Kenali Lima Ciri Penentang Dakwah

kemunafikan
Para penyeru dakwah (dai) diperintahkan senantiasa waspada terhadap tipu daya orang munafik, skap pengecut, pemecah belah dan sikap ikut-ikutan

Eramuslim.com – SALAHsatu kompetensi yang mesti dimiliki oleh para penyeru dakwah (dai) adalah kemampuan membuat perencanaan dakwah. Dalam membuat perencanaan dakwah seorang dai harus mampu mendeteksi faktor-faktor penghambat dakwah, salah satunya faktor dari eksternal sehingga dai mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi. Salah satunya mengetahui ciri-ciri para penentang dakwah.

Dengan mengetahui ciri-ciri penentang dakwah maka seorang dai dituntut untuk selalu waspada dalam menjalankan aktifitas dakwah. Paling tidak ada lima ciri orang yang menentang dakwah.

Pertama, oportunis

Penentang dakwah yang pertama adalah kaum oportunis. Tabiat manusia bermuka dua (oportunis) adalah salah satu sifat tercela yang sangat dibenci dalam Islam, sehingga pelakunya dicap sebagai seburuk-buruk manusia di sisi Allah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَجِدُونَ مِنْ شَرِّ النَّاسِ ذَا الْوَجْهَيْنِ، الَّذِي يَأْتِي هَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ، وَهَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ (رواه البخاري ومسلم)

Dari Abu Hurairah dia berkata: “Rasulullah  bersabda: “Kalian akan menjumpai seburuk-buruk manusia, yaitu orang yang bermuka dua (oportunis), dia datang ke sini dengan satu sikap dan bila datang ke yang lain dengan sikap yang lain.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Menurut Imam An-Nawawi, orang yang bermuka dua adalah orang yang datang kepada satu kelompok dengan menampakkan dirinya bagian dari mereka dan berseberangan dengan pihak lawannya. Tetapi, ketika datang kepada kelompok lain, dia melakukan hal yang serupa (Syarh Shahih Muslim, hlm. 156).

Tipikal orang seperti ini sangat berbahaya dan harus diwaspadai, ia ibarat musuh dalam selimut yang sangat licik memanfaatkan peluang untuk mendapatkan keuntungan dari kedua belah pihak yang ia dekati.

Orang bermuka dua adalah tipologi manusia yang tidak dapat dijadikan sebagai orang kepercayaan. Mereka tidak pantas menjadi sahabat, karena tanpa disadari terkadang mereka menjadi kaki tangan musuh yang ditugaskan untuk mematai-matai.

Tabiat orang bermuka dua ini telah diabadikan dalam Al-Quran. Penyakit munafik telah bersarang dan berkembang dalam hati mereka, terbukti dengan kelihaiannya melancarkan tipu muslihat kepada kaum Muslimin.

Mereka menampakkan keimanannya ketika bersama orang beriman, berdiri satu shaf bersama kaum Muslimin dalam shalat berjamaah, padahal itu hanya kedok belaka untuk mengelabuhi kaum Muslimin.

وَاِذَا لَقُوۡا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا قَالُوۡاۤ اٰمَنَّا ۖۚ وَاِذَا خَلَوۡا اِلٰى شَيٰطِيۡنِهِمۡۙ قَالُوۡاۤ اِنَّا مَعَكُمۡۙ اِنَّمَا نَحۡنُ مُسۡتَهۡزِءُوۡنَ

 “Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.” (Surat Al-Baqarah [2]: 14).

Kedua, janji palsu

Termasuk ciri penentang dakwah ialah suka memberikan janji-janji palsu. Inilah salah satu karakter dari orang munafik. Hal ini dijelaskan dalam ayat 11-12 dari surah Al-Hasyr.

Dalam ayat 11, orang Yahudi dianggap oleh orang munafik sebagai teman, yaitu teman dalam kekafiran. Orang munafik memprovokasi orang Yahudi untuk mengambil sikap oposisi terhadap Nabi ﷺ.

Mereka mengatakan, “Jika Rasulullah mengusir kalian dari kota Madinah maka pasti kami akan ikut keluar bersama kalian sebagai bentuk solidaritas kami kepada kalian dan kami tidak akan menghina kalian. Jika kaum Muslimin memerangi kalian maka pasti kami akan akan memerangi mereka bersama kalian.” Inilah janji palsu mereka kepada kaum Yahudi.

