Hersubeno Arief: Menyaksikan Hebatnya Permainan Watak Jokowi

Prabowo dalam suatu kesempatan sekilas pernah mengakui perannya itu. “Saya yang bawa beliau dari Surakarta. Saya yang meyakinkan Ibu Mega,” ujarnya. Namun dia tak mau bercerita lebih banyak.

Pengakuan Prabowo dibenarkan Jokowi. Namun menjelang Pilpres 2014 Jokowi mencoba mengaburkan peran Prabowo. “Semua punya peran. Masyarakat punya peran, simpatisan pun ada peran, apalagi partai sangat berperan. Ya tapi, yang bawa saya ke Jakarta bukan siapa-siapa. Kan itu PDI Perjuangan” ujarnya di Balaikota DKI (27/3/2014).

 

Smoke and mirrors

Masih banyak “kehebatan” pribadi Jokowi yang bisa kita saksikan dalam debat capres beberapa hari lalu. Dalam salah satu sesi Jokowi mencecar Prabowo soal adanya mantan napi korupsi yang dicalonkan kembali oleh Gerindra.

Melihat Prabowo cukup kelabakan, Jokowi kembali mencecar Prabowo dan mengulang pertanyaannya. Dia merasa sangat yakin karena data itu katanya diambil dari Indonesian Coruption Watch (ICW). Dalam sesi ini Jokowi kelihatan sangat superior dan berada di atas angin.

Media belakangan mengungkap, 6 orang itu merupakan caleg Gerindra untuk DPRD di beberapa daerah. Pengajuannya menjadi kewenangan dan tanggung jawab Ketua DPD I dan II. Tidak melalui pintu Prabowo sebagai ketua umum.

Kepada media soal caleg mantan napi koruptor ini Jokowi juga jelas sangat mendukung. Dia menyatakan tidak setuju dengan KPU yang mengeluarkan larangan dan minta aturan itu ditelaah lagi.

“Kalau saya, itu hak. Hak seseorang berpolitik. Konstitusi sudah menjamin untuk memberikan hak kepada seluruh warga negara untuk berpolitik, termasuk mantan napi kasus korupsi,” tegasnya.

Hebat! Jokowi berani menggunakan isu caleg eks napi koruptor itu untuk menyerang Prabowo. Padahal dia sendiri mendukungnya. Sebaliknya cawapres Sandiaga Uno mengaku dilarang Prabowo untuk menyerang Jokowi.

Sandi mengaku akan mempertanyakan kasus penyidik KPK Novel Baswedan yang disiram air keras pada 11 April 2017. Novel harus menjalani perawatan panjang di Singapura dan matanya kirinya buta. Sudah hampir dua tahun berselang kasus itu belum juga terungkap.

“Terus terang (isu Novel Baswedan) ada di dalam note saya untuk diangat. Tapi Pak Prabowo bilang (jangan),” ujar Sandi.

Menonton Jokowi pada debat capres mengingatkan kita pada artikel yang ditulis seorang wartawan asing John McBeth berjudul “Widodo’s smoke and mirrors hide hard truths”.

Dengan difasilitasi oleh media-media yang sebagian besar sudah dikooptasi oleh pemerintah, tulis McBeth di laman atimes.com edisi 23 Januari 2018, Jokowi telah berubah menjadi seorang master permainan Smoke and mirrors.

Sebuah permainan tipuan “asap dan cermin” yang banyak digunakan oleh para pesulap. Dia meyakinkan publik telah melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak dia lakukan.

Pada kasus Prabowo dia melakukan sebaliknya. Dia mencoba mengelabui publik dengan menyembunyikan apa yang telah dia lakukan dan menisbahkannya kepada orang lain. Hebatnya hal itu dengan sangat berani dilakukan di depan Prabowo dan Hashim.

Salut dan selamat! Anda memang layak mendapat “bintang” Pak Jokowi! End [HA]