Vote by Feet 2019: De Javu Reformasi 1998

Vote by feet ini akan bergerak bilamana Prabowo menyatakan menolak keputusan final KPU mendatang. Dalam bahasa politik praktis diartikan sebagai situasi “dua presiden”.

Dengan sikap Prabowo tersebut, maka para pendukungnya akan datang membela dan sekaligus ingin membuktikan jumlah suara pemilih capres sesungguhnya dengan kaki.

Apa yang telah dilakukan pemerintahan Jokowi untuk meredam bahkan mengancam vote by feet ini tidak akan banyak berguna. Masyarakat tidak takut lagi setelah terlalu lama merindukan keadilan dan kedaulatan rakyat.

Menurut saya, ancaman-ancaman dari Wiranto dan Hendro hanya sebagai psywar saja. Mereka hanya bergantung pada Jokowi, ada ketakutan yang besar begitu Jokowi terancam tidak akan berlanjut memerintah lagi.

Selain itu, ada kekhawatiran Jokowi tidak mampu mengatasi vote by feet ini bilamana juga terjadi di berbagai daerah. Saya yakin tentara juga tidak akan berani menembak rakyat.

Vote by feet  ini belum menjadi krisis. Akan menjadi krisis bilamana Jokowi yang “gerah” dengan rakyat menjadikan Prabowo sebagai presiden, akan memerintahkan aparat untuk menindak vote by feet ini, tetapi tentara menolaknya.

Inilah titik kritis dari pertarungan Pilpres 2019. Dengan status darurat, tentara bisa mengambil alih tanggung jawab keamanan nasional. Selanjutnya akan muncul berbagai skenario atau skema penyelesaian krisis Pemilu 2019, dan sejarah yang akan menentukannya.

Jika melihat kembali pertarungan politik ’98, maka terlihat ada persamaan situasinya. Misalnya dari aktor-aktor di ’98 yang masih hidup juga dalam yang posisi sama di 2019, saling berhadapan dengan aktor-aktor yang sama.

Di ’98 sebelum terjadi rush dan kerusuhan, ekonomi juga sedang drop, hanya saja sekarang ini rupiah masih tertolong intervensi BI. Tapi soal harga-harga pangan sudah naik. Juga soal tentara yang terpecah. Di TPS perumahan Paspamres dan Kopassus saja dimenangkan capres 02.

Hanya saja rakyat harus belajar dari sejarah reformasi ’98, jangan sampai agenda keadilan dan demokrasi akan dibajak lagi melalui proxy. Bahwa kemudian penggerak gerakan tidak masuk dalam struktur kekuasaan itu hal yang lumrah tetapi agenda perjuangan harus tetap diwujudkan.

*) Penulis: Gde Siriana, Direktur Eksekutif Government and Political Studies (GPS)


AKAN TERBIT… HOLLYWOOD UNDERCOVER, Eramuslim Edisi 3 Revisi. Mengurai gurita rahasia Zionisme dibalik tirai produksi Film2 Hollywood. Akan terbit insyaAllah ditanggal 25 Mei 2019. Harga PreOrder Rp 85.000/eks (belum tmsk ongkir) Pemesanan ke WA/SMS di 085811922988 dengan menyebutkan Nama pemesan, dan alamat kirimnya, agar kami bisa tawarkan. Pesan sgera agar kami catatkan pemesanannya… Wassalamu alaikum wr wb