Allah Maha Melihat, setiap kebaikan dan keburukan yang dilakukan oleh umatNya tidak bisa ditutup-tutupi dari pengawasanNya. Jutaan umat Islam usai melakukan rangkaian kegiatan wukuf di Arafah, Mabit di Muzdalifah, dan lontar jumroh Aqobah, sebagian besar langsung melakukan tawaf ifadah. Tak terkecuali Eramuslim, yang ikut dalam rombongan Media Center Haji juga mengikuti rangkaian ibadah haji. Subhanallah, tak bisa diuraikan dengan kata-kata saat melihat umat Islam dari berbagai bangsa, bahasa, dan warna kulit, sama-sama memanjatkan doa-doa, takbir, tahmid, serta talbiyah saat mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh putaran.
Allah Maha Melihat, melihat secara langsung jutaan umatNya yang memenuhi panggilanNya untuk beribadah ke Baitullah Ka’bah. Subhanallah, Eramuslim bersama dengan dua rekan wartawan yang sedang melakukan tawaf ifadhah pada sekitar pukul 09.00 menyaksikan kebesaranNya, sangat jelas sekali guratan awan putih yang membentuk lafadz Allah dilangit biru Masjidil Haram. Sayangnya, tidak ada diantara kami bertiga yang mengabadikan kejadian itu, karena kondisi Masjidil Haram yang sesak, dan kami pun masih harus melanjutkan putaran tawaf ifadhah.
Melihat kejadian itu, kami hanya bisa berucap, Subhanallah Allahu Akbar. Dan setelah, dua kali putaran awan putih yang membentuk lafaz Allah yang terletak diatas maqom Ibrahim lurus dengan Multazam itu mulai melebar, dan berangsur hilang dari pandangan. Salah satu rekan wartawan dari RRI, Nurhanuddin menyatakan rasa syukurnya kepada Allah atas kemurahanNya menunjukan lafaz Allah, dan merasa senang karena dapat menyaksikan kebesaran Allah ditengah kondisi tawaf di Masjidil Haram.
"Alhamdulillah, kalau saya langsung tawaf semalam, mungkin nggak bisa lihat ini. ini bukti Allah maha kuasa atas segala sesuatu. Semoga doa kita dikabulkan dan jadi haji mabrur," katanya.
Begitu juga Rekan wartawan lainnya dari detik.com, M. Nurhayid, bahkan dirinya yang memang sangat menunggu-nunggu moment itu sejak berangkat ke tanah suci bahkan ketika di pesawat dia sengaja memilih tempat didekat jendela. Namun, Allah berkehendak lain, akhirnya, Ia pun tak bisa mengabadikan kebesaran Allah yang tampak di tanah haram yang selama ini ditunggu-tunggu.
"Subhanallah. Astagrifullah…….Sayang sekali ya kita gak bisa mengambil fotonya, ya memang gak mungkinkan untuk itu," ujarnya.
Dari peristiwa itu, kami bertiga bisa menarik hikmahnya beberapa rangkaian ibadah yang dilakukan sejak malam hari hingga pagi hari yang bertepatan dengan 10 Dzulhijjah. Sebelumnya, dalam satu rombongan yang berjumlah 10 orang setelah melaksanakan wukuf di Arafah yang kemudian dengan melakukan mabit dan mengambil batu di Muzdalifah, perjalanan pun dilanjutkan menuju Minna dan melempar jumroh Aqobah.
Namun akibat kelelahan dan ingin berkonsentrasi ibadah saat di Masjidil Haram akhirnya Eramuslim bersama kedua rekan wartawan memilih untuk melaksanakan tawaf ifadah beristirahat sejenak di Wisma Haji Aziziah II, dan akhirnya tawaf ifadhah dilakukan pada pagi hari setelah energi yang dikeluarkan pada berjalan malam hari dari Muzdalifah ke Minna itu kembali terkumpul. Waktu yang dipilih ternyata sangat baik, disaat yang tidak direncanakan itulah Allah menunjukkan kebesarannya langsung kalimah Allah di atas langit Masjidil Haram. Allahummajalna hajjana hajjan mabruro wasa`yammaskuro wadanbam magfuro watijarotan lan taburo… Allah menyaksikan secara langsung jutaan umatNya yang sedang memenuhi panggilanNya, Labaikallahuma Labaik…Labaikalla syari’kalaka Labaik…(novel)