Bapak yang Tidak Bertanggungjawab

" Assalamu alakum wr wb"

(Pertanyaan yang senada disampaikan oleh Adik Ticah; mhn ma’af yang kami muat pertanyaan Adik Asep)

Bu, saya Asep.. saya punya bapak nikah tiga kali dan dia udah gak ngasih nafkah sama saya dan adik-adik saya dari saya kelas 2 sd. Bahkan dia gak pernah tau ke’ada’an anaknya di kampung, yang paling saya kecewa dia itu belum pernah ngasih saya Zakat yang satu tahun sekali apalagi ngasih baju lebaran….

Saya sekarang udah 28 th berarti udah puluhan tahun dia gak ngasih nafkah, saya sekolah cuma sampai MTs (smp}.itu juga ibu yang biaya’in dengan jadi seorang pembantu, saya semenjak di tinggal bapak makan aja sehari cuman sekali, itu juga di kasih nenek, tapi saya gak pernah benci sama bapak, saya pernah nangis waktu ngelihat teman-teman ngambil Ijazah sama bapak, tap isaya ambil sendiri, dan setelah lulus Mts saya langsung cari kerja’an, dari kerja bangunan sampai sekarang kerja di kantor jadi Messengger.

Saya sekarang dah cukup, mo beli apa yang saya dulu ga bisa beli, sekarang bisa, dan yang saya tak habis fikir kenapa bapak saya bilang bahwa saya itu dendam sama dia, karena waktu dia sakit saya tidak nengokin dia, saya lebih mementingkan kerja’an dari pada bapaknya, Padahal selama 20 th dia ke mana aja, dan waktu adik bungsu saya sakit dia gak nengokin bahkan sampai meninggalpun dia gak peduli, apakah dia pantas bilang ke saya kaya gitu, setelah dia nlantarin Ibu, saya, dan adik-adik saya selama itu, knp baru inget saya sekarang, dulu ke mana aja, saya pernah transer uang sama dia, ia sih gak seberapa, tp apakah gak malu atas apa yang dia lakukan pada saya, gak nyekolahin, gak pernah ngasih jajan, bahkan Zakat sama baju lebaran yang setahun sekali ga pernah.

Yang ingin saya tahu apakah saya berdosa sama bapak saya, dan apakah saya jadi anak durhaka, saya mohon bu, ,, tolong kasih tau sama saya, karna saya takut banget masuk neraka gara-gara saya gak nengokin bapak saya… Tp saya selalu berdo’a supaya bapak itu bisa berubah, dan supaya dia mo sholat dan bertobat atas yang dia lakukan selama ini, dia gak pernah sholat, datang ke masjid aja gak pernah padahal masjidnya deket Rumah… Sekarang saya harus bagaimana, Rumah dia juga saya belum tahu, katanya dia tinggal di isteri ke tiga.

Saya sekarang mohonnnnnn sekali sama ibu jawab secepatnya, karena saya pengin tau apa perbuatan saya itu berdosa dan apakah saya ini termasuk orang durhaka.. Trima kasih

" Wassallamu Alaikum wr wb "

Asep Muprodin asepraul@yahoo. Com at eramuslim. Com

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh

Adik Ticah yang shalihat dan Sdr. Asep yang dirahmati Allah swt.

Mohon ma’af pertanyaan kalian berdua Ibu jawab bersamaan karena ada kemiripan. Dapat dipahami bahwa adik berdua merasa kecewa dengan perilaku Bapak.

Secara khusus jawaban Ibu untuk Adik Ticah sebagai berikut:
Dapat dipahami bahwa semua anak tentunya mengharapkan keluarganya harmonis, orang tua dapat mendidik anak-anak dengan baik, bertanggungjawab pada keluarga, namun tak jarang yang ditemui bukanlah gambaran keluarga ideal. Ibu mengerti bahwa perasaan Adik Ticah akan sedih melihat perilaku Ayah yang mengabaikan kewajiban bahkan berkubang dalam hutang dan ma’shiyat. Semoga Allah swt. memberi petunjuk pada Ayah dan memberi Adik ketabahan, keshabaran, pahala yang berlipat dan solusi atas masalah ini. Amin.

