Bagaimana Caranya untuk Mendapatkan Sholat Khusyu'

Assalamu ‘alaikum Ustadz, apa kabar?

Saya Ijal dari Medan. Saya ingin bertanya kepada ustadz, bagaimana caranya agar kita dapat khusu’ di dalam melaksanakan ibadah shalat?

Yang kedua, saya kadang rajin sholat namun rajin juga melanggar perintah agama, bagaimana caranya agar shalat yang saya lakukan dapat mencegah perbuatan saya yang dilarang oleh Allah SWT.

Terimakasih atas jawabannya…………

Wassalam,

Syah Rijal Munthe

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Shalat dengan khusyu’ itu tidak bisa kita definisikan secara akal-akalan, apalagi menggunakan perkiraan berdasarkan pengalaman rohani seseorang. Sebab shalat itu ibadah ritual, di mana kita sama sekali tidak punya ruang untuk melakukan improvisasi sendiri.

Maka konsep shalat khusyu’ haruslah turun dari langit, yaitu dari yang memerintahkan shalat itu sendiri. Kita tidak diberi peluang untuk membuat-buat aturan tentang kekhusyu’an ritual shalat.

Maka alangkah baiknya bilakonsep khusyu’ itu sendiri yang perlu kita tetapkan terlebih dahulu. Jangan sampai kita hanya mengarang sendiri. Untunglah kita ini umat nabi Muhammad SAW, sehingga tidak ada masalah untuk mencariguidedalam urusan kekhusyu’an shalat. Guide kitaadalah Rasulullah SAW dalam urusan ini. Kalau mau tahu seperti apa shalat khusyu’, maka lihatlah tata cara shalat beliau.

Khusyu Bukan Kontemplasi

Kalau kita sudah sepakat bahwa orang yang paling berhak untuk menetapkan kekhusyuan dalam shalat adalah Rasululah SAW, maka insya Allah kita sudah mendapatkan separuh dari jawaban masalah khusyu’ ini. Lain halnya kalau ada di antara kita yang masih berpikir bahwa ada sosok lain yang lebih perlu kita ikuti dari sosok Rasulullah SAW.

Maka sekilas kita dapat melihat bagaimana praktek shalat Rasulullah SAW yang disebut dengan khusyu’. Adakah beliau pada saat shalat melakukan beragam ritual kontemplasi sehingga tidak ingat apa-apa? Adakah saat shalat beliau menutup diri dari kejadian di sekitarnya? Adakah saat shalat beliau lupa ingatan dan hanya membangun hubungan dengan Allah saja tanpa mempedulikan orang lain?

Ternyata tidak demikian. Justru Rasululah SAW ketika shalat sangat peduli lingkungan. Bukankah beliau mempercepat shalatnya kalau sedang menjadi imam dan mendengar ada bayi yang menangis dari shaf para wanita? Bukankah beliau memerintahkan kita yang sedang shalat untuk menghalangai orang yang akan lewat di depan kita? Bukankah beliau memerintahkan kita yang sedang shalat untuk membunuh ular?

Kalau shalat khusyu’ dimaknai sebagai memtuskan diri dari semua yang ada selain Allah saja, maka bagaimana bisa Rasulullah SAW mempercepat shalatnya saat bayi menangis? Bagaiman bisa beliau meminta kita menghalangi orang yang mau lewat atau membunuh ular?

Pernah suatu ketika saat beliau sujud, kedua cucunya naik ke atas bahu beliau. Maka beliau pun memperlama sujudnya, seolah memberi kesempatan kepada kedua cucunya itu untuk puas bermain naik ke atas bahunya.

Nah, inilah bentuk shalat khusyu’ yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dan jelas sekali tidak ada kekhususan dalam hal ini. Rasulullah SAW adalah suri tauladan kita. Beliau yang mengatakan, "Shalatlah kamu sebagaimaan kalian melihat aku melakukan shalat."

