Isteri Cantik, Dambaan Para Lelaki

Suatu siang di sebuah angkot, ketika hendak pulang ke tempat kos saya. Cuaca cukup panas pada waktu itu, untungnya angkot yang tumpangi hanya berisi tiga orang penumpang, dua orang lelaki muda yang juga mahasiswa satu fakultas dengan saya, hingga saya dapat bebas bergerak leluasa.

Ketika melewati Fakultas Pertanian, salah seorang dari pemuda tadi berkata “ Woi, cantik nian cewek itu. Bodinya bagus, kulitnya putih nian. Model mak itu yang galak aku jadikan cewek”, ujarnya sambil terus memeloti gadis yang dimaksud. Mendengar perkataannya itu, saya hanya tersenyum tipis dan teriakan protes di hati saya.

Di dalam hati, saya berkata, cowok model begini, jangan deh kalo, di jadiin suami. Kemudian angkot yang saya tumpangi terus melaju melewati fakultas demi fakultas. Ketika angkot yang saya tumpangi melewati Fakultas Kedokteran, laki-laki muda itu kembali berkata “Woi, cewek itu bukan selera aku, bodinya gendut nian, itam nian pula kulitnyo”, ujarnya sambil terkekeh. Saya pura-pura tidak mendengar perkataan laki-laki itu.

Dalam hati saya timbul sebuah tanda Tanya besar. Apakah makhluk yang bernama wanita, hanya di pandang sebatas indah atau tidaknya fisiknya tersebut. Toh memilki fisik yang hanya biasa-biasa saja, bukan keinginan dari kami, tetapi memang sudah takdir dari Tuhan. Masalah tadi, mungkin hanya masalah yang sepele. Hanya ujaran dari seorang laki-laki yang tidak saya kenal, Namun, dari ujaran-ujarannya tadi, yang serius atau hanya sekedar bercanda itu, justru membuka wacana baru bagi diri saya.

Apakah setiap laki – laki hanya menilai seorang wanita dari kecantikan fisik belaka, padahal kecantikan batin tentu jauh lebih penting dibandingkan dengan kecantikan yang sekedar fatamorgana. Dan saya pikir itu hanya berlaku bagi laki-laki, yang setipe dengan laki-laki yang saya jumpai di angkot itu Namun, ketika saya sedang ngobrol santai dengan teman saya, yang saya tahu pemahaman agamanya cukup bagus. “Eh, tau nggak mbak A sudah nikah lo dengan mas B. Bener-bener pasangan yang serasi. Wajar memang kalo mas B itu milih mbak A, kan orangnya cantik banget tuh “, ujarnya .

Saya pun mencoba menanggapinya dengan mengatakan bahwa mungkin si mas bukan memilih mbak yang dimaksud karena keindahan fisik yang dimiliki tetapi lebih kepada keimanana yang dimiliki. Namun, teman saya kembali membantahnya, dengan mengatakan : “ buktinya mbak anu belum juga nikah-nikah sampai sekarang padahal umurnya sudah hampir mencapai 30-an, memang si mbak itu ngak cantik-cantik amat, Tapikan beliau tu bagus banget aktifitasnya, sudah mandiri lagi, apa coba yang kurang”, ujarnya panjang lebar. Swear. Saya pusing plus bingung harus menjawab apalagi untuk menaanggapi perkataan teman saya tadi . hingga kemudian dikepala saya timbul sebuah tanda tanya besar .

Apa benar semua laki-laki, termasuk yang berjengot he…he…-yang sering identikan denagn pemahaman agama yang lebih bagus- menempatkan kecantikan fisik diurutan pertama untuk menjadi pendamping hidupnya. Memang suatu kewajaran bila laki-laki begitu mendambakan seorang isteri yang cantik, tentu memiki isteri yang cantik akan menambah kecintaan nya kepada sang isteri. Namun kalo hal itu dijadikan pertimbangan utama selain keimanan, rasanya akan bayak mawar-mawar yang keburu capek menunggu karena belum ada juga seorang laki-laki yang mau memetiknya.

Sungguh tulisan ini bukan bermaksud untuk menyamaratakan setiap laki-laki. atau bentuk penghakiman bagi laki-laki yang telah atau ingin memiliki isteri yang cantik. Toh sudah wajar bila manusia berkeinginan untuk memiliki sesuatu yang sempurna, termasuk seorang isteri yang cantik keimanan dan fisiknya. Tiba-tiba saya kemudian teringat dengan laki-laki luar biasa yang menikahi seorang wanita buruk rupa dizaman Rasulullah. Seorang laki-laki yang mendapati didalam kamar pengantinnya seorang wanita yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya dalam benaknya, karena begitu buruk ternyata fisik sang isteri. Hingga sang isteri menyuruhnya untuk menceraikannya saja setelah menikahinya, karena dia hanya ingin mengatakan kepada orang lain bahwa ia pernah menikah dengan seorang pemuda, meski hanya sehari.

Namun bukannya perceraian yang terjadi namun keikhlasan sang pemuda untuk mencintai sang isteri dengan segala ketidaksempurnaan yang dimiliki sang isteri. Yup, butuh nyali besar dan keistiqomahan yang tinggi bagi seorang laki-laki untuk melakukan hal itu. Sebuah dilema memang bila laki-laki di hadapapkan pada dua pilihan untuk memilih dua orang wanita yang sama-sama bagus agamanya. Yang satu memilki kecantikan fisik yang cantik dengan usia yang masih muda dan seorang wanita yang sudah berumur dan memiiliki fisik yang biasa-biasa saja, atau malah cacat.

Namun, saya yakin semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, maka semakin tinggi pula orientasinya dalam memilih pendamping hidupnya. Butuh nyali yang besar dan keikhlasan untuk memilih seorang isteri yang memiliki fisik yang baisa-biasa saja, bahkan mungkin dengan fisik yang tidak sempurna dan utuh. Ada yang berani menerima tantangan ?. Inget pasanga serasi di DSIM AWS 20-Layo ba’da magrib, 170606

Note :

cantik nian = cantik sekali

mak itu = seperti itu

galak = mau