Nanik S Deyang: Prabowo Ingin Dihabisi Karena Tahu Terlalu Banyak

Sayangnya Prabowo yang bolak-balik menghadap Pak Harto dan mengabarkan hal tersebut, ternyata sang ayah mertua tidak percaya bahwa Amrika dkk akan mempunyai agenda yang dimulai dengan penandatanganan IMF.

Pak Harto lebih percaya sahabatnya pegusaha Bob Hasan, yang memang bebeberapa kali bertemu Clinton. Namun karena Prabowo yakin bahwa IMF ini akan menjadi sumber kehancuran bangsa, ia kembali nekat bicara pada pak Harto untuk mencari dana yang sama seperti yang akan diberikan IMF sebesar 4 miliar Dolar AS. Prabowo mengkontak Najib (PM Malaysia) untuk bersama-sama pergi keliling ke negara Timur Tengah.

Dari gerilya satu minggu di negara-negara Timur Tengah, Prabowo mendapat kesepakatan pinjaman 7 miliar Dolar As (lebih besar dari yang akan diberikan IMF), dan Najib (untuk Malaysia) dapat 6 miliar Dolar AS. Namun betapa kecewa Prabowo, ia yang ingin membantu negara ini dari jebakan krisis, ternyata pada saat mau kembali ke Indonesia mendapat kabar, bahwa Pak Harto sudah meneken tanda tangan dengan IMF. Dan yang terjadi persisi seperti info yang diterima Prabowo, setelah penandatanganan IMF, tidak berapa lama terjadilah kerusuhan yang melengserkan Pak Harto.

Pak harto yang percaya Amerika, jatuh pula di tangan Amerika. Dan muncullah era reformasi di mana liberalisasi makin menggila di semua lini, hingga kita yang punya 2/3 laut harus impor garam. Kemiskinan makin meningkat, kita tidak punya basis industri lagi, semua investasi yang tadinya masuk daftar negatif investasi dibuka lebar-lebar. Asingisasi mulai merambah di bumi pertiwi.

Sebaliknya Malaysia yang tidak mau teken dengan IMF, dan menggunakan dana pinjaman dari Timur Tengah justru selamat dari krisis, dan perekonomian mereka maju luar biasa, dan juga memiliki basis industri yg hebat. Pengusaha pribumi bisa tumbuh sejajar dengan para pendatang.

Prabowo sangat tahu apa agenda barat (negara-negara Neolib) terhadap Indonesia. Itulah sebabnya dia bukan saja dihabisi kariernya, tapi melalu propaganda media, dan juga LSM, Prabowo terus di stigma buruk. “Terlalu banyak yang saya ketahui, sehingga saya dihabisi,” ujarnya suatu kali dalam diskusi panjang kami hingga 11 jam dari jam 4 sore hingga pukul 3 dini hari. Saya bersama teman Mas Susetyo Lit, dan Mas Budi Purnomo Karjodihardjo beberapa waktu itu, sampai merinding mendengar apa sebetulnya yang terjadi atas negeri ini.