Khusyu’ = Konsentrasi

Maka kalau kita timbang-timbang, agaknya yang dimaksud dengan khusyu’ bukan semata-mata tidak ingat apa-apa kecuali Allah, melainkan merupakan sebuah konsentrasi untuk menjalankan shalat dengan baik, sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dan shalatnya Rasulullah SAW adalah shalat yang ‘Peduli Lingkungan’.

Beliaulah yang mengajarkan kepada kita untuk menjawab salam saat shalat dengan isyarat. Dan itulah shalat yang khusyu’. Beliau pula yang mengajarkan bagaimana makmum berkewajiban membenarkan gerakan atau bacaan imam, bahkan shat yang paling belakang, yaitu shaf para wanita, juga diberikan hak untuk membenarkan iman, dengan cara bertepuk.

Kalau shalat khusyu’ dimaknai sebagai tidak ingat apa-apa yang ada di sekelilingnya, bagaimana mungkin makmum membenarkan imam?

Maka yang paling mudah dalam memahami konsep khusyu’ adalah bahwa seseorang melakukan shalat dan dia konsentrasi terhadap apa yang sendang dilakukannya. Kalau dia membaca ayat Al-Quran, maka dia memahami apa yang dibacanya dan benar-benar konsentrasi terhadap bacaan serta maknya yang dikandungnya.

Ketika dia mengucapkan takbir, maka dia meresapi bahwa hanya Allah saja yang Maha Besar, yang selain Allah tidak ada apa-apanya. Ketika dia membaca doa istiftah, maka dia benar-benar meresapi makna yang terkandung di dalamnya.

Kalau dia menjadi makmum atau imam, maka dia tahu bagaimana mengatur komposisi gerakan bersama jamaah yang lain. Dan yang lebih penting, dia ingat hitungan bilangan rakaatnya, tidak lupa atau rancu.

Jadi intinya, shalat yang khusyu’ itu bukan semata-mata kontemplasi tidak ingat apa-apa, tetapi shalat khusyu’ adalah shalat yang memenuhi semua syarat, rukun, kewajiban dan tahu makna dari tiap gerakan dan bacaannya, yang dilakukan sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Kiat Meninggalkan Larangan Agama

Untuk bisa meninggalkan larangan agama, ada beberapa kita yang bisa dijadikan shok tetapi, mungkin berguna bagi sebagian orang, tapi belum tentu buat sebagian yang lain.

1. Pergaulan

Kalau anda punya teman bergaul orang-orang yang takut melakukan maksiat, setidaknya ketika anda ingin melakukan maksiat, anda akan merasa malu dan tidak enak hati.

Sebaliknya, kalau teman pergaulan anda adalah orang-orang yang hobi melakukannya, maka setidaknya ketika anda melakukan maksiat, tidak ada yang mengingatkan.

2. Ingat Mati

Kalau anda sering ikut shalat jenazah dan mengantarkan mayat ke kuburannya dan anda benar-benar membayangkan kalau yang sedang digotong beramai-ramai itu adalah diri anda sendiri, kemungkinan anda akan berpikir ulang setiap ingin maksiat.

Dan kalau anda sadar bahwa kematian itu tidak pernah pilih-pilih usia, maka anda akan sedikit tahu diri untuk tidak sembarangan melakukan maksiat. Data statistik menunjukkan bahwa ternyata kasus mati muda cukup besar. Baik karena faktor penyakit maupun faktor nasib.

Pastikan jangan sampai ketika melakukan maksiat, Allah SWT mengirim Izrail untuk mencabut nyawa.

3. Sering Mengingat Hari Akhir

Kalau anda sering mengkaji dan menelaah kabar tentang nasih seseorang nanti di alam barzakh, yaumil hisab dan surga serta neraka, maka setidaknya anda sudah tahu resiko apa yang akan anda ambil manakala anda ingin melakukan maksiat.

4. Doa

Maka sering-seringlah berdoa dan minta kepada Allah SWT agar hati kita dikuatkan di dalam iman.

Wahai yang Maha membolak-balik hati, tetapkanlah hati-hati kami ini dalam agamamu dan keimanan.

Semoga Allah SWT selalu menjaga kita dari jatuh ke dalam hal-hal yang diharamkan-Nya, Amien

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc