Palestina, Negeri yang Terluka

Palestina adalah negeri yang terluka. Apa yang terjadi di Jalur Gaza Palestina pada awal 2009 ini jelas menambah deret panjang derita rakyat Palestina akibat ulah Israel. Dengan hati yang jujur, kita pun akan berkata bahwa kejahatan Israel dengan ideologi zionismenya harus dihentikan. Betapa banyak manusia merenggang nyawa. Tidak hanya pada awal 2009 ini yang mengakibatkan sekitar lebih dari 1300 penduduk Palestina menjemput kematian, tapi sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun. Membuka catatan sejarah, sejak Israel berkehendak mendirikan negara telah banyak pengusiran warga Palestina dilakukan, bahkan diikuti dengan aksi pembantaian. Tanah Palestina pun kian menciut dicaplok perlahan-lahan oleh Israel. Sampai tahun ini, kita pun bisa menyaksikan dengan mata telanjang menciutnya tanah Palestina itu.

Siapapun memang tidak bisa menutup mata terkait apa yang sebenarnya diinginkan Israel. Jika yang ditargetkan pihak Israel adalah kelompok Hamas, maka alasan Israel itu terlalu mengada-ada. Tindakan brutal Israel yang membunuh warga sipil dan anak-anak merupakan bukti nyata bahwa Israel tidak sekadar menginginkan Hamas. Perlu dicatat, begitu banyak anak-anak Palestina yang memiliki hak untuk hidup dan menatap masa depan harus menjemput kematian akibat kepongahan Israel.

Berdasarkan pengalaman, tindakan brutal Israel dianggap biasa-biasa saja dan mudah dilupakan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun seolah-olah mati kutu karena disetir Amerika Serikat yang selalu mendukung tindakan Israel. Sikap lunak terhadap Israel dimungkinkan akan berlanjut terkait penyerangan ke Jalur Gaza saat ini. Berbagai pihak hanya membuat pernyataan kecaman tanpa sekuat tenaga mengadili kejahatan kemanusiaan Israel. Memang terlihat pesimistik, tapi itulah pengalaman sejarah selama ini. Pihak-pihak yang memiliki kekuasaanlah yang selayaknya melanjutkan tindakan tegas terhadap Israel ke Mahkamah Internasional. Warga di seluruh dunia yang hanya mengecam lewat demonstrasi adalah kewajaran, tapi sungguh tidak wajar jika pihak-pihak yang memiliki kekuasaan sekadar bersikap serupa. Apalagi bagi PBB, badan dunia itu seharusnya menjalankan fungsinya secara benar-benar untuk membangun perdamaian di atas muka bumi ini. Pemerintah masing-masing negara pun harus membangun kekuatan global untuk membendung keganasan Israel di Palestina ataupun di wilayah Timur Tengah. Di sisi lain, kita benar-benar mengharapkan negara-negara Arab tidak sekadar berpikir untuk kepentingan pragmatisnya. Sesungguhnya tidaklah layak bagi negara-negara Arab mendiamkan nyawa melayang dan darah berceceran di negeri yang tak jauh dari jangkauan matanya. Ada penderitaan di negeri Palestina yang seharusnya menyatukan negara-negara Arab, bukannya malah ”mendukung” tindakan Israel.

Pastinya, aksi militer Israel tidak akan pernah berhenti jika tidak ada tindakan tegas. Perjanjian-perjanjian damai dan juga resolusi rumusan PBB akan menjadi percuma tanpa mengadili kejahatan kemanusiaan Israel sekaligus melucuti senjata perang Israel. Meskipun serangan ke Jalur Gaza berhenti mulai Minggu (18/1) lalu, kita tidak bisa menjamin bahwa Israel tidak akan melakukan ulah serupa dalam beberapa waktu kemudian. Bukankah kita sudah melihat kejanggalan bahwa aksi militer Israel selalu disertai keinginan mencaplok tanah Palestina? Jika Israel menginginkan perdamaian, mengapa selalu mempertontonkan kebiadabannya dengan membunuh ratusan nyawa dalam setiap aksi militernya di wilayah Palestina? Yang jelas, kita senantiasa mendukung perjuangan menjadikan negara Palestina benar-benar berdaulat. Sungguh aneh bagi kita masih saja ada tindakan penjajahan di abad 21 ini. Wallahu a’lam.

HENDRA SUGIANTORO

Pekerja media di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

Karangmalang Yogyakarta 55281