Eramuslim – Allah menetapkan dua kondisi yang selalu ditemui manusia. Kondisi suka dan duka, dalam keduanya telah Allah sisipkan hikmah yang perlu disadari oleh manusia.
Ibnu Athaillah As-Sakandary dalam kitabnyaĀ Al-HikamĀ mengatakan: āBasathaka kayla yubqiyaka maāal-qabdhi, wa qabadhaka kayla yatrukaka maāal-basthi, wa akhrajaka anhuma kayla takuna lisyai-in dunahu.ā
Yang artinya: āAllah memberimu kelapangan agar engkau tidak terus-menerus berada dalam kesempitan. Sebaliknya, Allah memberimu kesempitan agar engkau tidak terus-menerus berada dalam kelapangan. Dan Allah mengeluarkanmu dari kedua kondisi itu agar engkau tidak bergantung kepada selain-Nya.”
Dijelaskan, saat dalam kondisi sempit seorang hamba akan merasa tertekan dan kesakitan. Dan, saat keadaan lapang seorang hamba biasanya akan merasa beruntung dan senang.
Maksud dan tujuan kedua hal itu menurutĀ Ibnu AthaillahĀ adalah, Allah hendak mengeluarkan seorang hamba dari kesempitan dan kelapanganĀ tadi dengan cara membuatĀ manusiaĀ merasa fana. Yang mana akhirnya hamba tadi akan memilih bersama dengan-Nya ataukah sebaliknya.
Sebab itulah, disarankan tidak terus-menerus merasa berada di dalam keadaan yang menyakitkan atau menyenangkan agar kedua hal itu tidak menjadi penghalang antara dirimu dengan Allah SWT. Manusia perlu berlatih dengan suka dan duka guna mendapatkan kondisi yang seimbang. []