Dalam ayat 12, dijelaskan bahwa janji orang munafik itu adalah janji palsu. Buktinya, ketika orang ahli kitab diusir mereka tidak ikut keluar bersama mereka, ketika orang Yahudi diserang mereka tidak mau menolong.

Akhirnya Bani Nadhir terusir. Di antara sebabnya adalah terprovokasi oleh Ubay bin Abdillah bin Salul, ketika mereka diusir tidak ada satu pun dari orang munafik yang datang membantu.

Sikap Pengecut

Ketiga, pengecut

Seorang pengecut adalah orang yang tidak mau menanggung dan menghadapi resiko yang memang sudah menjadi konsekuensinya. Sikap ini merupakan perilaku dari orang-orang munafik.

Sifat pengecut menjadi penghalang dalam dakwah. Nabi ﷺ memprediksikan di suatu masa umat Islam akan menjadi bulan-bulanan dan santapan empuk musuh-musuh Islam karena mengidap penyakit wahn, yakni cinta dunia dan takut mati.

Penyakit wahn menyebabkan umat Islam ada yang menjadi pengecut sehingga tidak lagi disegani oleh kaum kafir, musyrikin dan munafikin.Pengecut lantaran takut dikucilkan dari komunitas.

Pengecut karena berlainan dengan sikap banyak orang. Atau pengecut karena khawatir kehilangan materi.

Hal ini akan menjerumuskan pelakunya pada sikap yang plin-plan tanpa prinsip. Rasullah ﷺ melarang umatnya memiliki sifat ima’ah (mudah ikut arus dan mudah ikut-ikutan).

حَدَّثَنَا أَبُو هِشَامٍ الرِّفَاعِيُّ مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيْدَ , قَالَ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ , عَنِ الْوَلِيْدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ جُمَيْعٍ , عَنْ أَبِيْ الطُّفَيْلِ , عَنْ حُذَيْفَةَ , قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : “لَا تَكُوْنُوْا إِمَّعَةٌ : تُقُوْلُوْنَ : إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ , أَحْسَنَّا , وَإِنْ ظَلَمُوْا , ظَلَمْنَا . وَلَكِنْ وَطِّنُوْا أَنْفُسَكُمْ : إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ , أَنْ تُحْسِنُوْا , وَإِنْ أَسَاءُوْا , فَلَا تَظْلِمُوْا “. (رواه الترمذي)

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abu Hisyam al-Rifa’i Muhammad bin Yazid, dia berkata: telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudhail dari al-Walid bin Abdullah bin Jumai’i dari Abu Thufail dari Huzaifah, dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Janganlah salah satu di antara kalian menjadi imma’ah, yang jika orang lain baik maka engkau baik dan jika mereka buruk maka engkau ikut buruk pula. Akan tetapi hendaklah engkau tegas pada prinsip keputusan dirimu. Jika orang-orang baik, maka engkau juga baik dan jika mereka buruk, hendaklah engkau menjauhi keburukan mereka.” (HR. Tirmidzi).

Pengecut merupakan sifat buruk, sebagaimana ditegaskan dalam sabda Nabi ﷺ. “Seburuk-buruk sifat yang ada pada seseorang adalah sifat pelit yang sangat pelit dan sifat pengecut yang sangat pengecut.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Hibban, dan Ahmad).

Keempat, tidak solid

Ayat 11-16 menjelaskan sebagian sifat kaum munafik. Mereka menganggap kaum kafir ahlul kitab sebagai saudara mereka, menyatakan kesetiakawanan saat menghadapi pengusiran atau peperangan dan tidak akan berkoalisi dengan siapa pun selain mereka.

Mereka adalah pembohong. Mereka tidak keluar bersama ahlul kitab saat mereka diusir dan tidak ikut berperang saat peperangan, bahkan kabur disebabkan mereka kaum pengecut.

Kaum Muslimin lebih mereka takuti ketimbang Allah disebabkan mereka tidak memahami.  Mereka tidak akan berani memerangi kaum Muslimin secara berhadapan, kecuali jika terkepung karena terpaksa.

Permusuhan internal mereka sangat keras. Kaum Muslimin bisa saja mengira mereka itu sangat solid, padahal mereka berpecah belah, disebabkan mereka kaum yang tidak dapat menggunakan akalnya dengan baik.

