Mampukah Muhammadiyah Tetap Menjadi Pembaharu?

Sebentar lagi akan berlangsung Muktamar Muhammadiyah di Yorgyakarta, dan bersamaan dengan peringatan satu abad (100 tahun) berdirinya persyarikatan itu. Dipilihnya kota Yogyakarta sebagai tempat muktamar dan sekaligus peringatan, mengingatkan  mula berdirinya organisasi yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan, di tahun 1912.

KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri gerakan persyarikatan Muhammadiyah, di awal abad ke 19 itu, sebelumnya diilhami oleh gerakan pembaharuan yang berlangsung di Timur Tengah, seperti yang dilakukan Muhammad Abduh dan muridnya Rashid Ridho, yang melakukan pembaharuan. Di mana waktu itu, Abduh dan Rashid Ridho, melakukan pembaharuan, yang dalam pengertian mengambalikan pemurnian Islam, kembali ke ajaran tauhid yang sebenarnya.

Islam telah dikikis oleh berbagai paham syirik, khurafat, bid’ah, tahayul, dan menyebabkan kaum muslimin menjadi terbelakang, dan bodoh, jumud, serta taklid. Dengan kondisi seperti itu, para penjajah dan kaum kafir dengan sangat mudahnya menguasai negeri-negeri muslim, dan menjajahnya selama berabad-abad. Inilah yang dialami oleh seluruh negeri muslim diberbagai belahan dunia. Maka, gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Abduh dan Rashid Ridho itu, tak lain ingin mengembalikan kaum muslimin kepada hakikat Islam.

Sebagai seorang ulama yang pernah mengeyam pendidikan di Timur Tengah, dan berinteraksi dengan gerakan-gerakan Islam, seperti yang dilakukan oleh Abduh dan Rashid Ridho itu, maka KH.Ahmad Dahlan, terinspirasi mendirikan persyarikatan, yang kemudian diberi nama Muhammadiyah, yang artinya sebagai pengikut Muhammad Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam itu, membawa missi pembaharuan bagi kaum muslimin di Indonesia. Yaitu mengembalikan kaum muslimin kepada aqidah tauhid, yang tidak lagi dicampuri oleh tahayul, bid’ah, dan khurafat.

Missi dari persyarikatan Muhammadiyah yang dibawa oleh KH.Ahmad Dahlan, tak lain untuk memberantas penyakit umat, yang bernama ‘TBC’ (tahayul, bid’ah, dan khurafat). Inilah missi yang dijalankan oleh KH.Ahmad Dahlan, yang sudah menerima ajaran dari Abduh dan Rashid Ridho, dan ingin memurnikan kembali ajaran Islam. Jauh dari dari bentuk-bentuk penyimpangan dan penyelewengan aqidah.

Sekarang persyarikatan Muhammadiyah menjadi sebuah organisasi sosial keagamaan, yang terbesar di Indonesia, dan memiliki aset yang luar biasa. Dari Sabang sampai Merauke. Tak kurang Muhammadiyah memiliki 12.000 sekolah, mulai dari sekolah dasar, menengah, sampai lanjutan. Termasuk memiliki 167 perguruan tinggi. Muhammadiyah juga memiliki 345 rumah sakit yang tersebar di seluruh Indonesia,ratusan panti asuhan, dan ratusan balai pengobatan. Persyarikatan Muhammadiyah juga memiliki bank perkreditan untuk masyarakat kecil yang membutuhkan pendampingan.

Dan, hakekatnya, persyarikatan Muhammadiyah juga dapat menjadi tempat persemaian kader-kader, yang nantinya akan melanjutkan missi yang dibawa oleh KH.Ahmad Dahlan. Apalagi, Muhammadiyah telah memiliki sarana pendidikan yang jumlahnya ribuan, dan berkembang diseluruh Indonesia, dan ini menjadi tempat yang paling baik bagi tumbuh kader-kader Islam,bila dikelola dengan tujuan yang benar, yaitu dalam rangka untuk menegakkan ‘li’I kalimatillah’ (meninggikan kalimat Allah).

Menurut Ketua Umum PP.Muhammadiyah, Prof.Dr.Din Syamsuddin, menyatakan, perjuangan Muhammadiyah masih harus dilanjutkan. Muhammadiyah akan menggunakan perjalanan 100 tahun kedua untuk mengembangkan pembaharuan (tajdid) fase kedua. “Jika 100 tahun pertama digunakan untuk aktualisasi peran, 100 tahun kedua akan digunakan untuk meneguhkan jati diri sebagai gerakan pembaharuan dan pemurnian aqidah”, ucap Din Syamsuddin.

Sementara itu, di tengah-tengah masyarakat, semakin banyak umat Islam, yang jauh dari ajaran Islam, dan mereka terjebak dengan bebagai bentuk penyakit ‘TBC’ (tahayul, bid’ad, dan khurafat), yang sekarang ini terus menggerogoti aqidah, iman, dan akhlak, serta muamalah kaum muslimin. Apalagi, di era kebebasan sekarang ini, berbagai penyimpangan agama, justru mendapatkan ekspose melalui media, sehingga semakin menyuburkan inhirofat (penyimpangan) yang ada dalam agama.

Mampukah persyarikatan Muhammadiyah yang didirikan oleh KH.Ahmad Dahlan, bertahan menghadapi gempuran zaman, yang semakin sekuler, jauh dari agama, dan maraknnya penyakit ‘TBC’ di tengah-tengah umat ini?

+++

Kami mengharapkan pendapat, pandangan, sikap dan pemikiran dari pengunjung, dan kami mengucapkan terima kasih atas partisipasinya. Dengan ini rubrik dialog sebelulmnya, kami tutup.