Fase Setelah Lahir

Manajemen Informasi:

3. FASE SETELAH LAHIR

Pembaca yang dirahmati Allah! Betapa unik, akurat dan canggihnya sistem penciptaan kita. Semua itu menunjukkan betapa hebatnya Tuhan Pencipta kita, Pencipta jagad raya ini. Sudah lima fase perjalanan wisata yang kita lewati, Fase Zero, Fase Raw material, Fase Sperma, Fase Pembuahan dan Fase Dalam Rahim ibu kita. Kita telah lewati fase demi fase dengan pikiran terbuka, hati yang lapang dan perasaan yang terharu. Tidak ada kata yanng paling indah yang kita ucapkan selain Maha Suci Engkau yaa Allah yang terlah menciptakan kami dengan sistem yang amat canggih dan bentuk yang amat sempurna.

Sekarang kita sedang memasuki Fase Setelah Lahir, sebuah fase yang sangat krusial dalam menentukan nasib dan masa depan kita. Ada beberapa pertanyaan mendasar yang muncul dalam pikiran kita. Di antaranya : Bisakah kita lahir ke dunia ini dengan sediri? Sebagaimana pada fase-fase awal penciptaan bahwa kita memerlukan waktu dan tahapan, maka kenapa Fase Setelah Lahir atau kehidupan dunia ini juga harus kita lewati dengan beberapa tahapan seperti bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa dan manula? Kenapa ada yang meninggal ketika bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa dan ada pula yang meninggal ketika sudah manula? Kenapa jatah hidup kita di dunia ini tidak sama? Kenapa ada pula yang diberi jatah hidup sampai pikun? Apa jadinya bumi ini jika semua yang hidup di dunia ini mengalami masa pikun?

Setelah kita ketahui bahwa proses penciptaan kita sampai menjadi manusia sempurna begitu rumit, unik dan sangat canggih, maka apa gerangan misi dan visi hidup kita setelah lahir ke atas bumi ini? Apakah kehadiran kita ke bumi ini untuk bermain-main saja? Apakah kehidupan kita di atas bumi ini akan selamanya atau ada batas waktunya? Apakah kehidupan kita di bumi ini dibiarkan begitu saja, tanpa ada perhitungannya? Apakah kehidupan di bumi ini adalah kehidupan terakhir kita? Ataukah harus melewati beberapa terminal (periode) lagi agar sampai ke terminal terakhir, yakni Periode Kembali Kepada Allah? Dalam perjalan yang amat panjang itu, siapa yang menetukannya? Kita atau Tuhan Pencipta?

Kita akan kebingungan lagi menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas kalau kita hanya menggunakan akal dan perasaan. Mari kita telusuri lagi awal wisata kita yang bermula dari Zero, Raw Material, kemudian menjadi Sperma. Setelah itu kita ingat bahwa kita harus pula melewati fase Pembuahan yang begitu rumit, kemudian diteruskan dengan proses penyempurnaan penciptaan kita yang membutuhkan waktu sembilan bulan. Di mana rumah kita dan dunia kita ketika itu? Dalam perut ibu kita bukan? Setelah itu baru kita diluncurkan ke atas muka bumi ini dengan sistem yang canggih pula.

Dari penelusuran yang panjang itu kita dapat memahami bahwa kehadiran kita di atas bumi ini pasti mempunyai misi yang mulia dan visi yang besar. Al-Qur’an menyebutnya dengan MISI IADAH” kepada Tuhan Pencipta dan VISI KHALIFATULLAH” di atas bumi. Artinya dalam menjalankan hidup di atas muka bumi ini haruslah siap menjadi wakil Allah. Wakil Allah ialah yang mampu menjalankan kehidupan di duni ini selalu berada dalam frame ibadah kepada-Nya, yakni dengan mengikuti sistem yang telah ditetapkan-Nya untuk manusia. Ibadah tersebut harus pula melahirkan visi besar dalam hidup ini, yakni KHILAFAH yang akan menegakkan kebenaran, menerapkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam kehidupan umat manusia serta membangun bumi dengan baik untuk kesejahteraan dan kemakmuran penduduk bumi itu sendiri, tanpa melihat suku, warna kulit, batas teritorial, dan bahkan agama.

