Tak Hanya di Dunia, Seorang Muslim Bisa Bangkrut di Akhirat

Pertama, hakikat kebangkrutan. Rasulullah SAW memancing sahabat dengan pertanyaan, tahukah kamu siapakah orang yang bangkrut itu? Ternyata jawaban sahabat masih mengacu pada kebangkrutan secara materi, di mana orang yang tidak memiliki harta apa-apa itulah yang dinamai orang bangkrut. Nabi sendiri meluruskannya, karena hakikat sesungguhnya dari orang bangkrut ada di akhirat nanti, serta kebangkrutan yang mengerikan justru ada pada kebangkrutan amal kelak di hari kiamat.

Kedua, dikarenakan di akhirat mata uang sudah tidak laku lagi sebagai alat transaksi, maka amal shalihlah sebagai penebus kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan. Pahala salatnya, puasanya, zakatnya, dan lain-lain akan diambil buat membayar atau menebus kesalahannya. Jika mencukupi tentunya tidak terlalu bermasalah, namun jika belum mencukupi padahal amal shalihnya telah habis sementara tuntutan orang yang dirugikan belum selesai, maka dosa orang yang dirugikan tadi diambil untuk dibebankan pada orang yang berbuat salah tadi.

Ketiga, ciri orang yang akan bangkrut di akhirat nanti ditandai bahwa orang itu shalih secara ritual (individual), yakni orang tersebut rajin salat, tertib puasa, dan rutin membayar zakat. Namun disayangkan ia tidak salih secara sosial ditandai dengan banyaknya kesalahan yang ia perbuat terhadap sesama dengan suka mencaci maki, memfitnah, makan harta secara tidak sah, menumpahkan darah orang yang dilindungi, serta suka melakukan tindak kekerasan semisal memukul dan sejenisnya.

Hal ini juga sebagai peringatan orang yang hanya mementingkan keshalihan ritual dan tidak shalih secara sosial. Bisa juga sebagai peringatan bagi orang yang ibadah vertikalnya tertib namun tidak memiliki efek manfaat kepada sesama.

Singkat cerita orang bangkrut di hari akhir itu memiliki banyak amal kebaikan, namun sayangnya kesalahan pada sesama lebih besar nilainya dari pahala yang berhasil ia kumpulkan. Nasib akhirnya bisa ditebak, karena amal kebaikannya habis dan ‘saldo’ dosanya bertambah, maka tempat akhirnya adalah neraka. Na’udzu billah min dzalik!