Tanggapan: Politisi Berkarakter Kerak

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Membaca Berita "Politisi Berkarakter Kerak" atau artikel lain yang senada membuat saya semakin bersedih. Bersedih karena dakwah kita di Indonesia ternyata masih jalan ditempat atau malah semakin mengalami kemunduran. Bersedih karena kita belum beranjak dari saling berdebat dan menjatuhkan yang lain. Bersedih karena dakwah kita masih berfokus pada bagaimana cara dakwah kita bukan berfokus pada siapa obyek dakwah kita.

Saya yang lemah ilmu dan pengalaman ini hanya ingin menyampaikan impian pribadi saja. Kalau ada yang tidak sepakat saya kira sah-sah saja. Wong beda tidak selalu diharamkan. Secara pribadi saya semakin gundah dengan perkembangan dakwah akhir-akhir ini. Dari aktivitas dakwah di kampung-kampung hingga pentas dakwah nasional tampilannya hampir seragam. Para dainya masih egois dengan pendapat pribadi atau golongannya. Saling hujat dan saling menjelek-jelekkan. Masih saja keluar dari mulut para dai pelabelan terhadap dai/golongan yang lain, apakah itu sesat menyesatkan, khawarij, ahlul bathil, ahlul bid’ah dan lain-lain.

Membaca artikel seperti pada judul diatas atau yang senada kemarin-kemarin sepertinya mengarah pada salah satu partai islam yang mengaku sebagai partai dakwah.

Wahai para asatid, saya yang lemah ini hanya ingin mengingatkan definisi dakwah saja. Setahu saya dakwah adalah dakwatunnas ilallah bil hikmah wal maudhotil hasanah minadzulumatil jahiliyah ila nuril islam hatta yakfur bit thoghut wayu’min billah. Ini berarti bahwa dakwah harus dilandasi keikhlasan karena obyek dakwah diminta untuk ikhlas hanya pada Allah. Ikhlas kita dalam berdakwah berarti harus berangkat dari kecintaan kita pada Allah bukan kemarahan, kebencian atau dongkolnya kita pada obyek dakwah. Disini saya tidak sedang meragukan niatan para penulis artikel tersebut tapi sekedar mengingatkan semata. Karena disinilah letak nilai dakwah kita. Saya sangat yakin para ustadz yang menulis artikel tersebut lebih memahami ini dari saya.

Yang berikutnya, bahwa dakwah harus dilakukan dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Dakwah berarti kita sedang mentarbiyah masyarakat dan tarbiyah harus dilakukan dengan cara yang paling baik. Mentarbiyah masyarakat tidak jauh berbeda seperti halnya mentarbiyah anak-anak kita, mereka tidak suka kalau dimarahi terus menerus atau diberi label goblok, gak punya otak, gak bakat dll. Ustadz/ustadzah di TK dan di SD punya cara yang baik dalam mentarbiyah anak didiknya. Mereka menerapkan berbagai teori pendidikan meskipun itu ditemukan oleh orang-orang yang tidak terlibat dalam aktivitas dakwah atau bahkan oleh orang-orang kafir sekalipun. Tentunya dengan modifikasi disana sini. Lalu kenapa kita tidak mencontoh para ustadz/ustadzah di TK dan SD tersebut dalam "mendakwahi" partai dakwah tersebut.

Apakah tidak ada cara yang lebih baik dari menyebar-nyebarkan kejelekan partai tersebut (yang mungkin benar mungkin juga tidak). Dan tentunya hal ini akan menyakiti hati kader-kader partai dakwah tersebut. Lalu kalau ada dari kader-kader tersebut yang tidak terima tentunya akan membalas dengan pernyataan-pertanyaan yang lebih kurang sama. Kalau dakwah model begitu saya kira itu memang cara dakwah yang paling gampang tapi sama sekali tidak memberi solusi bagi persoalan umat kini. Lalu apa ya seperti itu yang dicontohkan oleh Rasullah? Kenapa kita tidak mencoba mencari cara yang cerdas sebagaimana dilakukan oleh dua cucu Rasulullah saat mendakwahi seorang tua cara berwudhu yang baik. Saya sangat yakin para ustadz penulis artikel tersebut sangat mengetahui kisah tersebut.

Saya sedang membayangkan saat kita sedang menyerang saudara-saudara kita, para yahudi dan musuh-musuh Allah sangat bergembira dengan hal tersebut. Bisa jadi mereka akan membantu untuk menghabisi saudara kita yang sedang kita serang (jadi ingat artikel di eramuslim tentang dimanfaatkannya jamaah salafi untuk melawan al ikhwan dimesir). Lihat saja betapa akhir-akhir ini partai dakwah tersebut sedang dikerdilkan dengan serangan-serangan dari media-media sekuler (yang nota bene dikuasai oleh yahudi). Itupun ditambahi dengan serangan dari ormas dan media-media Islam. Saya sangat yakin yahudi sedang bergembira dengan hal ini sebagaimana bergembiranya mereka melihat pertarungan antara Hamas dan Fatah di Palestina sana. Saya sangat yakin para ustadz penulis artikel diatas sangat memahami hal ini.

Saya juga sedang membayangkan saat partai dakwah tersebut akhirnya hancur (semoga tidak terjadi) karena ada andil kita dalam penghancuran tersebut. Lalu apa yang nantinya akan kita jadikan alasan dihadapan pengadilan Allah? Apakah kita beralasan : Salahnya partai dakwah sendiri, sudah dimarahi kok gak mau mengerti. Atau kita akan beralasan : Lha sudah dikasih tau jangan tertipu dunia ehhh…masih dilakukan juga ya sudah hancur sana. Lha kalau Allah nanyai kita: Lha kan sudah tak beri petunjuk cara mengingatkan dan cara dakwah yang baik kok tidak kamu lakukan ? Lalu kita harus menjwab apa? apa? apa mau balik ke dunia untuk mengulang masa? Saya sangat yakin bahwa para ustadz penulis artikel tersebut sangat memahami hal ini.

Saya saat ini sebenarnya sedang memimpikan saat Ust. Fathudin Ja’far berkunjung ke rumah ust. HNW menyampaikan kegelisahannya, Ust Anis Matta silaturahim ke rumah Ust. Ikhsan Tanjung untuk meminta pendapat tentang persoalan koalisinya. Ust. Hilmi membawa hadiah kerumah buya Syafii, Kyai Hasyim menengok Pak Amin. Dengan silaturohim dan komunikasi yang baik saya sangat yakin, semua persoalan umat di Indonesia ini akan terselesaikan. Tak ada lagi saling konter pernyataan di media. Semua ustadz dan pemimpin umat dapat memberi teladan bagaimana membangun ukhuwah dengan baik. Semoga impian ini segera terwujud.

Mohon maaf bila ada yang kurang berkenan dengan tulisan ini. Ini semata-mata karena keinginan saya melihat umat bersatu, tidak gontok-gontokan terus pada persoalan-persoalan ijtihadiyah. Dan terakhir, semoga eramuslim bisa menampilkan artikel-artikel yang sejuk dan membangun ukhuwah dan semoga tulisan ini tidak hanya dimasukkan ke keranjang sampah mas admin.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Hamba yang dhoif

Edi Faisal ([email protected])

Wa’alaikumussalam wr. wb.

Kami ikut mendoakan, semoga mimpi Anda benar-benar terwujud.

redaksi.