Mencari Kebenaran (Acara Tahun Baru)

 2015Oleh :Ukhty yulia           

Di penghujung tahun selalu ada tradisi yang tak pernah luput dari sorotan masyarakat khususnya para pemuda atau bahkan remaja, selain bertepatan dengan hari Natal, hari lahirnya sang Juru Selanat bagi kaum Kristiani di bulan Desember ini pun akan mengalami pergantian tahun baru masehi. Tiap stasiun televisi jauh-jauh hari telah mengumumkan akan menggelar acara special dalam rangka memperingati tahun baru masehi. Di sisi lain para pedagang pun tak mau melewati moment tahun baru yang menurut mereka akan meraup keuntungan dengan memperjual belikan assesoris tahun baru seperti terompet, topi kerucut khusus tahun baru, kembang api serta assesoris yang menandakan penyambutan tahun baru.

Puncak kemeriahan tahun baru terjadi menjelang detik-detik pergantian tahun di jam 00:00, tanpa ada perintah para penonton di studio maupun pemirsa di rumah serempak meniup terompet dan tak lupa menyalakan kembang api yang harga belinya cukup menguras kantong. Berbeda dengan suasana di jalan raya terdengar suara knalpot dan teriakan klakson kendaraan bernotor yang memecah kesunyian malam, kemudan berlanjut dengan saling mengucapkan selamat tahun baru.

Sejarah Tahun Baru 1 Januari

Mari kita buka The World Book Encyclopedia tahun 1984, volume 14, halaman 237.

“The Roman ruler Julius Caesar established January 1 as New Year’s Day in 46 BC. The Romans dedicated this day to Janus , the god of gates, doors, and beginnings. The month of January was named after Janus, who had two faces – one looking forward and the other looking backward.”

“Penguasa Romawi Julius Caesar menetapkan 1 Januari sebagai hari permulaan tahun baru semenjak abad ke 46 SM. Orang Romawi mempersembahkan hari ini (1 Januari) kepada Janus, dewa segala gerbang, pintu-pintu, dan permulaan (waktu). Bulan Januari diambil dari nama Janus sendiri, yaitu dewa yang memiliki dua wajah – sebuah wajahnya menghadap ke (masa) depan dan sebuahnya lagi menghadap ke (masa) lalu.”

Sosok dewa Janus dalam mitologi Romawi

Dewa Janus sendiri adalah sesembahan kaum Pagan Romawi, dan pada peradaban sebelumnya di Yunani telah disembah sosok yang sama bernama dewa Chronos. Kaum Pagan, atau dalam bahasa kita disebut kaum kafir penyembah berhala, hingga kini biasa memasukkan budaya mereka ke dalam budaya kaum lainnya, sehingga terkadang tanpa sadar kita mengikuti mereka. Sejarah pelestarian budaya Pagan (penyembahan berhala) sudah ada semenjak zaman Hermaic (3600 SM) di Yunani, dan dikawal oleh sebuah persaudaraan rahasia yang disebut sebagai Freemasons. Freemasons sendiri adalah kaum yang memiliki misi untuk melenyapkan ajaran para Nabi dari dunia ini.

Bulan Januari (bulannya Janus) juga ditetapkan setelah Desember dikarenakan Desember adalah pusat Winter Soltice, yaitu hari-hari dimana kaum pagan penyembah Matahari merayakan ritual mereka saat musim dingin. Pertengahan Winter Soltice jatuh pada tanggal 25 Desember, dan inilah salah satu dari sekian banyak pengaruh Pagan pada budaya Kristen selain penggunaan lambang salib. Tanggal 1 Januari sendiri adalah seminggu setelah pertengahan Winter Soltice, yang juga termasuk dalam bagian ritual dan perayaan Winter Soltice dalam Paganisme.

Kaum Pagan sendiri biasa merayakan tahun baru mereka (atau Hari Janus) dengan mengitari api unggun, menyalakan kembang api, dan bernyanyi bersama. Kaum Pagan di beberapa tempat di Eropa juga menandainya dengan memukul lonceng atau meniup terompet.

