Hasan Al-Banna Memandang Partai Politik

albanna 11Buku: Fikih Politik Menurut Imam Hasan Al-Banna.

Penulis: Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris.

***

Sikap Hasan Al-Banna terhadap Partai-Partai Politik di Mesir

Imam Hasan Al-Banna meyakini bahwa keberadaan partai-partai politik Mesir di masanya, terbukti telah memecah belah persatuan bangsa dan mengklasifikasikannya dalam beberapa kelompok tertentu. Umumnya partai-partai ini bekerja demi kepentingan individu dan golongan serta motif-motif materi. Jarang sekali di antara partai-partai tersebut yang memiliki program jelas dalam upaya menciptakan atmosfir kemerdekaan dan reformasi. Atas dasar ini, dalam berbagai forum Imam Hasan Al-Banna menuntut penyelesaian masalah tersebut, bahkan kalau perlu membubarkan partai-partai itu, kemudian meleburnya dalam satu lembaga nasional yang bekerja demi kepentingan bangsa yang dijalankan sesuai dengan koridor Islam.

Penting juga disebutkan bahwasannya Imam Hasan Al-Banna terkenal sangat vokal menyuarakan aspirasinya terhadap partai-partai tersebut. Dalam sebuah forum dia berkata: “Saya ingin menyampaikan kepada sauadara-saudara kita para tokoh, aktifis dan kader partai-partai politik Mesir, bahwa mengeksploitasi Ikhwanul Muslimin dan dijadikan kendaraan politik demi merealisasikan ideology dan pemikiran yang berseberangan dengan Islam belum pernah terjadi dan tidak akan pernah terjadi. Tapi meskipun demikian, Ikhwanul Muslimin tidak memiliki dendam politik terhadap partai manapun. Dan dari lubuk hati yang paling dalam Ikhwanul Muslimin berkeyakinan bahwasannya reformasi Mesir tidak akan berjalan seperti harapan kita semua kecuali bila partai-partai politik tersebut melebur dan berkoalisi menjadi satu institusi bertaraf nasional yang bertanggung jawab untuk membawa Mesir menjadi bangsa yang berdaulat sesuai dengan tuntunan Al-Qur`an.

Dalam kesempatan ini saya sampaikan pula bahwa: “Ikhwanul Muslimin meyakini bahwa kemandulan rekonsiliasi antar partai dan hanya pembiusan, bukan sebagai solusi. Rekonsiliasi itu tidak berlangsung lama dan tidak jarang dalam kesempatan lain, perbedaan pandangan antar partai politik itu malah semakin meruncing serta kembali sebagaimana sebelum rekonsiliasi. Sedangkan satu-satunya obat yang mujarab ialah partai-partai politik tersebut mengundurkan diri secara terhormat –terima ksih banyat ata apa yang telah mereka kerjakan- dan menyerahkan tampuk kekuasaan pada generasi sesudah mereka karena zaman mereka sudah berakhir, sebagaimana ungkapan pepatah: “Patah tumbuh hilang berganti”.

Sikap Islam terhadap Penjajah Barat

Seorang yang pernah membaca risalah Imam Hasan Al-Banna akan menemukan secara gamblang, sikap Islam atau pandangan hukum syariat Islam terhadap negara-negara Barat yang kerapkali melakukan agresi dan invasi terhadap negara-negara Islam yang lemah. Lalu Beliau mencontohkan beberapa negara imperealis Barat seperti: Inggris Raya, Perancis, Italia dan sebagainya.

Setelah Beliau menceritakan kekejaman dan kejahatan bangsa-bangsa Barat terhadap umat Islam di negeri mereka sendiri, kemudian Beliau menegaskan bahwa negara Islam merupakan satu kesatuan utuh yang tak terpisah satu sama lain. Pernyataan perang terhadap satu negara Islam berarti memusuhi seluruh negara Islam, karena umat Islam punya kewajiban membela diri terhadap serangan bangsa-bangsa penjajah serta berjuang memerdekakan negara dari cengkeraman kaum penjajah.

Harapan Beliau tertuju pada para kader dakwah supaya menjelaskan kekejaman dan tindak kriminal berat yang dilakukan para penjajah Barat terhadap umat. Serta menanamkan pada umat pemahaman bahwa kemerdekaan umat Islam tidak boleh diusik dan dijajah bangsa lain, terlebih lagi pemahaman tentang kelayakan umat Islam memegang tampuk kekuasaan dunia dan pemahaman tentang kewajiban jihad dengan nyawa dan harta. Karena betapa kematian lebih berharga daripada kehidupan, yaitu kehidupan perbudakan yang diwarnai oleh kehinaan. Beliau juga mengingatkan akan janji Allah berupa kemenangan bagi mereka yang menjawab seruan jihad dengan penuh keikhlasan dengan mengutip firman Allah dalam Qur’an surah Al-Mujadilah 21:

(كَتَبَ اللهُ َلأَغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِيْ إِنَّ اللهَ قَوِيٌ عَزِيْزٌ) [المجادلة: 21]

Artinya: Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang”. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.

Menyikapi Imperialisme Inggris terhadap Mesir

Sebagai ranah tempat lahirnya jamaah Ikhwanul Muslimin, Mesir punya keistimewaan tersendiri di mata Imam Hasan Al-Banna. Untuk itu Beliau sering membahas kondisi kritis yang melanda Mesir saat berada di bawah penjajahan Inggris yang memperbudak rakyat serta menguasai perekonomian, perindustrian, perdagangan, bisnis dan mengambil alih pengelolaan Terusan Suez, mengeruk sumber daya alam dan melarang rakyat Mesir mengelola sumber daya alam milik mereka sendiri.

Imam Hasan Al-Banna menguraikan bahwa solusi ampuh agar Mesir segera keluar dari cengkeraman penjajahan tersebut adalah membatalkan semua nota kesepahaman dan perjanjian antara pemerintahan Mesir dengan Inggris, melakukan inisiatif serangan terhadap penjajah Inggris yang masih bercokol di Mesir dan berupaya mengusir mereka dari tanah Mesir. Beliau berkata: “Jika dampak yang akan kita rasakan tidak jauh berbeda, lebih baik kita memilih opsi memproklamirkan perang terbuka dengan Inggris dan membatalkan semua bentuk perjanjian dan nota kesepahaman, Di samping kita juga harus menunjukkan sikap keras terhdap mereka layaknya bangsa padang pasir, bahkan kita mesti mengatur kehidupan ekonomi, sosial dan keseharian layaknya sebagai bangsa padang pasir yang bermental baja dengan menerapkan wajib militer terhadap setiap anak bangsa”.

Untuk itu, Imam Hasan Al-Banna terkenal sangat getol menuntut pemerintah Mesir agar menempuh metode tersebut serta Beliau mengecam sikap pemerintah yang terkesan masih ragu-ragu, lemah dan khawatir karena berpotensi akan menimbulkan pemberontakan rakyat Mesir.