua untuk mengajak rakyat Indonesia kembali kepada Allah dan Rasul-nya dengan membumikan ajaran Islam dalam kehidupan sosial, individu, dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga kita bisa mencapai negara yang Baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur.

Hanya dengan inilah kita dapat mengatasi berbagai problem nasional kita hari ini.

Wallahualam bis shawab.(*end)

Penulis: Dr. Ahmad Yani, SH. MH