Kenapa para Nabi dan Rasul Dipilih dari Kalangan Manusia?

Salam, semoga Allah merahmati ustaz.

Soalan dari saya. Kenapa para Nabi dan Rasul dipilih dari kalangan manusia. Apa rahmat dan hidayah serta pengajarannya,

Terimakasih

Waalaikumussalam Wr Wb
Semua rasul yang diutus Allah swt semuannya adalah lelaki dari kalangan manusia, dilahirkan sebagaimana manusia dilahirkan, dimatikan sebagaimana manusia dimatikan, memiliki perasaan sebagaimana manusia berperasaan dan melakukan aktivitas sebagaimana manusia beraktivitas pada umumnya.

Ayat al Qur’an yang menerangkan bahwa rasul adalah lelaki yang membutuhkan makan dan minum serta pegi ke pasar untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidupnya, sebagaimana manusia lainnya adalah :

وَما أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الْأَسْوَاقِ

Artinya : “Dan Kami tidak mengutus Rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar.” (QS. Al Furqon : 20)

Allah juga menerangkan bahwa para rasul itu juga menikah dan memiliki keturunan sebagaimana manusia lainnya dalam firman-Nya :

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِّن قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ أَزْوَاجًا وَذُرِّيَّةً

Artinya : “Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan.” (QS. Ar Ra’du : 38)

Sementara ayat-ayat yang menerangkan bahwa para rasul merasakan seperti yang dirasakan manusia pada umumnya, seperti : sehat, sakit, kuat, lemah,merasakan kelezatan dan rasa sakit, dihidupkan dan dimatikan serta yang lainnya.

وَمِنَ الشَّيَاطِينِ مَن يَغُوصُونَ لَهُ وَيَعْمَلُونَ عَمَلًا دُونَ ذَلِكَ وَكُنَّا لَهُمْ حَافِظِينَ ﴿٨٢﴾

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ ﴿٨٣﴾

Artinya : “Dan Kami telah tundukkan (pula kepada Sulaiman) segolongan syaitan-syaitan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain daripada itu, dan adalah Kami memelihara mereka itu, dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang". (QS. Al Anbiya : 82 – 83)

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ انقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَن يَنقَلِبْ عَلَىَ عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ اللّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللّهُ الشَّاكِرِينَ ﴿١٤٤﴾

Artinya : “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran : 144)

Para Rasul tidaklah memiliki sifat-sifat ketuhanan (uluhiyah) karena uluhiyah hanyalah hak Allah semata akan tetapi mereka diberikan wahyu untuk mengantarkan manusia kepada pengenalan terhadap Allah swt dan mengarahkan peribadahan hanya kepada-Nya. Para Rasul juga tidak kuasa memberikan manfaat dan mudharat atau mengetahui perkara-perkara ghaib kecuali dengan kehendak Allah swt.

قُل لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَاء اللّهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ ﴿١٨٨﴾

Artinya : “Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. dan Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS. Al A’raf : 188)

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا ﴿٢٦﴾
إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا ﴿٢٧﴾

Artinya : “(dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, Maka Sesungguhnya Dia Mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS. Al Jin : 26 – 27)

Namun bukan berarti para rasul itu sama persis dengan manusia lainnya dalam semua segi namun mereka telah dikhususkan oleh Allah swt daripada semua manusia dengan diberikannya wahyu, diberikan kelebihan dari segi akhlak yang jauh lebih mulia dari manusia selainnya, dari segi ketaatannya kepada Allah dan lainnya.

Artinya : “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku." (QS. Al Kahfi : 110)

Adapun hikmah diutusnya para rasul dari kalangan manusia adalah agar umat manusia mampu dan sanggup memahami risalah yang dibawanya, berinteraksi langsung dengannya, mereka bisa menanyakan perkara-perkara yang mereka hadapi atau meminta nasehat langsung kepadanya, serta mampu menjadikannya sebagai tauladan yang merepresentasikan risalah yang dibawanya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Karena seandainya para rasul itu dari kalangan malaikat dan jin maka tidaklah mungkin bagi umat manusia untuk mengikuti dan menjadikannya sebagai tauladan dikarenakan perbedaan sifat fisik diantara mereka.

Artinya : "Dan kalau Kami jadikan Rasul itu malaikat, tentulah Kami jadikan Dia seorang laki-laki dan (kalau Kami jadikan ia seorang laki-laki, tentulah Kami meragu-ragukan atas mereka apa yang mereka ragu-ragukan atas diri mereka sendiri.” (QS. Al An’am : 9)

Artinya : “Katakanlah: "Kalau seandainya ada malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan dari langit kepada mereka seorang Malaikat menjadi Rasul". (QS. Al Israa : 95)

Wallahu A’lam