Game dan Televisi, Baikkah Mereka untuk Anakku??

gameBelakang ini banyak anak-anak yang asyik dengan dunianya sendiri, jarang berinteraksi dengan teman atau orang tuanya. Sadar atau tidak ada banyak pemicu utama yang membuat dunia mereka (anak-anak) menjadi tidak semestinya. Saat ini ada mainan baru yang dapat membuat anak-anak anteng tanpa kita (orangtua) harus sibuk menyuruhnya diam yaitu televisi dan game,  entah itu dari play station, ipad, tablet atau sejenisnya.

Saat ini telah banyak beredar game-game dan film kartun tidak sesuai dengan fitrahnya anak-anak yaitu islam. Semisal zombi plant, smack down, angry bird, sponge bob, shincan dll. Kalaupun anak mau diberikan game edukatif harus tetap didampingi orang tua karena banyak terjadi salah kaprah ketika membiarkan anak bermain sendiri game edukatif. Anak-anak masih butuh bimbingan orang tuanya. Game edukatifpun jika dimainkan tanpa diarahkan/dibimbing anak bingung, karena saat ada hal yang harus dijelaskan mereka tidak mendapatkannya dan yang terjadi adalah kebingungan.

Selain game, televisipun memiliki andil besar dalam proses tumbuh kembang anak, sekarang ini banyak televisi yang menyiarkan acara yang tidak layak ditonton oleh anak-anak. Acara televisi saat ini didominasi dengan berbagai jenis goyangan, entah itu goyang kaisar, goyang kepala pusing, demam dan berbagai jenis goyangan tidaklah baik bagi anak-anak. jika dulu saya bisa menikmati berbagai jenis acara anak, mulai dari acara musik anak, kuis anak, sinema anak, kini tidak lagi. Anak jaman sekarang tumbuh dewasa sebelum waktunya, karena mereka mau tidak mau dijejali tontonan yang tidak seharusnya mereka tonton. Sinetron remaja, ajang pencarian bakat dan musik-musik dewasa yang berlirik tidak seharusnya di didengar oleth anak-anak. Dan kini banyak sekali anak-anak bergaya layaknya orang dewasa padahal ketika ditanyapun mereka belum tentu paham apa yang mereka lakukan. Bayangkan jika ini terus berlangsung, apa yang terjadi pada negeri ini? Sudah selayaknya orangtua menjadi sentral edukasi bagi putra-putrinya. Menemani anak menonton televisi dan bermain game adalah bentuk kasih sayang orangtua kepada anak. Mendidik, membimbing bukan hanya tugas guru tapi tugas orangtua.

Dan orangtua sebaiknya tidak selalu menuruti apa yang menjadi keinginan anak, anak ingin ini dituruti, ingin itu dituruti.. padahal dengan sedikit penjelasan mengapa ia tidak boleh membeli ini, tidak boleh menonton itu, bermain ini dan itu, anak akan mengerti dan paham dan mereka akan tumbuh menjadi anak yang cerdas.

Ketika mereka menangis meraung-raung jika ingin memiliki sesuatu yang diinginkan, biarkan mereka menangis sampai selesai, karena menangis adalah cara mereka mempertahankan keinginannya, kita perlu tega dalam hal ini karena jika kita menuruti, maka hal serupa akan ibu/ayah alami terus menerus. Biarkan mereka menangis, setelah reda mereka akan menghampiri ibu/ayahnya. Saat itulah, saat mereka tenang kita beri pengertian mengapa ibu/ayah tidak mau memberikan yang mereka inginkan.

Imam Ibnu Qoyyim pernah berkata “Betapa banyak orang yang menyengsarakan anaknya, buah hatinya di dunia dan akhirat karena ia tidak memperhatikannya, tidak mendidiknya dan memfasilitasi syahwat (keinginannya), sementara dia mengira telah memuliakannya padahal dia telah merendahkannya. Dia juga mengira telah menyayanginya padahal dia telah mendzaliminya. Maka hilanglah bagiannya pada anak itu di dunia dan akhirat. Jika Anda amati kerusakan pada anak-anak, penyebab utamanya adalah ayah.”(Tuhfatul maudud)

Perkaatan imam Ibnu Qoyyim ini mengingatkan kita semua bahwa memberikan segala yang diingankan anak bukanlah jalan mendidik mereka justru menyengsarakan mereka dikemudian hari, berilah anak hal yang bermanfaat. Selain itu peran ayah sangat penting dalam mendidik anak, dalam al-qur’an banyak peristiwa yang mengisahkan interaksi ayah dengan anaknya, seperti nabi Ibrahim dengan nabi Ismail, Luqman dengan anaknya, dan kisah yang lainnya.

Permainan memang dunia anak-anak, tapi pilihlah permainan anak-anak yang membuat mereka kelak tumbuh menjadi orang hebat. Permainan yang melalaikan harus segera ditiadakan. Terutama di usia golden age.

Nabi Muhammad SAW bersabda:

عَنْعَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ»

Dari Ali bin Husain radhiallahu anhum: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik keislaman seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat dan bukan urusannya.” (HR. Malik, Ahmad dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani dalam Misykat Al Mashobih)

Menurut Bapak Hendri (kepala sekolah komunitas Kebon Maen) sebaiknya kita tidak membelikan anak mainan, kita bisa memberikan barang-barang bekas, setelah itu biarkan mereka berkreasi sendiri dan itupun yang sedang saya praktekkan pada anak saya. Di rumah ada mainan tapi itu dapat dari hadiah sisanya saya berikan barang-barang bekas walhasil walau masih berusia 1,9 tahun dia dapat menjadikan kaleng/toples sebagai alat musik dan dia memainkan dengan dua tangannya, berkreasi dengan kaleng sebagai mobil-mobilan. Selain menjadi kreatif, kecerdasannya lainnyapun bisa tergali. Kalaupun dirasa perlu untuk memberikan mainan, berilah mainan edukatif yang merangsang kecerdasannya dan tetap dalam bimbingan orangtua.

Jika dirasa perlu adanya televisi di rumah, sebaiknya televisi disimpan di ruang keluarga bukan di kamar. Kendali saluran ada di tangan kita, dan saat menonton tv, kita harus tetap mendampingi mereka.

Mari ayah bunda, berikan waktu untuk mereka, karena ditangan kitalah mereka akan tumbuh. Jadilah orangtua yang bisa menjadi guru dan sahabat.

 

Uswati Hasanah, Guru TK Qurrata’Aini Baitussalaam Bogor