Di Gaza, Listrik Hanya Menyala 4 Jam Dalam Sehari

Perjalanan tim sampai masuk ke Gaza tidak dilewati dengan mudah, walaupun rombongan bersama 22 anggota DPR RI dan didampingi Kedubes RI. Perjalanan agak menegangkan ketika menuju Rafah, karena harus melewati 10 cek point tentara Mesir. Setelah sampai di Rafah kembali diperiksa berkali-kali jumlah orang dalam rombongan. Nanti setelah melewati perbatasan baru perjalanan dirasakan tenang.

Setiap orang dalam rombongan, dipasangkan selendang khas palestina sebagai penghargaan dari pemerintah setempat. Salah satu agenda dari rombongan adalah peletakan batu pertama Rumah Sakit Indonesia yang diberi nama Rumah Sakit Rayyan.

Masyarakat Gaza sangat terharu dan berterimah kasih kepada rombongan yang telah datang dan Masyarakat Indonesia dan Makassar atas perhatian, kepedulian yang besar dan bantuan yang diberikan.

Sebagai bentuk ucapan terima kasih, terkhusus untuk Muslimah, salah seorang Muslimah Gaza menulis sepucuk surat untuk Muslimah Makassar, yang diterima langsung oleh Wasekjend Komat Ustadz Muh. Ikhwan Abd.Jalil.

Kelangsungan kehidupan masyarakat Gaza pasca penyerangan tentara Israel dan blokade dalam keterbatasan. Salah satu contohnya, aliran listrik di daerah itu hanya bisa maksimal menyala empat Jam dalam sehari, hal ini diakibatkan terutama karena pasokan gas sebagai bahan bakar pembangkit listrik harus melewati pengawasan Israel, sehingga dengan mudah mereka permainkan.

Tetapi dengan keadaan itu mereka tetap optimis yang membuat mereka berjuang untuk bisa bertahan. Untuk menopang kemandirian, masyarakat menggalakkan pertanian, kebun, industri untuk kelangsungan perekonomian mereka..

Di sisi lain pemandangan di kota gaza sungguh sangat menggugah, ditengah blokade darat dan laut mereka tetap survive dengan keislaman dan iltizam (Istiqamah). Rombongan sempat melihat di tepi pantai anak-anak Gaza melakukan Mukhayyam (perkemahan) Tahfidzul Qur’an, padahal dari kejauhan kapal-kapal Israel terus mengintai, lewat 3 KM dari tepi pantai siapapun dari warga Gaza yang melintas akan ditembak.

Ketua Komite Nasional Untuk Rakyat Palestina, Dr.Muqaddam Khalil serta tim dari Komat Palestina dan Wahdah Islamiyah, Ust.Ikhwan Abd.Jalil dan Dr.Paisal Abdillah serta sempat berbincang-bincang dengan Walikota Bait Lahiya, Izzuddin Abdazus tentang kondisi rakyat Gaza di bawah tenda darurat untuk menyambut Delegasi DPR RI dan NGO.

Masih Banyak sisa-sisa puin bangunan yang tampak, termasuk Gedung Parlemen di Gaza City yang rata dengan tanah. Tim dari Komat sempat foto bersama dengan Walikota di atas puing Bangunan Kantor tersebut.

Sewaktu pulang rombongan komisi I dan NGO diperlihatkan rumah-rumah tempat pengungsian yang sungguh sangat memilukan, dimana tenda atau puing-punig rumah gedung seukuran kira-kira dua kali ukuran wc rumah-rumah di Indonesia dihuni setiap keluarga.

Bantuan dari KNRP dan Komat Palestina dari Masyarakat Makassar dan Sulsel diserahkan secara langsung ke Walikota dan Perwakilan Anggota Parlemen Palestina. Sedangkan bantuan yang dibawa Delegasi DPR RI diserahkan untuk membangun Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara.

Menurut Wasekjen Komat, yang sangat diperlukan sekarang adalah langkah-langkah politik agar blokade segera diakhiri, terutama bagaimana mesir bisa berperan. Disinilah letak peran strategis Indonesia untuk melakukan pendekatan ke Mesir.

Rombongan DPR di bawah Ketua Delegasi komisi I Bapak Tubagus Gumilang, setelah mengunjungi Gaza melanjutkan perjalanan ke Yordania, Suriah dan Libanon. Insya Allah Tim dari Komat Palestina dan KNRP akan kembali ke Indonesia Jumat (2/7).

Melalui kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Masyarakat Indonesia, Warga Makassar dan Sulsel atas bantuan yang diberikan untuk diserahkan langsung ke Gaza. Kepada KNRP serta pihak Pemerintah dalam hal ini Kementerian Luar Negeri RI dan kepada semua pihak yang telah membantu. (Muh. Asyraf/Humas Komat Palestina)