Sesungguhnya Fase Setelah Lahir atau kehidupan di dunia ini adalah fase yang amat menentukan. Fase yang akan menjadi kata kunci bagi fase-fase berikutnya. Kita sudah melihat bagaimana fase-fase sebelum lahir ke dunia merupakan fase-fase perjalanan wisata kita yang kita lewati begitu saja sambil menikmati rahmat dan nikmat dari Allah yang amat besar dan melimpah. Lain halnya dengan Fase Setelah Lahir ke dunai ini, khususnya setelah kita beranjak remaja sampai jatah kita habis di dunia ini. Dalam fase ini kita diberi Allah berbagai kelebihan seperti kekuatan fisik, kecanggihan anggota tubuh, kecerdasan Spiritual, Emotional dan Intellectual. Di samping ada dorongan hawa nafsu dan ada pula bisikan hati nurani sehingga melahirkan keinginan-keinginan dari dalam diri kita. Berbagai keinginan yang didukung berbagai sarana fisik yang amat canggih dan kecerdasan Spiritual, Emotional dan Intellectual itu akan melahirkan tingkah laku, kebiasan dan kemudian kultur.

Di samping itu, Tuhan Pencipta tidak membiarkan kita hidup di dunia ini sendirian, tanpa ibu bapak, tanpa pasangan hidup, tanpa anak-anak yang kita sayangi, tanpa teman, tanpa partner, tanpa guru, tanpa orang-orang baik yang ada di sekeliling kita. Bahkan Tuhan Pencipta tidak membiarkan kita hidup di dunia ini tanpa fasilitas hidup. Bahkan sejak 15 milyar tahun yang lalu (menurut ilmuan, bumi dan langit ini tercipta sejak peristiwa Big Bang 15 milyar tahun lalu) fasilitas hidup kita sudah disiapkan-Nya dengan melimpah dan bisa diperoleh dengan mudah. Ada yang gratis begitu saja seperti oksigen, cahaya matahari, angin, siang dan malam, tidur, dan bahkan Kitab Petunjuk Hidup (Al-Qur’an) pun diturunkan secara gratisdan.

Sungguhn sangat menakjubkan perhatian Tuhan Pencipta kepada manusia. Semua fasilitas hidup di dunia yang tidak berapa lama ini sangat lebih dari cukup dan dianugerahkan secara gratis pula. Hanya sedikit sekali fasilitas hidup kita yang memerlukan ikhtiyar (usaha) seperti kebutuhan akan makanan, minuman, pakian, tempat tinggal, kebutuhan sekolah anak-anak, biaya berobat dan sebagainya. Berapa sih total kebutuhan kita yang memerlukan ikhtiar itu? Untuk standar hidup di Indonesia misalnya, kebutuhan hidup perkepala per bulan hanya antara Rp 300.000 sampai Rp 50.000.000. Coba bandingkan dengan value (nilai) kesehatan, mata, jantung, otak, darah, oksigen, cahaya matahari, udara, air, siang dan malam, bumi yang terhampar yang tiap saat kita bisa berjalan di atasnya dengan mudah, lautan yang terbentang luas yang setiap saat kita bisa berlayar di atasnya untuk berbisnis dan mencari kehidupan dan seterusnya? Sungguh tidak bisa dibandingkan. Semuanya disiapkan dan diberikan kepada kita secara gratis. Maha Benar Allah Tuhan Pnecipta kita dengan firman-Nya :

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الأَنْهَارَ (32) وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ (33) وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ (34)
"Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.(32) Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.(33) Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat lalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (Q.S. Ibrahim (14) : 32 – 34)

Menarik untuk direnungkan, bahwa dalam fase ini Allah biarkan kita memilih jalan mana yang kita gunakan untuk mengekspresikan keinginan-keinginan tersebut. Sebenarnya, dengan menyadari dan mengakui nikmat Allah yang kita terima ketika melewati fase-fase sebelumnya dan juga nikmat lain yang amat besar yang kita bisa peroleh saat kita melewati fase kehidupan di dunia ini, yaitu berupa Wahyu dan Risalah Rasul-Nya sudah cukup bagi kita untuk memilih jalan mana yang kita gunakan dalam merealisasikan keinginan-keinginan yang datang dari dalam diri kita. Jalan baik atau jalan buruk di mata Allah? Jalan kebenaran atau jalan kebathilan menurut Allah? Jalan kesesatan atau jalan keselamatan di sisi Allah? Jalan keimanan pada Allah atau jalan kekufuran pada-Nya?