SANBENITO: Topi Kerucut Simbol Permutadan

Topi kerucut yang biasa dipakai masyarakat untuk merayakan hari ulang tahun dan perayaan tahun baru Masehi merupakan simbol permutadan oleh kaum muslim di Andalusia. Topi kerucut ini disebut SANBENITO, topi ini digunakan untuk menandai bahwa mereka telah murtad dibawah penindasan gereja Katholik Toma yang menerapkan inkuisi Spanyol. Saat itu terjadi pembantaian Muslim Andalusia yang dilakukan oleh Raja Ferdinand dan Ratu Isabela yang dikenal dengan peristiwa Inkuisisi Spanyol. Inkuisisi dimulai semen¬jak tahun 1492 dikeluarkannya Dekrit Alhambra yang mengharuskan semua non-Kristen untuk keluar dari Spanyol atau me-meluk Kristen. Muslim yang memilih tetap tinggal dilumpuhkan secara ekonomi dan diisolasi dalam kampung-kampung tertu¬tup yang disebut Gheto untuk memudahkan pengawasan terhadap aktifitas Muslim.Tidak cukup hanya diisolasi, tapi Muslim Andalusia harus menggunakan pakaian khusus berupa rompi dan topi kerucut yang disebut Sanbenito. Ketika orang Barat menggunakan topi ini dalam pesta-pesta mereka, sejatinya mereka merayakan kemenangan atas jatuhnya Muslim Andalusia dan keberhasilan Inkuisi Spanyol. Masa demi masa berlalu topi kerucut ini kemudian menjadi budaya yang digunakan oleh umat Islam dalam merayakan tahun baru masehi dan ulang tahun.

Islam Menyikapi

Tahun baru Masehi adalah tahun baru yang tak ada anjuranya dalam Al qur’an dan As Sunnah untuk dirayakan. Telah diuraikan diatas bahwa semua budaya tahun baru Masehi merupakan budaya yang berasal dari orang kafir. Anehnya banyak orang islam yang mengadopsi untuk merayakan budaya yang berasal dari orang kafir ini, terlebih para pemuda dan remaja yang minim akan pengetahuan tentang asal usul tahun baru Masehi. Padahal jelas dalam Al qur’an ada larangan untuk tidak melakukan suatu amalan yang tidak ada dasar pengetahuan tentangnya. Allah Ta’ala berfirman:

وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلاَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu TIDAK MEMPUNYAI ILMU tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya. (QS. Al-Isra’ : 36)

Merayakan (ikut serta) dan meramaikan perayaan tahun baru Masehi merupakan bentuk kemaksiatan. Memakai atribut tahun baru masehi seperti topi kerucut dan lainnya merupakan bentuk menyerupai kaum-kaum kafir terdahulu, padahal Rosulullah melatang tindakan yang demikian.

“Siapa saja yang menyerupai suatu kaum maka ia termaksud didalamnya”

HR.Abu Dawud dan Ahmad

Manusia memang telah berubah, disaat perayaan tahun baru Masehi yang jelas-jelas budaya kaum kafir dan jelas hukumnya untuk dirayakan oleh kaum muslim malah sengaja merayakan, bahkan rela mengorbankan ribuan uang, waktu serta tenaga yang tidak ada manfaat justri akan membawa kemudhoratan. Berbeda ketika tahun baru Muharram, tahun barunya umat muslim dating, kebanyakan dari mereka adem ayem dalam menyambutnya, pdahal di bualan Muharram banyak peristiwa yang penuh dengan sejarah, diantaranya Nabi Adam bertobat kepada Allah, hari pertama Allah menciptakan alam, Nabi Isa diangkat ke langi, peristiwa terbelahnya laut Merahuntuk menyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya, semua petistiwa itu terjadi dibulan Muharram.

Minimnya pengetahuan tentang tsaqofah islam dikalangan kaum muslim terutama bagi para pemuda dan remaja akan menjadi masalah besar karena lambat laun mereka akan meninggalkan aturan islam dan mengikuti budaya barat, dan tentu hal ini jika dibiarkan kaum muslim akan menjadi minoritas. Sebelum itu terjadi diperlukan strategi untuk menyelamatkan kaum muslim terutama para pemuda dan remaja yang kelak mereka akan memegang estafet kepemimpinan bangsa ini. Strategi yang paling ampuh adalah dengan menerapkan aturan islam secara kaffah, tak hanya diurusan ibadah tetapi disemua lini kehidupan.

Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

(TQS. Al-Baqarah [2]: 208)