Pertamakali saya melihat nama Prita dari facebook, ketika ada seorang kawan saya menyerukan pembelaan pada Prita, kemudian yang kedua kali ketika di sekolah, kawan-kawan guru membicarakan kasus prita yang sejenis dengan nasib seorang kawan guru wanita lainnya yang pernah mengalami malpraktek juga disebuah rumah sakit tertentu.
Yang membuat saya akhirnya ikut mengikuti perkembangan Prita adalah, rasa senasib bila harus dipisahkan oleh anak dan rasa kagum pada suaminya Prita. Berkali-kali saya melihat foto Prita dari berbagai media, kesan awal saya nampak bahwa wanita ini cerdas dan apa adanya, kemudian ketika melihat anak-anak Prita saya langsung menangis, subhanallah betapa teganya orang yang memisahkan seorang ibu dari anaknya, apalagi anak dalam keadaan masih menyusui. Saya teringat sebuah kasus perceraian yang saya baca juga disebuah media, betapa seorang ibu yang terbukti bersalah sekalipun, dalam kasus perceraian dia masih memiliki hak untuk menyusui anaknya dan hak pengasuhan anak dibawah duabelas tahun ada pada ibunya, mengapa dalam kasus ini, bahkan seorang ibu harus berpisah dengan anak-anaknya.
Saya jadi terfikir kembali adakah sebuah terobosan baru, untuk dibuatkan penjara wanita dengan boleh membawa anak dimanawanita dan anak-anak tersebut dipisahkan dengan napi yang lain, agar jiwa sang anak tidak terganggu, dan bekali si ibu dengan training atau pelatihan pendidikan anak sehingga di penjara diapun dapat mengasuh anaknya dengan baik, karena bagi seorang wanita terkadang tahan untuk berpisah dengan suami atau keluarga yang lain, namun tidak untuk berpisah dengan anaknya. Dan semua duka saya melihat penderitaan Prita terhibur dengan rasa simpati saya yang sangat besar pada suami Prita, nampak cinta yang tulus pada istrinya, juga cinta yang apa adanya yang terungkap dalam surat penantian dan pemberitahuan mengenai keadaan anak-anak dan disana terlihat bahwa yang membuat Prita kuat bukan hanya dari dirinya yang memang nampak tegar, tetapi utamanya adalah dari cinta sang suami. Saya teringat pada pikiran saya sendiri mengenai pendidikan anak dalam keluarga, bila suami tidak menghargai dan tidak mencintai istri, biasanya sang istri dalam mendidik anak tidak begitu baik karena hatinya sudah rapuh, maka kembali saya berfikir cinta suami prita yang tulus dan apa adanya itulah yang membuat Prita mendapat ketegaran yang berbuah kebahagiaan, yaitu bertemu lagi dengan anaknya, bebasnya prita dari segala hukuman, pembelaan luarbiasa bagi dirinya, doadan simpati yang mengalir, dan cinta suaminya membuat saya kagum; “kok ada yaa…suami yang seperti itu ditengah maraknya perselingkuhan dan pelecehan dimana-mana..?”