Perlu kita catat di sini bahwa setiap jalan yang kita pilih akan melahirkan prilaku, kebiasaan dan kultur. Sedangkan prilaku, kebiasaan dan kultur merupakan pencerminan dari karakter atau sifat yang sudah tertanam kuat dalam diri kita. Setiap perbuatan, prilaku, kebiasaan dan kultur akan memiliki nilai masing-masing sesuai dengan jenis, kadar dan kualitasnya. Maka penilaiannyapun di sisi Allah, Tuhan Pencipta, tentu tidaklah sama. Standar penilaian yang digunakan Allah hanya ada dua, yakni baik atau buruk. Antara baik dan buruk tidak ada. Nah, Di sinilah fungsi SEI Empowermetn seperti yang sudah dijelaskan pada Bagian I dari buku yang sedang Anda baca ini. SEI Empowerment dapat melahirkan sepuluh karakter atau sifat mulia, seperti yang dijelaskan pada Bagian I dari buku ini. Sedangkan apa dan bagaimana sepuluh karakter mulia itu, penjelasannya pada Bagian II.

Ada satu hal yang perlu kita ingat dan camkan, bahwa kesuksesan dalam membentuk karakter dan sifat mulia ketika melewati Fase Setelah Lahir ini, khususnya sejak kita dewasa sampai ajal menjeput kita, akan menjadi kunci utama keberhasilan kita melewati fase-fase berikutnya. Sebaliknya, bila kita gagal dalam membentuk karakter atau sifat-sifat mulia dalam kehidupan di dunia ini, maka perjalanan wisata kita berikutnya akan mengalami kesulitan dan kesengsaraan yang tiada taranya. Sebab itu, sebelum kaki kita jauh melangkah…. Sebelum pikiran kita jauh menyimpang…. Sebelum hati kita jadi keras seperti batu, atau lebih keras lagi darinya…. Sebelum perasaan kita jadi mati… Sebelum kecerdasan Spiritual, Emotional dan Intellectual kita jadi tumpul…. Selagi mata kita masih bisa melihat…. Selagi telinga kita masih bisa mendengar… Selagi jantung kita masih berdenyut dan darah segar masih mengalir dalam pembuluh darah kita…. Selagi fisik kita masih kuat…. Selagi nafas masih dikandung badan….. Sebelum ajal dan kematian menjemput kita untuk meninggalkan dunia yang fana ini. Sebelum kita meneruskan wisata ini ke terminal (periode) berikutnya, yakni Kematian Kedua, mari kita baca dan renungkan beberapa firman Allah berikut ini :

1. Tentang visi penciptaan manusia di atas bumi.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ (30)
Ingatlah ketika Tuhan Penciptamu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Q.S. Al-Baqoruh (2) : 30)

2. Tentang konsekuensi logois akibat penolakan manusia atas visi dan misi yang telah ditetapkan Tuhan Pencipta bagi manusia. Sedangkan penolakan itu sebenarnya tidak beralasan kecuali hanya ekspresi kesombongan belaka.

هُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلائِفَ فِي الأَرْضِ فَمَنْ كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهُ وَلا يَزِيدُ الْكَافِرِينَ كُفْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِلا مَقْتًا وَلا يَزِيدُ الْكَافِرِينَ كُفْرُهُمْ إِلا خَسَارًا (39) قُلْ أَرَأَيْتُمْ شُرَكَاءَكُمُ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَاوَاتِ أَمْ آتَيْنَاهُمْ كِتَابًا فَهُمْ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْهُ بَلْ إِنْ يَعِدُ الظَّالِمُونَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا إِلا غُرُورًا (40) إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ أَنْ تَزُولا وَلَئِنْ زَالَتا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا (41) وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَئِنْ جَاءَهُمْ نَذِيرٌ لَيَكُونُنَّ أَهْدَى مِنْ إِحْدَى الأُمَمِ فَلَمَّا جَاءَهُمْ نَذِيرٌ مَا زَادَهُمْ إِلا نُفُورًا (42) اسْتِكْبَارًا فِي الأَرْضِ وَمَكْرَ السَّيِّئِ وَلا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلا بِأَهْلِهِ فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلا سُنَّةَ الأَوَّلِينَ فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلا وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَحْوِيلا (43) أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَكَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعْجِزَهُ مِنْ شَيْءٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلا فِي الأَرْضِ إِنَّهُ كَانَ عَلِيمًا قَدِيرًا (44)
Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka (39) Katakanlah: "Terangkanlah kepada-Ku tentang sekutu-sekutumu yang kamu seru selain Allah. Perlihatkanlah kepada-Ku (bahagian) manakah dari bumi ini yang telah mereka ciptakan ataukah mereka mempunyai saham dalam (penciptaan) langit atau adakah Kami memberi kepada mereka sebuah Kitab sehingga mereka mendapat keterangan-keterangan yang jelas daripadanya? Sebenarnya orang-orang yang lalim itu sebahagian dari mereka tidak menjanjikan kepada sebahagian yang lain, melainkan tipuan belaka".(40) Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.(41) Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran), (42) karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Ketetapan Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunah Allah itu.(43) Dan apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka, sedangkan orang-orang itu adalah lebih besar kekuatannya dari mereka? Dan tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.(44) (Q.S. Fathir (35) : 39 – 44)

3. Tentang tipologi manusia ketika hidup di dunia. Ada yang berpegang teguh pada visis dan misi yang ditetapkan Tuhan Pencipta (dapat petunjuk) dan ada pula yang tidak mau berpegang teguh (tersesat) pada vsisi dan misi tersebut, serta faktor yang menyebabkan manusia tersesat.

قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ (29) فَرِيقًا هَدَى وَفَرِيقًا حَقَّ عَلَيْهِمُ الضَّلالَةُ إِنَّهُمُ اتَّخَذُوا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ (30)
Katakanlah: "Tuhanku Penciptaku menyuruh menjalankan keadilan". Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri) mu di setiap shalat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepada-Nya)". (29) Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan setan-setan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk. (30) (Q.S. Al-A’raf (7) : 29 – 30)

4. Tentang misi penciptaan jin dan manusia dan dari mana sumber rezeki yang mereka peroleh.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ (56) مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57) إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ (58)
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.(56) Aku tidak perlu rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. (57) Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.(58) (Q.S. Adz-Dzariyat (51) : 56 -58)

5. Tentang keharusan ‘ikhlas’ menjalankan Misi Ibadah kepada Allah Tuhan Pencipta.
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (5)
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, {1} dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Q.S. Al-Bayyinah (98) : 5)

6. Tentang betapa lemahnya tuhan-tuhan yang disembah selain Allah yang tidak mampu menciptakan apapun. Pengetahuan yang benar tentang Tuhan Pencipta mampu menyelamatkan manusia dari ketersesatannya mengabdi dan menyembah (menjalankan misi hidup) kepada tuhan-tuhan selain Allah, yang tidak layak untuk disembah.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ (73) مَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ (74)

Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. (73) Mereka tidak menghargai (mengenal) Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (74)
(Q.S. Al-Haj (22) : 73 – 74)

7. Tentang kenapa manusia hanya boleh menjalankan Misi Ibadah sesuai dengan yang telah ditetapkan Tuhan Pencipta dan bagaimana canggihnya Kitab Petunjuk (Al-Qur’an) yang diturunkan-Nya.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (21) الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (22) وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (23) فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ (24)
Hai manusia, sembahlah Tuhan Penciptamu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu Bertaqwa. (21) Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia mengeluarkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui (22) Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.(23) Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari Neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.(24) (Q.S. Al-Baqarah (2) : 21- 24)

8. Tentang betapa lemah dan butuhnya manusia pada Allah Tuhan Pencipta Yang Maha Kaya.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ (15) إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ (16) وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ (17)
Hai manusia, kamulah yang butuh kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. (15) Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). (16) Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah. (17) (Q.S. Fathir (35) : 15 – 17)

9. Tentang agama (sistem hidup) yang diturunkan Tuhan Pencipta adalah yang mampu menyelematakan manusia dari prilaku menyekutukan-Nya (syirik) dengan apa saja selain Dia. Karena tuhan-tuhan yang dijadikan sekutu bagi Tuhan Pencipta tersebut tdiak akan mampu berbuat apa-apa.

