Ketika Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menempuh perjalan Isra Mi’raj untuk menerima langsung perintah sholat lima waktu dari Allah subhaanahu wa ta’aala beliau menyaksikan banyak kejadian luar biasa. Di antaranya tatkala beliau bersama Malaikat Jibril ’alahis salam tiba di langit pertama (langit dunia) beliau berjumpa dengan Abul-Basyar (ayahnya ummat manusia), yaitu Nabiyullah Adam ’alahis salam.
فَلَمَّا فَتَحَ عَلَوْنَا السَّمَاءَ الدُّنْيَا فَإِذَا رَجُلٌ قَاعِدٌ عَلَى يَمِينِهِ أَسْوِدَةٌ وَعَلَى يَسَارِهِ أَسْوِدَةٌ إِذَا نَظَرَ قِبَلَ يَمِينِهِ ضَحِكَ وَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ يَسَارِهِ بَكَى فَقَالَ مَرْحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ وَالِابْنِ الصَّالِحِ قُلْتُ لِجِبْرِيلَ مَنْ هَذَا قَال هَذَا آدَمُ وَهَذِهِ الْأَسْوِدَةُ عَنْ يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ نَسَمُ بَنِيهِ فَأَهْلُ الْيَمِينِ مِنْهُمْ أَهْلُ الْجَنَّةِ وَالْأَسْوِدَةُ الَّتِي عَنْ شِمَالِهِ أَهْلُ النَّارِ فَإِذَا نَظَرَ عَنْ يَمِينِهِ ضَحِكَ وَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ شِمَالِهِ بَكَى
“Ketika dibuka, kamipun naik ke langit dunia. Ternyata di sana terdapat seorang laki-laki sedang duduk, di sebelah kiri dan kanannya ada kelompok orang dalam jumlah yang besar. Apabila dia melihat ke arah kanannya, maka ia tertawa; dan apabila melihat ke arah kirinya, dia menangis. Laki-laki itu berkata: ”Selamat datang hai Nabi yang sholeh dan anak yang sholeh.” Aku bertanya kepada Jibril: ”Siapakah ini?” Jibril berkata: ”Ini adalah Adam. Sedangkan kelompok yang ada di sebelah kanan dan kirinya adalah ruh anak keturunannnya. Kelompok yang ada di sebelah kanan adalah penghuni surga, sedangkan kelompok yang ada di sebelah kirinya adalah penghuni neraka. Apabila ia melihat ke arah kanannya ia tertawa, dan apabila melihat ke arah kirinya ia menangis.” (HR Bukhary 2/80)
Saat itu Nabi shollallahu ’alaih wa sallam disambut oleh Nabi Adam ’alahis salam dengan ucapan: ”Selamat datang hai Nabi yang sholeh dan anak yang sholeh.” Tampak sekali betapa gembira dan bangganya Nabi Adam ’alahis salam melihat keturunannya itu yang ditunjuk Allah ta’aala sebagai Penghulu para Nabi dan Rasul, yaitu Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam.
Saat itu Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam melihat Nabi Adam ’alahis salam sambil duduk tertawa saat memandang ke sekumpulan orang di arah sebelah kanannya, lalu menangis saat memandang ke sekumpulan orang di arah sebelah kirinya. Maka ketika Nabi shollallahu ’alaih wa sallam meminta penjelasan Malaikat Jibril ’alahis salam mengenai kejadian aneh tersebut, maka beliau mengatakan bahwa saat memandang ke kanan Nabi Adam ’alahis salam tertawa karena gembira melihat anak keturunannya yang berada di surga. Sedangkan saat beliau memandang ke kiri menangis karena sedih melihat anak keturunannya yang masuk neraka.
Menurut penulis kitab Fathul Baari, yaitu Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah bahwa boleh jadi yang diperlihatkan kepada Nabi Adam ’alahis salam adalah kumpulan ruh anak keturunannya sebelum ditiupkan ke dalam jasadnya masing-masing namun sudah ditetapkan terlebih dahulu oleh Allah ta’aala bakal menjadi penghuni surga atau penghuni neraka. Itulah yang disaksikan oleh Nabi Adam ’alahis salam sehingga ia tertawa dan menangis. Persisnya inilah yang ditulis oleh Imam Al-Asqalani rahimahullah: ”Ada pula kemungkinan bahwa ruh yang ditampakkan adalah ruh yang belum masuk ke dalam jasad, di mana ruh-ruh tersebut telah diciptakan sebelum adanya jasad dan tempatnya berada di arah kanan dan kiri Adam ’alahis salam. Lalu Adam ’alahis salam mengetahui akhir perjalanan ruh-ruh itu. Oleh sebab itu beliau merasa gembira bila melihat ke arah kanan dan bersedih jika melihat ke arah kiri. Dengan demikian yang dimaksud bukanlah ruh yang ada di dalam jasad atau ruh yang telah berpisah dengan raga dan kembali ke tempatnya, baik di surga ataupun neraka.”
Hadist di atas selaras dengan hadits lainnya di mana Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menerangkan bahwa saat Allah ta’aala tetapkan taqdir pada janin dalam rahim ibunya maka salah satu perkara yang Allah ta’aala tetapkan berkenaan dengan apakah ujung akhir perjalanan calon anak manusia tersebut sengsara (masuk neraka) ataukah bahagia (masuk surga).
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ إِلَيْهِ مَلَكًا بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ فَيُكْتَبُ عَمَلُهُ وَأَجَلُهُ وَرِزْقُهُ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ الرُّوحُ فَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُ النَّارَ
Dari Abdullah radhiyallahu ’anhu, Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menceritakan kepada kami: ”Sesungguhnya salah seorang di antara kamu dikumpulkan pada perut ibunya selama 40 hari, kemudian ia menjadi segumpal darah sama seperti itu (selama 40 hari), kemudian ia menjadi segumpal daging sama seperti itu (selama 40 hari), kemudian Allah ta’aala mengutus malaikat kepadanya dengan membawa empat kalimat: ditulis amalnya, ajalnya, rezekinya, apakah ia sengsara atau bahagia. Kemudian dihembuskan kepadanya ruh. Maka sesungguhnya seseorang melakukan amalan penghuni neraka hingga tidak ada antara dirinya dan neraka kecuali satu hasta namun tulisan telah mendahuluinya, maka ia melakukan amalan penghuni surga lalu masuk surga. Dan sesungguhnya seseorang melakukan amalan penghuni surga hingga tidak ada antara dirinya dan surga kecuali satu hasta namun tulisan telah mendahuluinya, maka ia melakukan amalan penghuni neraka lalu masuk neraka.” (HR Bukhary 11/113)