Media Massa Saudi Bela Israel

Dengan sinis pemimpin redaksi Sharq Al-Awsat-surat kabar paling laris di Saudi-Tareq Al-Homayed menyebut pidato Presiden Iran ironis. "Apakah Iran mengorbankan satu satu kurma untuk Palestina? Apakah Tehran kehilangan satu saja warganya dalam pertempuran enam hari melawan Israel?," kata Al-Homayed.

Obama: Antara Jerman dan Amerika

Kedua hal itu sama-sama tak didapatkan oleh rakyat Amerika, ternyata. Bush menjalankan perang dengan cara yang irasional, dan Obama, seperti pendahulunya, menjalankan ekonomi AS dengan penuh spekulasi. Suka atau tidak, bailout dan paket stimulus Obama telah menjadi senjata pemusnah massal.

Eropa Masih Rasialis dan Diskriminatif

Untuk pertama kalinya FRA melakukan studi perilaku rasial dan diskriminatif  Eropa terhadap para imigran dan kelompok minoritas. Dari hasil studi itu, kelompok yang kerap mengalami tindak kekerasan dan kejahatan berlatar belakang rasial adalah kelompok etnis asal Afrika dan komunitas gipsi Roma dan banyak kasus-kasus kejahatan rasial di Eropa yang tidak dilaporkan.

Paus Dilarang Bertemu Walikota Arab

"Dia adalah seorang pendukung teror dan tukang hasut. Tindakan-tindakannya sebagai walikota bertentangan dengan kepentingan nasional Israel, dan saya menyerukan agar Paus untuk tidak bertemu dengannya," kata Misezhnikov dalam pernyataannya.

Mubarak Berdamai Dengan Israel?

Perkembangan ini dengan segera menuai reaksi dari masyarakat Mesir sendiri. Abdel Monem Said Aly, direktur Al-Ahram Center for Political and Strategic Studies di Kairo mengatakan bahwa "Pemerintahan Israel dibenci oleh rakyat Mesir. Ini mengecewakan, karena Mesir telah mengirimkan pejabat senior dan tangan kanan Mubarak menemui pimpinan Israel."

AS, Negara Yang Paling Tidak Aman

Dari 100 orang penduduk AS, 90 di antaranya memiliki senjata api, begitu menurut laporan Graduate Institute of International Studies, yang berbasis di Jenewa-Swiss, beberapa waktu lalu. Data statistik ini membuat negara Paman Sam menjadi negara paling tinggi di dunia yang penduduknya mempunyai senjata api.

Tiga Syarat dari Amerika untuk Akui Hamas

Negara adidaya Amerika melalui Menlu Hillary Clinton kembali menyampaikan tawarannya kepada kelompok pejuang Hamas. Ia mengatakan bahwa Amerika tidak akan menyalurkan dana bantuannya kepada pemerintah Palestina selama Hamas masih berada dalam pemerintahan. Tiga syarat yang ditawarkan Amerika kepada Hamas agar bantuan itu cair adalah, pertama, Hamas harus mengakui eksistensi Israel, kedua, tidak lagi melakukan tindak kekerasan dengan melakukan perlawanan bersenjata dan ketiga, menjalani perjanjian yang pernah disepakati antara Otoritas Palestina dengan Israel.