Wahai Muslimah, Bangkitlah dengan Islam

Oleh: Adam Cholil Al Bantaniy (Direktur LKI Al Mustaqim, Gresik)

Setiap tanggal 21 April bangsa Indonesia memperingati hari Kartini. Momentum ini dijadikan sebagai titik awal kebangkitan kaum perempuan. Tak terkecuali para Muslimah. Mereka berlomba-lomba memperjuangkan emansipasi agar kaum perempuan terangkat dari keterpurukannya. Kaum perempuan (tak terkecuali Muslimah) menginginkan adanya kesetaraan antara kaum Adam dan kaum Hawa. Pertanyaan kita adalah, apakah penting kaum Muslimah memperjuangkan kaumnya dengan cara yang tidak sesuai dengan Islam? Mengapa kaum Muslimah tidak memperjuangkan Islam saja, karena Islam memiliki konsep yang lebih jelas dalam mengatur relasi laki-laki dan perempuan?

Peran Perempuan dalam Kebangkitan Islam

Allah swt. telah mewajibkan kepada setiap individu muslim baik laki-laki maupun perempuan agar menjadikan Islam sebagai satu-satunya tujuan dalam hidupnya. Mengamalkan Islam dalam seluruh kehidupannya merupakan cita-cita tertingginya. Karena setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan diperintahkan Allah untuk mengajak semua manusia kejalan kebaikan (Islam), memerintahkan kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar. Allah swt. Berfirman:

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونوَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون

“Hendaklah ada diantara kalian segolongan umat (laki-laki dan perempuan) yang menyerukan kebajikan (islam) dan melakukan amar makruf nahyi munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali Imran:104)

Perintah mengajak kepada kebaikan dan melakukan amar makruf nahi munkar pada ayat di atas ditujukan kepada kaum muslim baik laki-laki maupun perempuan. Karena kedudukan keduanya sama di hadapan Allah swt. Islam tidak mengunggulkan yang satu daripada yang lain dalam hal kebaikan.

 

Jadilah Perempuan Shalehah

Menjadi perempuan shalehah adalah langkah awal yang penting bagi kaum muslimah yang ingin berperan banyak dalam usaha membangkitkan Islam dan mengamalkannya  di dalam seluruh aspek kehidupan. Karena dengan menjadi perempuan shalehah berarti ia telah menjadikan dirinya sebagai agen dan lokomotif dalam usaha menjadikan Islam sebagai pedoman hidup seluruh umat manusia. Di samping itu perempuan shalehah lebih berpeluang melahirkan generasi yang shaleh pula yang akan berkontribusi besar dalam perjuangan Islam. Perempuan shalehah sebagaimana disebutkan dalam al qur’an dan sunah memiliki karakter yang unik yang tidak dimiliki oleh perempuan lainnya. Diantara karakternya adalah sebagai berikut:

Pertama; menaati Allah dan suaminya. Allah swt. berfirman:

 

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

Laki-laki adalah pemimpin wanita Karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain dan karena mereka telah menafkahkan sebagian harta mereka. Oleh karena itu, wanita yang shalihah adalah yang menaati Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada karena Allah telah memelihara mereka. (QS. An-Nisa’ [4]:34)

 وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لاَ تُؤَدِّيَ المْرَْأَةُ حَقَّ رَبَّهَا حَتىَّ تُؤَدِّي حَقَّ زَوْجَهَا (صحيح ابن حبان – ج 17 / ص 335)

Demi Zat yang jiwaku berada ditangannya, seorang wanita dipandang belum menunaikan hak Tuhannya sebelum dia menunaikan hak suaminya. (HR. Ibnu Hibban)

Ada seorang wanita yang pernah meminta izin kepada Nabi saw. Untuk turut serta berjihad. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku diutus oleh kaum wanita untuk menghadap kepadamu, sebagai wakil mereka dalam berjihad, yang telah ditetapkan oleh Allah kepada kaum laki-laki. Apabila mereka menang (dalam berjihad), mereka akan beroleh pahala (ganjaran); jika mereka gugur, mereka akan mendapatkan kemuliaan di sisi Allah. Sementara itu, kami adalah kaum wanita. Apabila kami membantu kaum laki-laki (dalam berjihad), apakah kami akan beroleh pahala?” Nabi saw. menjawab, “Sampaikanlah salamku kepada kaum wanita yang mengutusmu. Menaati suami dan menjalankan semua perintahnya adalah sama pahalanya dengan orang yang berjihad. Sayangnya mereka banyak yang tidak menjalankan hal ini.” (HR. al-Bazzar).

Kedua; berhias untuk suaminya. Abu Hurairah menuturkan bahwa Nabi saw. pernah ditanya, “Wanita manakah yang paling baik?” beliau menjawab; yaitu wanita yang menyenangkan suaminya jika suaminya memandangnya, yang menaati suaminya jika suaminya memerintahnya, dan yang tidak bermaksiat kepada suaminya menyangkut dirinya dan harta suaminya. (HR. al-Hakim).

Ketiga; memelihara rumah, diri, dan harta suaminya. Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Nabi saw. bersabda:

خَيْرُ نِسَاءٍ رَكِبْنَ الْإِبِلَ صَالِحُ نِسَاءِ قُرَيْشٍ أَحْنَاهُ عَلَى وَلَدٍ فِي صِغَرِهِ وَأَرْعَاهُ عَلَى زَوْجٍ فِي ذَاتِ يَدِهِ (صحيح مسلم – ج 12 / ص 345)

Sebaik-baik wanita yang menunggang unta adalah wanita Quraisy; ia sangat menyayangi anaknya ketika kecil dan sangat memperhatikan suaminya ketika ada di sisinya. (HR. Muslim)

Keempat; membantu suaminya dalam urusan akhirat.

