High School Musical

“You and Me filmnya kayak High School Musical tahu mi?” demikian Salsa bercerita pada ibunya. “Orang Indonesia suka ikut-ikutan banget ya mi, lagian nggak cocoklah gayanya kalau ngikut-ngikutin film High School Musical Gak pantas…” gerutunya.

“Hmm…ya ya ya” aku mengangguk-angguk sok faham dan sok mengerti. Dengan hati-hati, sambil membawa tas belanjaan sebelum menjemput anak-anak pulang sekolah, aku sempatkan belanja keperluan dapur yang sudah habis seperti beras, pasta gigi dan lainnya yang tidak pernah kupercayakan pada si Inem karena beras yang dibelinya sama seperti yang dimakannya di kampung, banyak kutunya.

“lalu…? ceritanya, semuanya, bahkan gaya rambutnya semua mirip dengan film High School Musical?” tanyaku hati-hati, ”Kamu suka nonton gak..?”

“Gak ah, karena kalau yang main orang Indonesia, gak pas…” kita kan beda kultur mi, film High School Musical memang enak ditonton, tapi tidak sesuai untuk diikuti oleh orang Indonesia. Apalagi mereka dansa-dansa dengan musik yang tidak Islami. Salsa sich nonton, nonton aja biar tahu dan gak kelihatan kampungan, tapi amit – amit deh, gak mungkinlah kita ngikutin mereka. Kita kan beda dengan mereka (pemain film High school musical).

Alhamdulillah, sebagai seorang orangtua, cukup sebagai pendengar saja tanpa perlu melihat semuanya. Kita dapat bersikap seolah-olah kita ada dalam dunia mereka, yang terpenting dengarkan saja keluhannya dan tanggapi semua ceritanya, berikan pengarahan dan kepercayaan dan biarkan remaja kita mengeluarkan opininya, jangan selalu dilarang, karena pada akhirnya mereka akan tahu juga mana yang baik dan mana yang buruk untuk dirinya.

Karena tugas kita sebagai ibu hanya : ”mendidik bukan menghardik.”