Antara Susah dan Senang

Eramuslim – PERJALANAN hidup setiap manusia senantiasa dihiasi oleh keadaan manis dan pahit. Seandainya boleh memilih, tentu kita akan memilih kehidupan yang manis. Tidak ada di antara kita yang menginginkan hidupnya susah. Bagaimana tidak, kepahitan hidup sangat lekat dengan kesan susah, sulit, menderita, musibah, dan tempat berputus asa.

Padahal, belum tentu seperti yang dibayangkan. Pahit dan manis, susah dan senangnya hidup itu memiliki persamaan: sama-sama ciptaan Allah Ta’ala dan sama-sama bisa menjadi berharga bagi kita. Mungkin engkau mendapatkan karunia ilmu makrifat pada saat gelapnya kesedihan, apa-apa yang tidak engkau dapatkan pada saat terangnya nikmat kesenangan. Kamu tidak mengetahui yang mana Iebih dekat kepadamu manfaat keuntungannya.” (aI-Hikam, No. 161).

Hal paling berharga adalah bahwa keduanya dapat membuat kita tersungkur bertobat dan semakin dekat dengan Alloh Ta’ala. Senangnya hidup dapat menjadi berharga apabila dalam kesenangan itu kita sadar bahwa semua kesenangan datang dari Alloh. Kita pun menjadi bersyukur. Begitu pula dengan kesusahan, dia akan berharga apabila kita semakin sadar dan mendekat kepada-Nya.

Sebaliknya, kesulitan dan kesenangan itu sama-sama tidak berarti apa-apa, apabila kita lupa bahwa segala sesuatu diciptakan dan dikuasai oleh AIIoh Ta’aIa. Kesenangan atau kelapangan sebesar apapun, hanya akan membangun kegelisahan sebesar itu pula, kalau kita tidak bersyukur.

Kesedihan atau kepahitan hanya akan membuat perihnya berlarut-Iarut dan melumut kalau tidak segera mendekat kepada-Nya. Tanpa mengingat bahwa keduanya sama-sama ciptaan Alloh, tidak akan ada kebaikan di sana, dan justru bisa menjadi bahaya bagi diri sendiri.

Ketika kita terlilit utang misalnya. Resahnya hati kita dan semakin gelisah oleh ancaman petugas yang menagih bisa saja menjadi tenang kalau dengan kesulitan itu kita tersungkur bersimbah air mata, bertobat. Dalam kesusahan kita mengiba kepada Alloh dan menggunakan kepahitan itu untuk mendekat kepada-Nya. Dengan demikian, walaupun kita diancam, Alloh yang akan menjaga kita.

Jadi saudaraku, apabila sedang dilanda kepahitan hidup, kita jangan berburuk sangka terhadap Alloh. Begitu pula ketika sedang diberi kesenangan, kita pun jangan lupa daratan. Teruslah mengingat bahwa Alloh Yang Maha Menciptakan dan Maha Menguasai seluruh ciptaan sehingga kesusahan dan kesenangan itu bisa membawa kebaikan dalam hidup yang singkat ini.

“Yakinlah, ujian yang Alloh berikan PASTI sesuai dengan kemampuan kita untuk menghadapinya. Maka, taat dan berhusnuzhan saja kepada-Nya. Tidaklah Dia menciptakan kesulitan hidup, kecuali agar kita semakin baik.” (Inilah)

Sumber: Buku Ikhtiar Meraih Ridha Alloh Jilid 1