Apa Yang Sesungguhnya Terjadi Di Balik Insiden Eden Aberjil? (1)

Foto-foto itu telah dipublikasikan oleh seorang mantan tentara Israel, Eden Aberjil di halaman Facebook-nya. Foto-foto itu dalam sekejap menuai badai besar di seluruh dunia dan memberi malu tak terkira pada Israel. Semua orang berfokus pada citra prajurit perempuan yang melanggar martabat para tahanan keamanan yang sudah terikat.

Sejak penculikan Gilad Shalit, orang-orang Israel, termasuk wartawan, dilarang memasuki Gaza. Atas permintaan Yedioth Ahronoth, seorang wartawan B’Tselem diizinkan masuk ke Gaza untuk berbincang dengan orang-orang dalam foto-foto itu. Mereka adalah tiga anggota keluarga yang sama, keluarga Abu Salah, dan hidup di lingkungan al-Amal di Beit Hanoun.

Asad Abu Salah, 47, pria berjanggut yang oleh Aberjil dipanggil "Osama bin Laden." Ia sudah menikah dan dikaruniai anak yang kini berumur 10 tahun. Said Abu Salah, 44 tahun, adalah saudara Asad, mempunyai dua orang istri dan merupakan ayah dari 18 anak-anak.

Sedangkan anak muda foto itu adalah Edi Abu Abu Salah, 25, putra Said. Dia menganggur karena cacat, namun menikah dan mempunyai dua orang anak. Ketiganya ditangkap bersama dengan empat anggota keluarga lainnya dengan tuduhan keanggotaan dalam Hamas dan Front Populer untuk Pembebasan Palestina.

19 Maret 2008, adalah tanggal yang muncul pada gambar Aberjil itu. Menjelang hari Purim. Sementara di Israel orang-orang mempersiapkan pesta dan kostum, departemen pertahanan Israel malah terjerumus dalam insiden itu. Terjadi dalam akhir pekan yang sama.

Pada malam tanggal 18 Maret 2008, rumah keluarga Abu Salah dikepung. "Pada satu titik, kami mendengar dari pengeras suara bahwa rumah kami sudah dikepung. Ayah meminta kami untuk turun ke lantai dasar rumah dan duduk di sana," kata Eid. "Lalu kami mendengar suara alat berat di dekat rumah. Saya melihat keluar jendela dan melihat tentara Israel berbicara dengan paman saya Asad, yang tinggal tepat di samping rumah kami. Selanjutnya kami mendengar ketukan di pintu dan paman saya Asad berkata: ‘Buka pintu, Said." Ayah membuka pintu dan kami melihat Asad dengan sejumlah tentara di belakangnya dengan mengokang pistol diarahkan ke punggungnya. Kami semua meninggalkan rumah itu dan tentara masuk bersama anjing pelacak. Kami pergi ke rumah Asad dan duduk di sana. Jam empat pagi itu, diputuskanlah siapa siapa yang akan pergi dengan para tentara itu: Asad dan dua putranya, Fahmi, 23 tahun dan Salah, 20 tahun, dan ayah saya, saya sendiri, dan dua orang saudara saya, Ghassan (21 tahun) dan Muhammad (20 tahun)."

"Saya merasa dilecehkan secara seksual."

Setelah lebih dari satu jam mengemudi, dalam bus tangki, dengan mata tertutup dan tangan mereka diborgol—menurut Eid—mereka tiba di Zikim. "Para tentara Israel memborgol kami. Lalu mereka menuruh kami duduk di beton," katanya. "Ayah duduk di blok di samping saya dan mengerang kesakitan karena borgol itu. Saya mendengar tentara Israel membentak paman saya, ‘Katakan pada saudara kamu itu untuk tutup mulut, atau jika tidak kamu akan menangis karenanya!’ Kami duduk seperti itu selama setengah jam."

Kemudian, sekelompok tentara perempuan kemudian tiba. Salah satunya adalah Eden Aberjil . "Saya mendengar suara beberapa tentara perempuan tertawa dan berteriak," kata Eid. "Menebak dari suaranya, ada sekitar 10 orang. Salah satu dari mereka duduk di samping saya dan bertanya, ‘Siapa nama kamu?’ Saya menjawab, ‘Eid.’

"Dia bilang, ‘Kamu itu teroris!" Lalu ia menyuruh saya duduk di blok lain, di sebelah paman saya Asad, dan dia duduk di antara kami. Dia berkata pada paman saya: ‘Kamu Usamah bin Laden!’ Lalu ia mencengkeram jenggot saya dan berkata, ‘Kamu adalah anak Usamah bin Laden dan teroris seperti dia!’ Lalu saya mendengar bunyi klik dari kamera, dan tentara itu berkata pada temannya, ‘Sawri, sawri,’ yang berarti ‘Ambil gambar!’ dalam bahasa Arab. "

Semua tentara adalah Yahudi, mengapa mereka berbicara satu sama lain dalam bahasa Arab?

"Saya tidak tahu. Mereka berbicara satu sama lain dalam bahasa Arab yang dicampur dengan bahasa Ibrani. Dia kemudian mendekati saya dan meminta temannya untuk mengambil gambar. Pada satu titik, prajurit perempuan itu mencengkeram kepala saya dan mencium pipi kanan saya. Ada suara kamera ketika itu."

Bagaimana perasaan Anda ketika dia mencium Anda?

"Saya menangis. Situasinya begitu sulit. Saya sudah menikah dan ayah dari seorang putra. Saya merasa takut, sedih. Dia mengirim satu foto di internet, tapi tidak kurang dari 10 foto dia bersama saya sebenarnya."

Apakah Anda mencoba untuk menolak secara lisan kepadanya?

"Apa yang bisa saya katakan? Setiap kali saya mencoba mengatakan sesuatu, prajurit-prajurit itu memukul saya."

Bagaimana akhirnya?

"Mereka menanyai kami, dan pada akhirnya saya dan adik saya Muhammad, dibebaskan.

Apa yang mereka inginkan dari Anda sebenarnya?

"Untuk mengetahui hal-hal tentang Hamas, tentang peluncuran roket. Kami mengatakan kepada mereka bahwa kami tidak ada hubungannya dengan hal-hal itu."

Muhammad Abu Salah, 20, saudara Eid, menceritakan kisah yang sama. "Dia mengambil gambar dengan kami, satu per satu. Ketika tentara itu mendekati saya dan ketika dia sedang mengambil gambar, saya merasa dia sangat dekat dengan saya. Saya merasa dilecehkan secara seksual karena ia menyentuh kaki saya, leher saya, dalam cara yang provokatif. Lalu tentara yang lain datang, mulai mengejek kami dan menghina kami dengan ucapan yang kasar. Mereka mulai memukul saya, saya diminta pergi ke kamar mandi. Salah satu prajurit membawa saya. Saya tidak bisa berjalan karena rasa takut. " BERSAMBUNG

(sa/ynet)