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي شَكٍّ مِنْ دِينِي فَلا أَعْبُدُ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ أَعْبُدُ اللَّهَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (104) وَأَنْ أَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا وَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (105) وَلا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لا يَنْفَعُكَ وَلا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ (106)
Katakanlah: "Hai manusia, jika kamu masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kamu dan aku telah diperintah supaya termasuk orang-orang yang beriman", (104) Dan hadapkanlah mukamu kepada agama itu (Islam) dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik (105) Dan janganlah kamu menyembah kepada selain Allah, (karena) apa-apa (yang kamu sembah selain Allah itu) tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudarat kepadamu; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka jika demikian sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang lalim".(106)
(Q.S. Yunus (10) : 10 – 16)

10. Bahwa fungsi Al-Qur’an itu adalah sebagai pelajaran, obat jiwa, petunjuk hidup dan rahmat. Fungsi tersebut hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang meyakini (beriman) kebenarannya.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ (57)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu Pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhan Penciptamu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
(Q.S. Yunus (10) : 57)

11. Agar Al-Qur’an dapat berfungsi sebagai pelajaran, obat jiwa, petunjuk hidup dan rahmat bagi yang meyakini kebenrannya, diperlukan seorang rasul untuk menyampaikan dan menjelaskan isinya. Namun demikian, penolakan (kufur) manusia terhadapnya tidak akan berpengaruh sedikitpun pada Kebesaran dan Ketuhanan Tuhan Pencipta.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِنْ رَبِّكُمْ فَآمِنُوا خَيْرًا لَكُمْ وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (170)
Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhan Penciptamu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikit pun) karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S. An-Nisa’ (4): 170)

12. Tentang keharusan menyerahkan amanah kepada yang ahlinya (profesional), keharusan menegakkan keadilan di antara manusia dan mentaati sistem Allah dan Rasul-Nya dalam memutuskan betrbagai perkara adalah bukti keiamanan.

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا (58) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا (59)
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.(58) Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(59)
(Q.S. An-Nisa’ (4) : 58 – 59)

13. Mentaati Allah dan Rasul-Nya adalah konsekuensi logis dari kemuliaan dan kelebihan yang diberikan Tuhan Pencipta kepada manusia dan sekaligus membedakan mereka dari makhluk lain, khususnya hewan dan Iblis, serta sebagai bukti bahwa manusia berhasil mesyukuri kecerdasan Spiritual, Emotional dan Intellectual yang mereka peroleh dari-Nya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلا تَوَلَّوْا عَنْهُ وَأَنْتُمْ تَسْمَعُونَ (20) وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ قَالُوا سَمِعْنَا وَهُمْ لا يَسْمَعُونَ (21) إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِنْدَ اللَّهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِينَ لا يَعْقِلُونَ (22)
Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling daripada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya), (20) dan janganlah kamu menjadi sebagai orang-orang (munafik) yang berkata: "Kami mendengarkan, padahal mereka tidak mendengarkan. (21) Sesungguhnya seburuk-buruk makhluk di sisi (dalam pandangan) Allah adalah orang yang pekak dan bisu yang tidak mau mengerti (kebenaran dari Allah) (22) (Q.S. Al-Anfal (8) : 20 – 22)

14. Orang-orang yang yang tidak mau menerima dan menerapkan sistem hidup yang diciptakan Tuhan Pencipta untuk mereka mengakibatkan kehidupan mereka dikuasai dan dikendalikan setan. Hal tersebut disebbakan kecintaan mereka yang berlebihan pada kehidupan dunia dan selalu mengikuti hawa anafsu. Karakter dan kondisi ril kehidupan mereka sama dengan anjing.

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (175) وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (176
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. (175) Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia mencitai dunia berlebihan dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir. (176) (Q.S. Al-A’raf (7) : 175 – 176)

15. Tentang larangan mengikuti langkah-langkah setan, karena setan itu memiliki misi, visi dan orientasi hidup yang berlawanan dengan orang-orang beriman. Hanya dengan berlindung kepada Tuhan Pencipta manusia bisa selamat dari pengaruh dan godaan setan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (21)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (21) (Q.S. An-Nur (24) : 21)