Mari Bersegera Menuju Ampunan Alloh dan Syurga-Nya!

Kaum muslimin yang dirahmati Alloh Jalla wa ‘Alaa, terutama kaum ‘Ulama dan Cerdik Pandai dari ummat ini, adalah nyata bahwa kondisi Islam dan kaum muslimin hari ini di manapun berada sudah pada kondisi sebagaimana yang disabdakan oleh baginda Rasululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam, “Ummat-ummat terdahulu akan berkoalisi hendak menguasai kalian, seperti berkumpulnya jago-jago makan ketika menyantap makanan”. Sahabat bertanya, “apakah karena jumlah kami yang sedikit pada saat itu.” Nabi SAW menjawab, “bahkan jumlah kalian saat itu, justru sangat banyak. Akan tetapi tak ubahnya seperti buih banjir. Allah mencabut rasa takut pada musuh kalian, sebaliknya Allah menanamkan di hati kalian penyakit wahn”. Sahabat kembali bertanya, “Apa itu penyakit wahn?” Nabi SAW bersabda, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad [5/287]. Dishahihkan Syeikh Albani dalam as-Shahihah)

Sejak awal perang Salib Modern yang sekarang dipaksakan untuk dihadapi kaum muslimin dengan kode The Global War on Terrorisme, si antek Dajjal Bush telah mengisyaratkan ini dengan menyebut perang melawan mujahidin yang disebutnya sebagai kaum teroris yakni dengan istilah CRUSADE (Perang Palib). Dan secara sistematis terus menjadikan Islam dan kaum Muslimin yang berjihad sebagai makhluq yang merupakan monster dan iblis. Istilah-istilah bermakna buruk selalu mereka sandingkan dengan Islam di mana Bush juga menyebut ideology Mujahidin dengan istilah “The Murderous Ideology of The Islamic Radical (Ideologi Paling Berbahaya dari Islam Radikal)” bahkan ia menyebut perang ini sama dengan perang melawan komunisme, kaum anti Tuhan (atheis).

Penguasa Barat dan para penguasa yang menjadi kolaborator mereka di negri-negri mayoritas muslimpun pada hari ini juga telah menjadikan konsep Islam seperti Syariah, Jihad, Khilafah dan sebaginya menjadi targetnya dalam perang ini. Mereka menyebut para Mujahidin sebagai teroris yang hendak membangun sebuah Imperium Radikal mulai dari Spanyol sampai Indonesia. Bahkan Menhan AS masa Dajjal Bush, yakni Rumsfeld-pun mengatakan hal yang sama dengan mengatakan di Iraq akan berdiri Khilafah Islam kalau tentara AS ditarik dari sana (Washington Post 5/12/2005). Begitupun PM Inggris sekutu, Tommy Blair selaku sekutu dekat Bush pun lebih jelas lagi dengan menyebut 4 ciri yang disebutnya sebagai ideologi setan (Satanic’s Ideology) para teroris: yakni anti Israel, anti nilai-nilai barat, ingin menerapkan Syari’at Islam, dan mempersatukan umat Islam dengan khilafah. (BBC News 16/7/2005).

Dan kebijakan Dajjal Bush (United States) dan Blair (United Kingdom) itu sekarang dilanjutkan Obama, Presiden Kulit Hitam pertama AS. Membuktikan bahwa perang ini akan berlanjut dalam waktu yang panjang , Obama hanya mengganti dengan kode sandinya dengan nama The Overseas Contingency Operation, yakni operasi militer lanjutan terhadap kaum muslimin yang berjihad di negri manapun.
(Lihat: http://www.globalresearch.ca)

BNPT sebagai badan resmi pemerintah RI juga secara sadar dan gencar melakukan kampanye anti Teror dengan menebar teror terhadap komunitas muslim yang taat terhadap tuntunan Syari’at Islam dan memiliki cita-cita mulia untuk menerapkan konsep politik Islam dalam bernegara (Daulah dan Khilafah Islamiyah) dengan tuduhan sebagai cikal bakal terorisme. Bahkan hampir tak ada definisi terorisme dengan muatan utama idealisme selain Islam, jadilah kaum militan Islam satu-satunya tertuduh.

Padahal, sepanjang sejarah negri ini, kaum mujahidin Islam sebagai lapisan utama militansi kaum muslimin justru selalu dijadikan tumbal yang disajikan pada altar kebaktian kaum nasionalis terhadap hawa nafsu yang telah mereka pertuhankan. Pengkhianatan kaum nasionalis terhadap Piagam Jakarta, pembantaian terhadap gerakan DI/TII, pembantaian aparat militer dan intelejen terhadap kaum mulsimin yang lemah di Tanjung Priok, Aceh, Lampung, Banyuwangi, Haur Koneng, Sampang dan lain-lain. Hingga pembiaran terhadap konflik horisontal dan patut diduga adanya keberpihakan aparat terhadap pihak-pihak yang menyerang serta membantai kaum muslimin di Ambon, Poso dan Sampit.

Maka akal muslim yang sehat dan didasari iman yang kuat pastilah akan melahirkan konklusi tunggal berupa perlawanan kaum muslimin yang global pula terhadap makar keji kaum Salib ini. Artinya jihad dan kaum Mujahidin adalah kebutuhan mendesak satu-satunya untuk menjawab kekejaman mereka yang telah membombardir negri-negri kaum muslimin dan membantai ribuan bahkan mungkin jutaan anak-anak, kaum perempuan dan kalangan sipil lemah tak bersenjata dari kaum muslimin di berbagai bumi Islam yang dirampas mereka.