Memang ’amr ma’ruf-nahy munkar sering lebih berat dilakukan pada posisi Adik sebagai anak terhadap orang tua/ Ayah karena secara umur maupun pengalaman anak dianggap kurang. Tetapi tak ada salahnya mencoba dan terus mencoba mengingatkan Ayah agar menyadari perbuatannya. Semoga dengan kelembutan dan rasa kasih sayang, pelan tetapi pasti hati Ayah akan lunak. Beri hadiah-hadiah dan perhatian kecil, ini sebagai cara mendekatkan hati ke Ayah; jangan malah dijauhi.

Dekatkan Ayah pada majlis-majlis taklim, misalnya dengan mengundang ustadz ke rumah dan sekeluarga mengaji bersama. Berbicaralah dengan Ibu strategi yang tepat untuk melunakkan hati Ayah, kalau perlu minta bantuan keluarga besar yang sekiranya disegani oleh Ayah. Do’a Adik di malam hening khusus untuk Ayah semoga membukakan pintu hidayah-Nya untuk kesadaran Ayah meniti jalan yang diridloi-Nya. Amin..

Untuk Adik Asep secara khusus bisa Ibu sarankan sebagai berikut:
Adik tidak berdosa insya Allah karena belum sempat menengok Bapak, bukankah Adik bahkan tidak tahu di mana Bapak sekarang tinggal? Suatu waktu carilah informasi tentang tempat tinggal Bapak sehingga dapat sesekali menengoknya atau mengirim surat agar silaturrahmi tidak terputus.

Ibu kira Adik Asep sudah berusaha berbuat baik dengan Bapak dengan mengirim uang, meskipun Adik katakan tidak seberapa, tetapi ini perbuatan yang luar biasa..subhanaLlah…Ibu salut. Kebaikan untuk membalas keburukan hanya dapat dilakukan oleh hamba-hamba yang punya keteguhan iman.
Dendam (benci) atau tidak, tidak cukup dengan penyangkalan tetapi membutuhkan bukti. Buktikan bahwa Adik Asep tidak dendam (benci) pada orang tua.

Secara manusiawi wajar anak punya persepsi negatif berupa rasa kecewa karena Bapaknya tidak memenuhi kewajibannya dalam keluarga; misalnya tidak pernah ngasih jajan dan menzakati anak-anaknya seperti cerita di atas. Tetapi kekecewaan ini janganlah menjadi sikap dan perilaku negatif yang akan menguras energi Adik sendiri. Usaha Adik (dan Ibu) untuk tetap bisa bersekolah bahkan sampai dapat bekerja mandiri patut menjadi contoh pemuda(i) lain dan siapapun ketika mereka ditempa masalah. Allah swt. ternyata Maha Pengasih dan Penyayang dengan memberi ganti berupa Ibu yang shalihat, tegar, nenek yang pengertian dengan cucu-cucunya. Ini adalah rizki dan keni’matan lain yang patut Adik syukuri.

Ternyata bangkit dari masalah lebih membawa banyak hikmah, daripada terpuruk dalam masalah, menjadi pemuda broken-home yang mengganggu masyarakat dan merusak diri sendiri, bukan? Adik Asep sudah melakukan hal yang positif dalam mengatasi masalah. Namun demikian perlu dipahami bahwa meskipun Bapak tinggal berjauhan, tidak bertanggung jawab, menyakiti keluarga, bahkan semisal murtadpun anak masih mempunyai nasab dengan Bapaknya dan ada hak-hak muamalah berupa dipergauli dengan baik oleh anaknya. Minimal do’a, alangkah baiknya jika Adik bisa mendakwahi Bapak agar memperbaiki diri, apalagi di usia tua beliau ini.

Bangkitlah dik Ticah dan dik Asep, jika Adik tengah suntuk memikirkan masalah..berdzikrlah untuk relaksasi…helalah nafas… sambil memikirkan banyak ni’mat Allah, semoga dengan berdzikir hati kita lebih tuma’ninah. Do’a Ibu untuk kebahagiaan para pemuda(i) muslim yang dirundung masalah.Ingatlah, Allahu ma’ana. Wallahu a’lam bisshawab.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Ibu Urba