Pawai Al-Qawasim, Upaya Baru Ekstremis Yahudi untuk Ambil Alih Kendali Masjidil Aqsha

Eramuslim.com – Di tengah aksi kejahatan genosida ‘Israel’ yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, kelompok ekstremis Yahudi berusaha untuk menguasai Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis terjajah dan menyajikan skenario untuk pengendalian dan pembongkarannya.

Dengan nama Pawai Al-Qawasim, penjajah ‘Israel’ telah secara resmi mengizinkan demonstrasi bagi ekstremis Yahudi di Baitul Maqdis pada tanggal 7 Desember, di mana mereka akan menuntut kontrol penuh atas Masjidil Aqsha dan Baitul Maqdis, serta penghapusan otoritas wakaf Islam atas  kompleks suci umat Islam itu.

Temple Group mengumumkan, mereka berencana melakukan serangan terbesar di Masjidil Aqsha pada hari Kamis, 7 Desember, tepat pada peringatan bulan kedua Pertempuran Taufan Al Aqsha. Tujuan mereka adalah untuk menodai Masjidil Aqsha dan menyanyikan lagu-lagu Yahudi di sana dalam rangka perayaan Festival Cahaya Yahudi (Hanukkah).

Gerakan Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa izin resmi yang diberikan oleh penjajah Zionis untuk demonstrasi ekstremis Yahudi di Baitul Maqdis pada tanggal 7 Desember adalah upaya berbahaya untuk memaksakan kendali ‘Israel’ atas Masjidil Aqsha yang diberkahi, “yang tidak akan diizinkan oleh rakyat kami dengan cara apa pun.”

“Rakyat Palestina kami di Tepi Barat, Baitul Maqdis, dan wilayah Palestina terjajah tahun 1948 diserukan untuk memobilisasi dan bersikap teguh di Masjid Al Aqsha yang diberkahi, untuk menghadapi skema kriminal ini,” seru Hamas.

Hamas menegaskan, “Negara-negara Arab dan Islam, serta saudara-saudara kami di Kerajaan Hasyimiyah dan berdasarkan perwalian mereka atas tempat-tempat suci Islam di Baitul Maqdis, didesak untuk mengambil tindakan segera dan memenuhi tanggung jawab historis mereka terhadap apa yang terjadi di Masjid Al Aqsha yang diberkahi, tempat Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa sallam, dan kiblat pertama umat Islam.”

Apa itu Temple Group?
Ini adalah faksi ekstremis sayap kanan ‘Israel’ yang menganggap pendirian kuil sebagai pengganti Masjid Al Aqsha adalah inti keberadaan Yahudi di tanah Palestina.

Kelompok ekstremis ini mendapat keuntungan dari keputusan pengadilan yang dikeluarkan oleh pengadilan negara palsu itu pada tahun 2003, yang melegalkan masuknya para pemukim ilegal Yahudi ke Masjidil Aqsha secara individu atau kolektif. Mereka terang-terangan melaksanakan ritual Talmud di dalam Masjidil Aqsha.

Kelompok ini mencakup pengikut gerakan nasionalis-agama yang melihat perpaduan nasionalisme Yahudi dan agama sebagai inti Yudaisme. Mereka mempunyai perwakilan politik di Knesset ‘Israel’ sejak tahun 1984, dan mereka memperoleh kursi di Knesset pada saat itu.  Seiring waktu, kehadiran mereka di Knesset meningkat, dan dalam pemilu ‘Israel’ terbaru pada Maret 2020, mereka mendapatkan 18 kursi.

Kehadiran mereka yang berjumlah 15% di Knesset ‘Israel’ memberi mereka motivasi kuat untuk berulang kali menyerbu Masjid Al Aqsha yang diberkahi sejak tahun 2015 hingga saat ini.  Kelompok ini telah membentuk aliansi erat dengan Perdana Menteri ‘Israel’ saat ini, Benjamin Netanyahu, yang memberi mereka dukungan tanpa syarat dan memberi mereka kapasitas hukum untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan.

Intifadhah warga Palestina
Warga Palestina tidak tinggal diam menghadapi serbuan Temple Group ke Masjid Al Aqsha.  Pada tahun 2015, Palestina melancarkan Intifadhah sebagai respons terhadap invasi berulang kali, dan terdapat banyak serangan penikaman yang menargetkan penjajah.

Pada 14 Juli 2017, masyarakat Baitul Maqdis bangkit menentang keputusan penjajah ‘Israel’ yang memasang gerbang elektronik di pintu masuk Masjid Al Aqsha untuk mengontrolnya dan mengizinkan pengikut Temple Group untuk melakukan ritual di dalamnya.

Penduduk Baitul Maqdis menolak keputusan ini dan menolak untuk mematuhinya sehingga menyebabkan apa yang dikenal dengan “Krisis Gerbang.” Menghadapi ketabahan dan tekad masyarakat Baitul Maqdis, penjajah ‘Israel’ terpaksa mundur dan menghapus gerbang elektronik pada 24 Juli 2017.

Dalam konteks terkait, serdadu penjajah ‘Israel’ menutup Gerbang Emas atau Gerbang Rahmah (Bab al-Rahma) pada tahun 2003 untuk membangun sinagoge Yahudi di tempat itu dan mempersiapkan pemisahan fisik Masjidil Aqsha. Ruang salat di lokasi tersebut tetap ditutup hingga tahun 2019 ketika serdadu penjajah memasang rantai besi di gerbang ini. Warga Palestina menyadari pentingnya ruang salat ini dan melakukan mobilisasi untuk membebaskan dan merebutnya kembali. Pada 22 Februari 2019, warga Palestina berhasil mereklamasi tempat salat Bab al-Rahma setelah ditutup selama 16 tahun.

Intifadhah baru
Setelah Temple Group menyerukan invasi seluas-luasnya ke Masjidil Aqsha pada 7 Desember 2023, para aktivis dan gerakan pemuda Palestina telah mengumumkan kesiapan mereka untuk memobilisasi dan menuju Masjidil Aqsha untuk mempertahankannya. Mereka menuntut peningkatan konfrontasi dan kehadiran di titik terdekat dengan Masjidil Aqsha.

Diperkirakan hari ini, Kamis, akan terjadi intifadhah baru Palestina, menandai babak baru dalam sejarah perjuangan Palestina melawan serdadu penjajah ‘Israel’ dan para pemimpin pemukim ilegal Yahudi di kiblat pertama umat Islam. Tidak ada seorang pun yang akan disibukkan dengan hal lain selain mendukung Masjidil Aqsha mereka atau membela situs paling suci di Palestina itu, terutama karena penjajah bermaksud untuk menodainya.

(Sahabat Al-Aqsha)

Beri Komentar