Hadits Sudah Ditulis di Zaman Nabi tapi Belum Dibukukan

Eramuslim – Di zaman Rasulullah Nabi Muhammad SAW, Alquran dan hadits sudah ditulis oleh sahabat Nabi yang pandai membaca dan menulis. Hanya saja hadits-hadits Nabi belum dibukukan, masih berupa As Sahifah As Shadiqah atau lembaran-lembaran tulisan berisi hadis yang ditulis pada zaman Rasulullah SAW.

Ustadz Sutomo Abu Nashr dalam buku Kitab Fiqih Pertama dalam Perspektif Sejarah terbitan Rumah Fiqih Publishing menjelaskan, hanya saja di zaman Nabi semua hasil tulisan itu belum bisa disebut sebagai buku. Apalagi buku yang secara sistematis ditulis urutan bab dan sub babnya.

“Karena di masa itu sebagaimana diceritakan Al Hafidz Ibnu Hajar, memang belum ada pembukuan terhadap atsar-atsar Nabi Muhammad SAW,” kata Ustadz Sutomo dalam bukunya.

 

Al Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari menceritakan hadits di zaman para sahabat Nabi dan tabi’in belum terbukukan karena beberapa faktor. “Ketahuilah, semoga Allah mengajari diriku dan juga dirimu, bahwa atsar (hadis) Nabi SAW di zaman para sahabatnya dan juga para tabi’in belumlah terbukukan dan belum tersusun sistematis dalam buku-buku. Hal tersebut disebabkan oleh dua faktor.”

“Pertama, pada mulanya mereka memang dilarang untuk melakukan penulisan hadits. Karena adanya kekhawatiran tercampurnya sebagian hadis dengan Alquran, sebagaimana diinformasikan secara valid oleh Imam Muslim dalam Sahih-nya.”

“Kedua, karena kekuatan hafalan dan kecerdasan akal mereka. Selain itu juga karena mayoritas mereka memang tidak mengenal dunia tulis menulis. Baru pada penghujung masa tabi’in muncullah untuk pertama kalinya kodifikasi dan sistematisasi atsar dan akhbar (hadits). Lahirnya hal demikian dipicu oleh semakin luasnya penyebaran ulama, banyaknya bidah khawarij, rafidhah, dan para pengingkar takdir.”

“Dan yang pertama kali melakukan penulisan buku adalah Rabi’ ibn Shabih, Saed ibn Abi ‘Urubah dan selain mereka.” (Ibnu Hajar, Fathul Bari). (rol)