Mengapa Imam Malik Hidup Dalam Kemewahan?

“Ia,” tulis Imam adz-Dzahabi menyampaikan pengakuan, “merupakan tokoh besar yang berbahagia, pemimpin sekaligus ulama, menggenggam kehormatan dan keindahan, menempati rumah yang megah, nikmat yang terindra, serta kedudukan tinggi di dunia dan akhirat. Ia menerima hadiah, memakan hidangan yang baik, dan mengerjakan amal shalih.”

Betapa agungnya. Alangkah mulianya. Sebuah capaian menakjubkan yang tidak bisa digapai oleh orang shalih lainnya. Sebuah contoh sangat baik akan makna harta di genggaman tangan dan akhirat tetap di hati.

Ketika ditanya tentang kehidupannya, Imam Malik bin Anas menjelaskan bahwa nikmat dari Allah Ta’ala harus ditampakkan. Harus ada bekasnya dalam diri seorang hamba yang dengannya, siapa yang melihatnya menjadi ingat kepada Allah Ta’ala.

“Sungguh,” tutur Imam Malik bin Anas, “di antara bentuk kehormatan orang alim adalah dengan memilih pakaian yang baik,  yang ia kenakan dan tampil dengannya. Tidaklah layak baginya dilihat oleh orang-orang, kecuali dengan pakaian yang sempurna. Bahkan sampai sorban pun, harus dengan kualitas yang bagus.”

Yang demikian ini hendaknya membuat kita memahami kecenderungan manusia dengan tidak menjadikannya sebagai dalil untuk berlomba-lomba menggapai dunia yang remeh. Hendaknya riwayat ini kita pahami dengan bijak, agar dalil kaya tidak menjadi target utama, lalu melupakan iman, taqwa, dan ilmu.

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]