Ketika Cahaya Islam Terkurung di Surau

surauOleh.Hana Annisa Afriliani

Aktifis Muslimah untuk Kebangkitan

Islam adalah agama yang jumlah penganutnya paling banyak di seluruh dunia, yakni mencapai kurang lebih 1,5 miliar orang. Namun sudahkah semua muslim tersebut memahami dengan sebenarnya bahwa Islam adalah dien yang sempurna? Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita cukup dengan melihatnya dari realita yang terjadi di masyarakat, dengan itu kita pun akan mengetahui sejauh mana pemahaman umat Islam terhadap agama yang mereka anut.

Kita tidak dapat memungkiri bahwa masih banyak ibu-ibu yang aktif di majelis ta’lim namun dalam kehidupan sehari-hari mereka masih tidak segan membuka aurat ketika keluar dari rumahnya.  Kita juga tak aneh lagi dengan pemandangan serba islami dan orang-orang yang seolah-olah kompak mengenakan busana muslim/muslimah saat tibanya hari raya Idul fitri atau Idul adha, namun selepas itu tidak sedikit dari mereka yang kembali pada busana ala barat yang mengumbar aurat serta kemolekan tubuh. Dan bukankah kita juga seringkali disuguhi dengan fakta tentang seseorang yang sudah menunaikan ibadah haji ke baitullah namun dalam kehidupan sehari-hari masih akrab dengan praktik-praktik ribawi, ghibah, dan bahkan belum menutup auratnya secara sempurna?

Kemudian realita juga menunjukkan bahwa masih banyak umat Islam yang tetap berpegang teguh pada suatu ritual adat atas nama melestarikan budaya lokal, padahal ketika ditelaah lebih jauh ternyata hal tersebut menyimpang dari ajaran Islam. Dan yang mungkin paling banyak kita indera adalah banyaknya kaum muslimin yang hanya mencukupkan diri pada ibadah-ibadah mahdoh saja, seperti shalat, puasa, membaca Al-Qur’an, dan perbaikan akhlak individu, sementara ia bersikap abai terhadap segala bentuk permasalahan umat seperti korupsi yang kian menggurita, pezinahan yang kian marak, dan segala bentuk kemaksiatan lainnya yang telah berlangsung secara sistemik.

Itulah realita yang terjadi di tengah-tengah umat. Kita akhirnya mengetahui bahwa masih banyak umat yang belum memahami akan keislamannya. Padahal Islam adalah dien yang sempurna dan menyeluruh. Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, mulai dari ranah pribadi hingga ranah pemerintahan. Inilah yang membedakan Islam dengan agama-agama lainnya. Islam hadir di tengah-tengah umat sebagai penyempurna agama-agama samawi yang datang sebelumnya. Islam diturunkan melalui baginda Nabi Muhammad saw untuk seluruh umat manusia.

Oleh karena itu, seorang muslim yang memahami dengan benar akan keislamannya akan berupaya untuk menempatkan Islam sebagaimana fitrahnya, yakni agama yang sempurna. Ia tidak akan meletakkan Islam sebatas di surau, namun akan menujukkan jati dirinya sebagai seorang muslim secara totalitas dalam seluruh lini kekehidupannya. Artinya ia akan berupaya untuk berpedoman pada Al-Qur’an dan As-sunnah dalam seluruh aspek kehidupannya.

Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah melalui perantara Nabi Muhammad saw untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Al-Qur’an berisi seperangkat aturan bagi manusia dalam menjalani kehidupannya. Selain mengajarkan manusia agar menyembah Allah, juga mengajarkan manusia agar memurnikan akidahnya atau ketaatannya hanya kepada Allah semata. Oleh karena itu, Al-Qur’an juga mengatur hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri dan hubungan antara manusia dengan manusia lainnya.

Hubungan manusia dengan dirinya sendiri mencakup cara berpakaian, makanan dan minuman yang dihalalkan dan diharamkan untuk dikonsumsi, dan lain sebagainya. Semua itu diatur secara jelas Islam. Sedangkan hubungan manusia dengan manusia lainnya mencakup perkara mu’amalah seperi jual beli, tata cara pergaulan antara pria dan wanita, pernikahan, peradilan, hubungan luar negeri, dan lain sebagainya. Hubungan ini pula lah yang kadangkala terabaikan pengaturannya, meski seorang muslim tetapi belum tentu memakai aturan Islam dalam perkara-perkara tersebut.

Padahal sudah selayaknya seorang muslim mengaplikasikan seluruh aturan Allah dalam kehidupannya karena hal tersebut merupakan konsekuensi logis atas keimanannya. Hal tersebut juga mengindikasikan bahwa ia adalah seorang muslim sejati yang menjalankan Islam secara kaffah (sempurna). Seorang muslim sejati akan berusaha menjalani kehidupan dengan prinsip yang kokoh sebagai seorang muslim, ia senantiasa berpegang pada standar yang telah ditetapkan oleh syara dan tidak mudah terseret oleh arus sekulerisme yang begitu dahsyat menghantam negeri-negeri muslim. “Hai orang-orang yang beriman masuklah kalian ke dalam Islam secara kaffah (menyeluruh). Dan janganlah kalian ikuti langkah-langkah syeitan.” (TQS.Al-Baqarah:208)