Idrus Marham Ketua Pansus Century?

Sekretaris Jendral Partai Golkar Idrus Marham, terpilih menjadi ketua Pansus Bank Century, melalui voting, sesudah perdebatan selama delapan jam. Idrus mendapat 19 suara, Gayus Lumbun (PDIP) mendapat 7 suara, Mahfud Sidik (PKS) mendapat 3 suara, dan Yahya Secawirya (Demokrat) mendapat 1 suara.

Kemanangan Idrus itu, karena dukungan Demokrat, PKB dan PAN. Sedangkan Mahfud didukung PKS. Terpiliihnya Idrus Marham sudah dapat diprediksi sejak awal. Menurut salah satu anggota Pansus, Presiden SBY telah mengumpulkan menteri=menteri dari partai koalisi untuk satu suara mendukung Idrus. Karena itu, partainyapun telah menginstruksikan fraksi untuk mengamankan kesepaktan itu, yaitu mendukung pencalonan Idrus. “Hitungan kami 23 suara lawan 7 suara”, ucapnya optimis. Hal senada juga dikatakan oleh salah satu anggota Pansus. “Koalisi sudah satu nama. Ini semua hanya panggung sandiwara”, tambahnya.

Sedangkan, komposisi Pansus itu, terdiri dari Ketua Idrus Marham (Golkar), Wakil Ketua Gayus Lumbun (PDIP), Mahfudz Sidik (PKS), dan Yahya Secawirya (Demokrat).

Namun, saat berlangsung klarifikasi calon ketua, rapat sempat memanas. Pasalnya, hal itu diawali keberanian Eva Kusuma Sundari (PDIP), mrminta klarifikasi Idrus soal keterlibatannya soal import beras. Menurut ICW, Idrus yang dicalonkan Golkar untuk memimpin Pansus itu pernah menjadi penghubung dan saksi perjanjian PT Hexatama Funindo dan Inkud untuk mengimport 60.000 ton beras dari Vietnam pada Januari 2008. Inkud juga masuk dalam audit Century terkait L/C fiktif, sehingga dikhwatirkan mem;punyai konflik kepentingan. (Kompas, 5/12) fiktif, sehingga dikhwatirkan mem;punyai konflik kepentingan. (Kompas, 5/12). Namun, tuduhan dari Eva Sundari itu dibantah oleh Idrus.

Ismed Hasan Putro dari Masyarakat Profesional, menilai masuknya Idrus Markam sebagai ketua Pansus, menyatakan, “Itu merupakan indikator, jika Pansus Bank Century telah menjadi arena dagang politik, dan mulai dikesampingkan harapan publik erhadap kasus tersebut”, tandasnya.

Effendi Ghozali, pakar komunikasi politik UI, menyatakan, tidak lagi mau berharap kepda Pansus Hak Angket Kasus Bank Century. Aktivis Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi (Kompak), Fadjroel Rahman, menilai terpilihnya Idrus Markam itu, sebagai kematian atau puncak kegagalan hak angket kasus Bank Century. “Terpilihnya Idrus merupakan hasil dari usaha koalisi Partai Demokrat, Patai Golkar, Partai Pesatuan Pembangunan, PAN, membentuk kanal untuk mematikan angket ini”, ujarnya.

Effendi menilai dan memprediksi langkah-langkah yang akan diambil pansus nantinya hanya akan menggagalkan upaya pengungkupan kasus tersebut. Effendi mengaku kecewa terhasdap Tim Sembilan. Sebelumnya, kata Effendi, beberapa inisiator mengaku berani, bahkan untuk walk out. “Hal itu sama artinya membohongi rakyat. Para inisiator itu berkeliling cari dukungan. Tetapi saat masuk mekanisme politik, mereka tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap masuk daslam pansus”, ucap Effendi.

Menurut peniliti LIPI, Ikrar Nusabakti, meragukan sosok Idrus Marham sebagai ketua pansus terpilih. Dari rekam jejaknya, Idrus diketahui memiliki kedekatan dengan Presiden SBY. “Ribut-ribut kemarin soal pembentukan pansus, kan, hanya taktik ‘baying time’ untuk mencari siapa kira-kira orang yang cocok untukjadiketua pansus”, ujar Ikrar. Terpilihnya Idrus sejak awal sudah diduga. Menurut keterangan salah seorang anggota pansus, Presiden SBY telah mengumpulkan menteri-menteri dari partai koalisi untuk satu suara.

Hakekatnya, pansus angket Bank Century ini akan menjadi taruhan DPR. Apakah pansus ini memiliki kesungguhan atau tidak? Karena sudah ada preseden sebelumnya, di mana pansus amglet yang ada semuanya hanya majal di tengah jalan. Mulai dari BLBI, Lapindo, Import Beras, dan BBM, semuanya majal, tak ada ujung rimbanya. “Jika panitia khusus angket ini nyungsep, DPR juga akan nyungsep, dan akan sulit lagi untuk menegakkannya pada tahun-tahun berikutnya”, kata Misbakhun, anggota DPR dari Fraksi PKS, Jum’at. (4/112)

Kalau DPR tidak dapat menuntaskan perkara Bank Century, dan gagal membuka kasus ini, maka DPR telah menjadi ‘abdi’ ekskutif, bukan lagi abdi rakyat. Inilah taruhan terakhir lembaga rakyat ini.

+++

Kami mengharapkan pandangan, sikap, dan saran dari para p;embaca da pengunjung eramsulim, dan kami mengucapkan terima kasih atas partisipasinya dalam rubrik ini. Dengan I ni kami menutup rubrik dialog sebelumnya.