Bersegeralah Berbuat Kebaikan

Semua orang apapun status dan profesinya ia pasti mendambakan kebaikan, sekurang-kurangnya kebaikan bagi diri dan keluarganya, sebagimana seorang pencuri tak suka jika ia kecurian, seorang penzina tak suka dan takkan rela keluarganya dizinahi orang lain, seorang koruptorpun tak kan ingin harta hasil korupsinya itu dikorup bawahannya. Jadi kebaikan merupakan suatu yang fitri dan universal diterima semua umat manusia. Ia terhujam dalam hati nurani manusia dimana dan kapanpun berada. Namun kebaikan akan bermakna dan bernilai ibadah jika dilandasi atas dasar kecintaan kepada Allah SWT Rabb yang Maha sempurna……

Kebaikan harus senantiasa terjaga dan dipupuk agar terus hidup bagi setiap insan, kebaikan harus menjadi tolak ukur setiap perbuatan, kebaikan tidak harus dibatasi oleh dimensi waktu sehingga kita tidak boleh berbuat baik hanya kali ini saja, atau kapan-kapan, atau kadang-kadang dsb. Tapi kebaikan harus terus menerus hidup dalam hati dan diri kita, kita harus berbuat baik untuk sesuatu.

Salah satu kriteria baik adalah bermanfaat bagi orang lain, bukankah Rasulullah SAW bersabda "Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang paling bermanfaat diantara kamu" Sudahkah…..kita menjadi orang yang bermanfaat di lingkungan kita…?

Banyak pekerjaan rumah yang harus kita kerjakan…Kebaikan tidak didasari pada rasa pamrih untuk dipuji ataupun dihormati, bahkan tidak juga dapat dihargai dengan uang. Rasulullah memberikan sifat orang berbuat baik manakala ia datang tidak ada yang kenal, tapi ketika ia pergi semua orang menangisi. Bagaimana kisah Zainal Abidin keturunan Rasulullah SAW, dimana ia membawa kayu bakar kepada setiap penduduk setiap malamnya, tak seorang pun tahu siapa yang bawa dan darimana kayu bakar itu datang selama bertahun-tahun. Sampai ketika Zainal Abidin wafat dijumpai terdapat tanda pada punggungnya bahwa beliau senantiasa mengangkut beban berat, dan semenjak sepeninggalan beliau tak ada lagi orang yang mengantarkan kayu bakar, tahulah penduduk setempat, bahwa selama ini Zainal Abidin yang telah berbaik hati untuk mengantarkan kayu bakar tersebut tanpa sepengetahuan siapapan.

Kisah menarik juga dilakukan baginda Rasulullah SAW, ketika beliau wafat Abu Bakar RA menanyakan tentang kebaikan apa yang telah dilakukan Rasulullah SAW yang belum Abu Bakar RA kerjakan.

Anaknya, Aisyah RA yang juga istri dari baginda SAW, menceritakan ada satu perbuatan yang senantiasa baginda lakukan yaitu setiap hari baginda selalu mendatangi pasar, di sana ia menjumpai pengemis Yahudi buta, lalu ia senantiasa menyuapin bubur yang dibawanya dari rumah dengan penuh kelembutan kepada pengemis buta tersebut. Akhirnya Abu Bakar mengikuti jejaknya, seperti biasa pengemis buta tersebut selalu mengatakan "wahai anak muda jangan engkau ikuti Muhammad, ia itu orang gila, ahli sihir dan suka memecah belah, jika engkau dekati engkau akan berpengaruh nanti". Artinya seumur hidupnya Rasul SAW menyuapi selalu diberi kata-kata semacam itu tapi tak sedikittpun ia marah, maka tetap disayanginya sampai wafatnya.

Ketika Abu Bakar baru memberi beberapa sendok makan kepada pengemis buta tersebut, maka marahlah si pengemis itu sambil memuntahkan makannya… siapa engkau..? katanya. Aku orang yang biasa mendatangi dan menyuapini engkau kata Abu Bakar… Bohong engkau katanya, orang yang selama ini jika memberikan makan kepada ku selalu dengan kasih sayang, dan tak sukar aku memakannya. Siapa engkau…..katanya kemudian…..Lalu menangislah Abu Bakar RA, orang yang biasa yang senantiasa mendatangi engkau sudah meninggal beberapa waktu lalu ia adalah Muhammad Rasulullah SAW, aku adalah salah seorang shahabatnya. Mendengar kata itu bergetar dan menangislah pengemis tadi, ia tiap hari aku caci tapi tetap memberikan kasih sayang kepadaku tanpa sedikit ada kebencian. Maka mulai sekarang aku salah seorang pengikutnya….

Episod diatas berbagai kebaikan yang dilakukan oleh orang-orang pilihan tanpa mengharapkan kedudukan, pujian dsb bahkan sematas-mata ia lakukan didasari pada keikhlasan dan kecintaannya pada Allah SWT.

Banyak sekali kebaikan yang harus kita lakukan, bukankah senyum bagian dari kebaikan, menyingkirkan duri bagian dari kebaikan….. lalu apalagi yang kita tunggu ternyata kebaikan banyak sekali dilingkngan kita, tinggal kita ingin bersungguh-sungguh berbuat baik atau tidak…..? Banyak saudara-saudara kita memerlukan kebaikan dari kita semua, apakah kita bersifat acuh masa bodoh hanya melihat bahwa ia bukan saudara sedarah, atau dari kultur yang berbeda….!

Sudahkah kita menjadi orang yang bermanfaat untuk lingkungan sosial kita………. Jika kebaikan telah menyatu dalam diri dan hati, maka kualitas pribadilah yang kita dapatkan. Ingat Allah tak mengajarkan kita menjadi orang-orang sholeh atau baik secara ritual saja, tapi juga sholeh secara sosial,karena pada dasarnya kita makhluk sosial………..so kenapa kita harus menunggu…..

Wallahu’alam bi shawab

Nursama Heru Apriantoro, Pemerhati dan pemotivasi, pekerja migran di Johor, Malaysia
[email protected]