Kaum muslimin yang kami cintai karena Alloh, adalah kepedihan diatas kepedihan bahwa pada realita kekinian, Jihad telah menjadi faridhoh ghoibah (kewajiban yang hilang) sedangkan Mujahidin yang melakukan perlawanan secara gagah berani dibusukkan dengan dikampanyekan sebagai teroris, kriminal, residivis, khowarij, Ruwaibidhah, al-Qa’adiyah dan penyebutan buruk lainnya. Mungkin inilah fitnah yang sebenarnya yang datang kepada ummat sebagaimana Rasululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bersegeralah melakukan amal-amal (ketaatan) sebelum datangnya fitnah-fitnah (cobaan) yang datang bagaikan potongan-potongan malam yang gelap gulita. Seseorang di pagi hari masih beriman dan di sore harinya telah menjadi kafir. Atau di sore hari beriman, lalu di pagi harinya menjadi kafir. Dia rela menjual agamanya demi mendapatkan kesenangan di dunia.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim [2/198])

Jihad: Antara Semangat dan Kesungguhan

Kaum muslimin yang mendambakan ampunan Alloh dan syurgaNya, pada era ketertindasan yang kita alami dan selalu dihujani fitnah yang tanpa henti ini, nampak juga juga secara menakjubkan berbagai pertolongan dan kasih sayang Alloh terhadap kita. Diantaranya adalah semakin suburnya semangat jihad dikalangan muda Islam pada berbagai level masyarakat (dari pedagang kecil miskin hingga sarjana yang hidup berkecukupan), kian bergeloranya perlawanan mujahidin di berbagai bumi Jihad dan terlihatnya keputus-asaan musuh–musuh Alloh terhadap besarnya biaya dan korban perang yang mereka sulut sendiri. Subhanalloh walhamduliLlah, Allohu Akbar!

Namun saudaraku, akan lebih jelas dan tegas jika jihad yang telah menggelora itu terus senantiasa dikawal dengan sikap ketundukan, rendah hati dan selalu bermohon ampun kepada Alloh Jalla wa ‘Alaa yakni melalui keseriusan kita dalam menuntut ‘ulumul syar’i di mana tidak ada yang paling butuh kepada hal ini melainkan kaum mujahidin sendiri. Karena amalan jihad adalah kemuliaan besar bagi kaum muslimin maka ia membutuhkan pilar-pilar yang sangat agung dan kokoh yaitu ilmu. Kaum mujahidin adalah kaum yang pandai berterima kasih jika ada yang mengingatkan mereka dengan dalil-dalil syar’i dan pendapat-pendapat fikih yang rojih. Mereka adalah kaum yang memuliakan ilmu dan para ‘Ulama yang sholih.

Kaum mujahidin adalah kaum yang ikhlas berjuang hingga tetes darah penghabisan walau tidak beroleh balasan dunia maupun pujian insaan. Mereka adalah kaum yang tidak kecil hati jika tertimpa musibah dan kekalahan sebagaimana mereka tidak lantas jadi pongah dan sombong saat Alloh menguji mereka dengan kemenangan. Begitupun mereka bukanlah kaum yang suka marah-marah dengan pihak yang bersebrangan pendapat bahkan mereka melihat kaum yang berpendapat berbeda itu dengan pandangan kasih sayang dari ketinggian pengetahuan mereka akan hakekat hidup dan perjuangan.

Duhai, kaum yang menjadi bukti janji Rasululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam bahwa jihad akan senantiasa berlangsung di kolong jagad ini hingga datangnya kiamat, semoga Alloh memberkahi kami dan kalian serta menjadikan kami bahagian dari kalian. Betapa besarnya harapan ummat Islam yang tertindas dan selalu teguh dengan kebenaran kepada kehadiran kalian maka jangan kecewakan kami dengan kecerobohan langkah-langkah kalian. Kami tahu, tidak ada yang ma’shum dari ummat ini setelah Nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam namun amaliyah jihad yang agung ini akan ternoda dengan ketergesaan yang menihilkan perhitungan. Apalagi jika langkah-langkah operasionalnya melampui batas-batas syari’at. Karena buat apa Rasululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam menegur keras dan berulang-ulang kepada sang Panglima Muda Islam, Usamah bin Zaid rodhiyallohu ‘anhu? Pastinya untuk pembelajaran bagi para Mujahidin lainnya agar berhati-hati sekalipun sudah masuk dalam medan pertempuran yang mengharuskan kita berfikir cepat namun tepat.

Sungguh, semoga kita dijadikan Alloh Tabaroka wa Ta’ala menjadi kaum yang kembali meraih kemuliaan dengan berjihad di jalanNya dengan senantiasa memegang teguh aturan Syari’atNya untuk dapat menemui Nabi kita yang mulia, Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam yang akan menunggu kita di telaga beliau di akherat kelak, amiin yaa Mujibas sailin! (disarikan dari berbagai sumber)

Ngruki, Jumadil Akhir 1432
Al-Fakir ilalloh, Abu Fatih Abdurrahman S.
(mantan Katibul ‘Aam JAT Pusat, Oktober 2008-April 2011)