Kelima, ingkar janji

Fenomena ingkar janji yang paling kentara ada pada orang munafik. Ia berada di tengah masyarakat mukmin, ia menampakkan keimanan dan kebaikan padahal hatinya penuh dengan kejahatan dan makar.

Mereka ingin sekali mencelakakan kaum Mukminin. Surat At-Taubah memaparkan tentang sikap kaum munafikin yang suka melanggar perjanjian.

يَحْلِفُونَ بِٱللَّهِ مَا قَالُوا۟ وَلَقَدْ قَالُوا۟ كَلِمَةَ ٱلْكُفْرِ وَكَفَرُوا۟ بَعْدَ إِسْلَٰمِهِمْ وَهَمُّوا۟ بِمَا لَمْ يَنَالُوا۟ ۚ وَمَا نَقَمُوٓا۟ إِلَّآ أَنْ أَغْنَىٰهُمُ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ مِن فَضْلِهِۦ ۚ فَإِن يَتُوبُوا۟ يَكُ خَيْرًا لَّهُمْ ۖ وَإِن يَتَوَلَّوْا۟ يُعَذِّبْهُمُ ٱللَّهُ عَذَابًا أَلِيمًا فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ ۚ وَمَا لَهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ مِن وَلِىٍّ وَلَا نَصِيرٍ

“Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi.” (QS: At-Taubah [9]: 74).

Kaum munafik telah berkhianat dan melanggar janji, padahal Allah telah melimpahkan karunia kepada mereka dengan mengutus Nabi-Nya yang membawa berkah dan sebab-sebab kebahagiaan dan keselamatan. Namun disebabkan nifak, karunia ini tidak berbekas dalam hati mereka.

Karena itu para penyeru dakwah (dai) diperintahkan untuk senantiasa waspada terhadap tipu daya orang-orang munafik. Sejatinya orang-orang munafik itu lebih takut terhadap kaum mukminin daripada terhadap Allah karena mereka tidak mengetahui kebesaran dan keagungan Allah, mereka tidak mengetahui kebenaran, kemuliaan, dan keagungan-Nya.

لَاَنۡتُمۡ اَشَدُّ رَهۡبَةً فِىۡ صُدُوۡرِهِمۡ مِّنَ اللّٰهِ‌ؕ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمۡ قَوۡمٌ لَّا يَفۡقَهُوۡنَ

“Sesungguhnya kamu dalam hati mereka lebih ditakuti daripada Allah. Yang demikian itu karena mereka adalah kaum yang tidak mengerti.” (QS: Al-Hasyr [59]: 13).

Dalam kehidupan masyarakat para penyeru dakwah (dai) akan selalu bertemu dengan orang-orang yang munafik sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT.

وَلَتَجِدَنَّهُمۡ اَحۡرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ  ۛۚ وَ مِنَ الَّذِيۡنَ اَشۡرَكُوۡا‌‌  ۛۚ يَوَدُّ اَحَدُهُمۡ لَوۡ يُعَمَّرُ اَ لۡفَ سَنَةٍ ۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحۡزِحِهٖ مِنَ الۡعَذَابِ اَنۡ يُّعَمَّرَ‌ؕ وَاللّٰهُ بَصِيۡرٌۢ بِمَا يَعۡمَلُوۡنَ

“Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS: Al-Baqarah [2]: 96).

Terakhir, perumpamaan kaum Yahudi secara umum adalah seperti kaum kafir Quraisy dan kaum Yahudi Bani Qainuqa yang menerima hukuman di dunia akibat maksiat mereka, dan kelak di akhirat mereka mendapatkan azab yang sangat pedih.

Perumpamaan orang-orang munafik dalam dusta mereka terhadap kaum Yahudi untuk memerangi kaum Muslimin dan kebohongan mereka serta kepalsuan mereka yang menjanjikan kemenangan bagi kaum Yahudi itu adalah seperti setan ketika membisikkan manusia untuk berbuat maksiat terhadap Allah SWT.

Akibat akhir kemaksiatan setan dan manusia terhadap Allah adalah bahwa Allah akan memasukkan keduanya ke neraka yang hina untuk selamanya. Inilah balasan bagi mereka yang melawan dan melanggar perintah Allah SWT.*/ H. Imam Nur Suharnopengurus Korps Mubaligh Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat

(Hidayatullah)

Beri Komentar