Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Ustadz, saya berusaha memahami makna jihad dengan benar. Tapi saya sangat terkejut dengan adanya pemberitaan di sebuah situs Islam yang menyatakan bahwa Ikhwanul Muslimin adalah induk berbagai gerakan teroris Islam. Padahal selama ini saya membaca Ikhwanul Muslimin sebagai gerakan yang moderat. Manakah yang benar, karena pemberitaan itu berasal dari situs Islam juga. Ataukah terjadi persaingan/kebencian di antara umat Islam? Saya ucapkan banyak terima kasih atas dimuatnya pertanyaan ini.
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله ، وبعد
Pernyataan bahwa Ikhwanul Muslimin adalah induk berbagai gerakan teroris Islam bukan hanya baru hari ini dilemparkan, namun sudah sejak masa lalu, jamaah yang didirikan sejak tahun 1928 ini disudutkan.
Bahkan di Mesir tempat gerakan ini pertama kali didirikan, mereka sudah mengalami nasib yang lebih parah. Banyak tokohnya ditangkapi, dikejar-kejar, dijebloskan ke penjara tanpa sidang, dianiaya, dirampas dan disiksa dengan beragam seni penyiksaan sampai dibunuh. Termasuk sang pendirinya sendiri, Hasan al-Banna, yang meninggal karena ditembak dan dibiarkan darahnya mengucur keluar tanpa pertolongan. Sayyid Qutub, salah satu tokoh lainnya, harus meninggalkan dunia ini di tiang gantungan.
Ribuan kader dan simpatisan jamaah ini telah mengalami pembantaian massal, bukan hanya di Mesir, bahkan di berbagai negeri Islam lainnya. Nyaris hampir semua penguasa negeri-negeri Islam saat itu kompak untuk melenyapkan jamaah Ikhwan dari negeri mereka. Kantor dan pusat-pusat kegiatannya disita negara, majalah dan korannya dibredel, buku-bukunya dilarang dan dicabut dari peredaran.
Pendeknya, ujian dan tragedi yang menimpa jamaah ini sudah lengkap. Mereka kaya akan perlakuan sedemikian rupa, bahkan bukan semata-mata dari kalangan kafir, melainkan dari sesama muslim yang menjadi penguasa.
Maka kalau hari ini ada satu dua situs Islam yang melontarkan hal-hal seperti itu, rasanya sudah bukan hal aneh lagi. Sebab mereka pernah mengalami hal-hal yang jauh lebih parah ketimbang sekedar dituduh sebagai teroris. Mereka sudah diperlakukan sebagai teroris dan bahkan sudah menerima hukuman sebagai teroris.
Namun lepas dari semua upaya untuk melenyapkan jamaah itu, kenyataannya jamaah itu masih ada, bahkan beberapa saat yang lalu malah ‘memenangkan’ pemilu di Mesir. Menang dalam arti kata meraih suara yang jauh di luar dugaan banyak orang, termasuk rezim Mesir sendiri. Karuan saja sekutu-sekutu Mesir bak kambing kebakaran jenggot. Rupanya tragedi ‘senjata makan tuan’ sedang berlangsung di negeri Fir’aun itu. Demokrasi yang digembar-gemborkan Barat dan sekutunya justru moncongnya berbalik ke arah mereka. Ikhwan yang dianggap anti demokrasi itu justru banyak dipilih rakyat.
Kalau benar Ikhwan itu gerakan teroris, bagaimana mungkin bisa meraih suara yang signifikan? Apakah ini berarti bangsa Mesir itu semuanya teroris karena banyak yang memilih Ikhwan? Bukankah seharusnya troris itu dibenci rakyat, karena selalu bikin onar? Bukankah seharusnya Ikhwan tidak mendapat kursi satu pun, lantaran dianggap sebagai induk dari semua organisasi teroris?
Namun demikianl ternyata realitanya justru banyak rakyat Mesir yang memilih wakil mereka dari kalangan Ikhwan, sehingga orang-orang Ikhwan menduduki 20% dari kursi parlemen Mesir. Padahal Ikhwan berasal dari kalangan oposisi yang miskin, dalam arti tidak mampu membeli suara rakyat sebagaimana kebiasaan penguasa Mesir. Padahal sejak dibubarkan beberapa puluh tahun yang lalu, Ikhwan sebagai organisasi belum pernah direhabilitasi.
Di sisi keilmuwan dan keulamaan, apa yang sering dicitrakan bahwa Al-Ikhwan itu biang teroris justru tidak sesuai dengan karya cipta dan sosok tokoh-tokohnya. Tidak sedikit dari mereka yang justru merupakan sosok ulama dan fuqaha. Sebutlah paling tidak Dr. Yusuf Al-Qradawi yang terkenal dengan buku-bukunya di bidang fiqih dan pemikiran. Beliau bukan hanya menjadi tokoh kalangan Ikhwan saja, melainkan sudah menjadi asset umat. Bahkan seorang wali kota London, Ken Livingstone pun mengakui ketokohannya dan banyak belajar tentang Islam dari beliau.
Kita juga mengenal sosok Dr. Mustafa As-Siba’i yang banyak menulis bantahan atas pemikiran para orientalis.Beliau termasuk orang-orang yang berada di garis terdepan yang menjadi meriam besar untuk meluluh-tankannya argumentasi para orintalis jahat. Kitabnya Al-Istisyrak wal Mustasyriqun benar-benar mampu membuat para orientalis tercenung tanpa jawab. Ikhwan juga punya tokoh semacam Dr. Said Ramadhan Al-Buthi yang kita kenal dengan tulisannya Fiqhus-Shirah yang fenomenal, juga Dr. Fathi Yakan dan Dr. Said Hawwa yang menulis kitab tafsir dan banyak kitab lainnya.
Umat Islam dan kalangan perguruan tinggi dan ulama fiqih pasti mengenal Dr. As-Sayyid Sabiq yang terkenal dengan kitab Fiqih Sunnah. Juga tidak asing dengan Dr. Muhammad Al-Ghazali yang juga menulis salah satunya kitab Fiqhus-shirah.
Mereka adalah sebagian kecil dari para tokoh Ikhwan yang karya dan ilmunya dikenal umat. Kalau kita membaca karya-karya mereka, sulit sekali untuk menemukan jejak-jejak terorisme di dalamnya. Mereka semua justru anti terorisme bahkan mengutuk tindakan yang bertentangan dengan Al-Quran. Sebaliknya, mereka banyak menulis tentang peradaban Islam yang indah, damai serta hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain.
Daya kritis umat Islam dalam masalah ini memang sedang diuji. Sejauh mana mereka mampu memilah dan memilih informasi. Mungkin tidak salah kalau umat Islam membaca sebuah buku yang menarik untuk kasus ini, yang berjudul Nahnu Du’at wa Lasna Bughat, (Kami Da’i Bukan Teroris). Agaknya, buku yang ditulis oleh Dr. Ali Juraisyah ini beberapa puluh tahun yang lalu sudah memprediksi arah fitnah yang akan menimpa banyak umat Islam, yaitu dituduh sebagai teroris, hanya lantaran maunya Amerika memang begitu.
Semoga Allah SWT tetap memelihara dan menyempurnakan cahaya-Nya meski orang-orang kafir membenci. Amien.
والله أعلم بالصواب والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ahmad Sarwat, Lc.