 

لِيَتَّخِذْ أَحَدُكُمْ قَلْبًا شَاكِرًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَزَوْجَةً مُؤْمِنَةً تُعِينُ أَحَدَكُمْ عَلَى أَمْرِ الْآخِرَةِ (سنن ابن ماجه – ج 5 / ص 453)

Hendaknya salah seorang di antara kalian mempunyai kalbu yang bersyukur, lisan yang senantiasa berzikir, dan istri yang beriman yang dapat membantumu dalam urusan akhirat. (HR. Ibnu Majah).

Kelima; memiliki bekal agama yang baik. Karena seorang perempuan shalehah harus senantiasa mengikatkan dirinya dengan Islam dalam setiap perilakunya. Hal itu tidak mungkin bisa dilakukan jika ia tidak memiliki bekal ilmu agama yang cukup. Maka Rasulullah saw. mewanti-wanti kepada para laki-laki agar mereka memilih istri yang memiliki bekal agama yang baik. Beliau bersabda;

Janganlah kalian menikahi wanita karena kecantikannya, karena kecantikannya itu akan menjadikannya berlebihan; jangan pula kalian menikahi wanita karena hartanya, karena hartanya itu akan membuatnya membangkang. Nikahilah wanita atas dasar agamanya. Sesungguhnya seorang hamba sahaya yang hitam legam yang memiliki kebaikan agama adalah lebih utama. (HR. Ibnu Majah).

Kiprah Perempuan di Tengah Masyarakat

Kesalehan pribadi semata bagi seorang muslimah tentu tidaklah cukup dalam upaya menjadikan Islam sebagai satu-satunya jalan di tengah-tengah kehidupan. Diperlukan upaya ‘pensalehan’ masyarakat secara keseluruhan. Karena kesalehan pribadi saja tidak akan membuat masyarakat otomatis menjadi baik. Oleh karenanya harus diupayakan secara berkelanjutan segala aktifitas yang terkait dengan perbaikan masyarakat.

Meskipun tugas utama seorang perempuan adalah umm wa rabbah al bait (ibu dan pengatur rumah tangga) bukan berarti ia tidak boleh berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Bahkan ada kewajiban yang juga tidak kalah pentingnya untuk di tunaikan. Bagi seorang muslimah mengajak orang lain pada kebaikan merupakan kewajiban yang bersifat publik yang harus dilaksanakan. Apalagi disaat sekarang ini kehidupan Islam sangat jauh dari keharusannya. Kemunkaran dan kemaksiatan merajalela. Sementara hukum-hukum Islam banyak dicampakkan. Budaya Islam menjadi hal yang asing di tengah masyarakat Islam. Umat Islam mengalami keterbelakangan dan ketertinggalan dalam berbagai bidang kehidupan. Keadaan ini menuntut setiap muslimah turut berperan aktif menyelamatkan kehidupan ini. Seorang muslimah sebagai bagian dari umat memiliki kewajiban dan tanggungjawab yang sama. Karena itu kiprahnya di tengah masyarakat adalah suatu keniscayaan.

Para Shahabiyah (Muslimah dimasa Rasulullah) adalah contoh bagaimana perempuan muslimah berkiprah di tengah masyarakat dalam upaya mendakwahkan Islam. Khodijah istri Rasulullah saw. adalah teladan terbaik bagi para muslimah dalam upayanya menyebarkan Islam dan mendukung sepenuhnya dakwah beliau baik dengan harta maupun tenaga. Kisah keislaman Umar bin Khaththab diawali peran adiknya yang seorang perempuan yang lebih dulu memeluk Islam. Aisyah ra. banyak meriwayatkan hadis dari Rasulullah saw. Para sahabat biasa bertanya kepadanya tentang kehidupan Rasulullah terutama kebiasaannya di rumah yang luput dari pengamatan para sahabat.

Dalam upaya mewujudkan kebangkitan Islam diera sekarang ini perempuan muslimah dituntut bekerja ekstra. Karena disatu sisi mereka adalah ibu yang memiliki peran domestik yang sangat penting dalam rangka mempersiapkan generasi terbaik dimasa datang, sementara di sisi lain mereka juga harus berperan aktif mengajak dan membenahi masyarakat agar menjadi masyarakat yang bangkit dengan Islam.

Islam sangat menghargai dan menanti kiprah para muslimah sejati yang rindu akan kehidupan islami di tengah masyarakat disaat sekarang ini. Dengan menjadi perempuan shalehah yang juga turut berperan dalam mensalehkan masyarakat maka perempuan muslimah telah menjadikan dirinya orang yang berperan penting dalam kebangkitan Islam. Sejarah akan mencatat mereka dengan tinta emas sebagai perempuan yang berjasa dalam kebangkitan Islam, sebagaimana sejarah telah mengabadikan nama Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid, Aisyah binti Abu Bakar dan lain-lain dalam deretan wanita mulia dan agung. Dan paling penting tentu ridho Allah sebagai cita-cita tertinggi bagi seorang Muslimah akan mereka dapatkan. Wallahu a’lam bish shawab.